Minggu, 12 Agustus 2012

Sebulan Batuk Berdahak, Bagaimana Mengobatinya?

Dok, sebulan lalu saya terkena batuk dengan dahak kadang berwarna kuning, kadang putih, dan kadang bening. Belum sembuh total hingga saat ini. Pernah juga saya menggunakan obat toko dengan merk tertentu, tapi tetap belum sembuh. Kadang-kadang masih muncul, hanya saja frekuensinya berkurang.

Kemarin karena terasa di dalam, saya sedikit paksakan untuk batuk, dan yang keluar berwarna bening dengan sedikit bercak darahnya. Saat ini, tenggorokan saya terasa panas dan sakit buat menelan. Dada sebelah kiri atas kadang terasa nyeri, kadang rasa itu hilang, seperti masuk angin. Kadang juga serasa sampai punggung saya juga sering bersendawa jika rasa nyeri itu muncul.

Apa itu dikarenakan saya memiliki riwayat sakit maag juga ya dok? Sekarang jika masih terasa ada dahak di dalam, kadang saya takut untuk batuk, karena khawatir keluar darahnya lagi. Mohon pencerahan dari dokter Dito, apa dan bagaimana penyembuhan penyakit saya ini, ya dok?.

Haris (Pria Lajang, 26 Tahun), hrs_XXX@ymail.com
Tinggi Badan 169 Cm dan Berat Badan 65 Kg

Jawaban:

Saudara Haris, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Langsung ke permasalahan, berdasarkan uraian Anda maka ada kemungkinan diagnosis tuberculosis (TBC) atau pulmonary tuberculosis.

Mengenai sputum atau dahak, apabila berwarna putih, itu pertanda penyakitnya masih akut (belum lama berlangsung). Makin lama, bila terjadi infeksi sekunder, maka sputum akan berwarna kekuning-kuningan hingga kuning. Bila sudah parah, berat, atau berlangsung lama (kronis), maka sputum dapat berwarna merah (hemoptoe, batuk darah).

Selain itu, perlu diketahui pula jarang seorang penderita TBC memiliki semua tanda dan gejala. Kalau hanya beberapa tanda dan/atau gejala yang dialami penderita TBC, atau bahkan tidak mengalami gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan Fisik
Antara lain meliputi tanda-tanda sistemik, berat badan, kerongkongan dan pembuluh limpa.

2. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi foto Rotgen dada (thorax) dan pemeriksaan kuman TBC melalui dahak, apusan laring, kubah lambung dan bronkoskopi. Selai itu, dilakukan pula tes tuberklulin menggunakan kuman TBC yang disuntikkan.

Penanganan

Di awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi (kebal) obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA (Basil Tahan Asam) positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam waktu 2 bulan.

2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Panduan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Keterangan:
Isoniazid (H)
Rifampicin (R)
Pyrazinamide (Z)
Ethambutol (E)
Streptomycin (S)

Selanjutnya dokter akan memberikan nasihat kepada penderita dan keluarganya bahwa TBC itu mudah menular, sehingga penderita perlu isolasi sementara. Maksud isolasi adalah diminta tidak kemana-mana atau menetap di satu tempat, agar tidak menularkan TBC ke orang lain di sekitarnya.

Bila isolasi di rumah tidak memungkinkan, lebih baik ke rumah sakit (RS) saja karena di RS pasti ada ruang isolasi khusus penderita TBC.

Penderita TBC disarankan bila batuk atau bersin memakai/menggunakan tisu sekali pakai (disposable tissues) yang langsung dibuang dan jangan dipakai ulang. Dokter, praktisi medis, perawat hendaknya mencontohkan cara bersin dan batuk bagi penderita TBC, yaitu: tisu menutupi hidung dan mulut, lalu dibuang, sehingga partikel kuman berupa percikan bersin/batuk (dalam kedokteran disebut: droplet nuclei) tidak menyebar ke udara.

Dengan penanganan yang berkelanjutan dan komprehensif, maka TBC dapat dicegah dan dapat disembuhkan. Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat. Salam SEHAT!


dr. Dito Anurogo