Selasa, 28 Agustus 2007

Aku Kembali lagi......




Semula pusing-pusing


truz capek-capek..... uji tahan banting..... akhhhhh........
Perjuangan menuju Puncak....
Luar biasaaaa.......

Allaaaaahuuuuu akbaaaaaar!!!



Menembus Hutan Menemui Pasien (True Story)

Namanya dokter Pujo Trimakno. Dia mengabdi sebagai dokter PTT di sebuah kabupaten terpencil di daerah Bagas Waras. Kabupaten tersebut dekat dengan hutan. Bahkan sebagian daerahnya masih belum terjangkau oleh listrik.

Jangankan mencari dokter praktik swasta, mengjangkau Puskesmas saja adalah barang mahal di daerah itu.

Dokter Pujo Trimakno, memilih tempat praktik dalam radius tiga kilo meter dari Puskesmas tempat dia PTT. Sengaja dia memilih tempat praktiknya jauh, karena dia berpikir bahwa menjadi “karyawan” Puskesmas tempat dia mengabdi kan hanya tiga tahun. Karena itu memilih tempat tinggal sekaligus tempat praktik adalah langkah antisipatif, di samping dia berpikir bagaimana nasib dokter PTT nanti yang akan menggantikannya. Atau malah memikirkan nasibnya sendiri, dia harus ancang-ancang bagaimana nantinya kalau dia tidak PTT lagi dan ada dokter PTT baru yang menggantikannya. Kalau sejak semula dia sudah menetap dan “eksis” maka dia tidak perlu repot mencari tempat baru untuk lokasi praktiknya.

Namanya daerah yang masih relatif terpencil, maka banyak daerah di tempatnya yang belum tersentuh program pengerasan jalan, alias jalannya masih tanah asli. Yang jadi masalah adalah saat musim penghujan. Jalanan becek abiz.

…………………………………..

“Dokter Pujo, mohon maaf sebelumnya, dan mohon dengan sangat kesediaan dokter untuk bisa memeriksa pasien di rumah. Dia ibu saya, sudah jompo dan tidak kuat kalau berjalan jauh.” kata Sutarjo kepada dokter Pujo

“Insya Allah bisa Mas Tarjo, tapi nunggu dulu ya, tak persiapan dulu. Ngomong-ngomong sakitnya apa ya?” tanya dokter Pujo.

“Tiga hari ini badannya panas, muntah-muntah” jawab Sutarjo

…………………………………………….

Selesai persiapan alat-alat medis dan obat-obatan yang memadai, dokter Pujo berangkat ke tempat tinggal pasien bersama Sutarjo. Ternyata Sutarjo hanya berjalan kaki menuju ke tempatnya. Dokter Pujo mengendarai sepeda motornya dengan membonceng Sutarjo yang dalam kesempatan ini berperan sebagai penunjuk jalan.

Baru berjalan selama sepuluh menit….

“Berhenti di sini dokter” Sutarjo

Titik tempat mereka berhenti adalah pertigaan. Jalan lurus yang masih baik, sedangkan jalan yang tegak lurus di ruas kanan jalan utama adalah jalan setapak.

“Kita jalan lewat sini saja dokter” kata Sutarjo lagi.

“Sebaiknya sepeda motor dokter dititipkan di rumah saudara saya saja… itu” kata Sutarjo sambil menunjuk sebuah rumah yang berada di tepi ruas kanan jalan.

Beberapa saat setelah mereka menitipkan sepeda motor dokter Pujo, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang kanan kirinya adalah sawah yang terbentang luas.

Berjalan lima belas menit, barulah jalan setapak itu berakhir….

Memasuki hutan yang lebat!

Menyeberangi sungai…

Terpaksa sepatu dokter Pujo dilepas, celana disingkap hingga lutut….

Berjalan lagi menyusuri jalan setapak hutan… setengah jam kemudian..

Terlihat gubug yang dengan atap dari anyam-anyaman daun kelapa yang kering.. dinding dari gedheg (anyam-anyaman bamboo) … pencahayaan kurang dan lembab…karena aerasi kurang…

Terbaring seorang nenek yang jompo dalam keadaan menggigil… mulut komat kamit membunyikan suara-suara yang tidak jelas…

Dokter Pujo memeriksa pasien dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat memrihatinkan…

Tegakah dia menarik jasa dari pasien seperti ini? Tentu tidak. Hati nurani lah yang berbicara.

Senin, 27 Agustus 2007

Anak Susah Konsentrasi (Gangguan Pemusatan Perhatian)

Di jaman sekarang ini, makin banyak penderita autisme, hiperaktive, atau atensi. Di sini saya akan memberi sedikit tentang gangguan atensi atau pemusatan perhatian atau konsentrasi. Tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk mengatakan seseorang (anak) tersebut mempunyai gangguan atensi. Karena hal ini berkaitan dengan managemen dan terapinya. Oleh karena itu kadang diagnosa untuk anak tidak dapat dilakukan dengan sekali pertemuan kadang dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk menentukan diagnosa yang tepat. Di bawah ini adalah observasi yang dapat membantu anda dalam pengamatan apakah putra anda memiliki gangguan pemusatan perhatian atau gangguan atensi. Bila terdapat gejala dibawah ini segera konsultasikan dengan dokter spesialis rehabilitasi medik yang akan bekerja sama dengan dokter THT dan dokter jiwa anak. Semoga membantu

Observasi klinik atensi
1. Mudah beralih perhatiannya (karena melihat atau mendengar sesuatu), perhatian beralih minimal 3 kali selama tes karena stimuli lingkungan.
2. Aktivitas tinggi, selalu berlari berkeliling & tidak mampu duduk selama melakukan satu aktivitas; meninggalkan meja 3 kali atau lebih selama tes; mungkin berdiri di atas meja tes, selama tes memerlukan istirahat beberapa kali.
3. Hanya bermain sebentar dengan satu mainan, untuk kemudian beralih ke aktivitas yang baru.
4. Impulsif dalam memegang sesuatu, perlu diingatkan 3 kali atau lebih sebelum menyentuh sesuatu.
5. Menghilang dari aktivitas, sulit untuk ikut aktivitas kembali, perlu respon segera.
6. Tidak dapat beralih fokus dari satu obyek ke obyek lain setelah bermain dalam periode yang lama.
7. Mudah menyerah; bila frustrasi dan perlu dorongan untuk terus melakukan aktivitas.
8. Hanya memilih tugas yang mudah.
9. Kegiatan tak bertujuan, tanpa eksplorasi yang terpusat.
10. Tergantung pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian selama aktivitas bermain.
11. Menjadi sangat gembira bila berada di keramaian, misalnya di pasar swalayan atau restoran yang ramai.

PERATURAN MAKAN UNTUK WAKTU MAKAN
1. Tetapkan jadwal waktu makan. Bila anak tidak makan pada waktunya, hindari memberi makan pada jam yang lain. Bertahanlah pada jadwal. Jadwal terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan kecil. Jangan diberikan makanan kecil ekstra, meskipun anak belum makan pada salah satu waktu makan. Hal ini akan membuat anak mulai mengerti rasa lapar dan kapan dia makan bila merasa lapar. Bila waktu makan akan tiba, bicarakan mengenai rasa lapar. Setelah makan, bicarakan mengenai rasa kenyang.
2. Jangan khawatir mengenai berapa banyak yang dimakan waktu jam makan. Bila sudah selesai makan, segera bereskan makanan. Bila anak tidak dapat bermain di lantai tanpa pengawasan, cobalah memberikan beberapa gelas ukur, Tupperware dan sendok kayu selama dia ada di kursi tinggi. Saatnya anda menyelesaikan makanan anda sendiri.
3. Mulailah dengan makanan yang dapat dimakan sendiri oleh anak, seperti pisang atau roti tawar.
4. Di samping menggunakan sendok, dimana anak seringkali menolak setelah mengalami muntah, gunakan sesuatu yang lain – seperti sikat gigi Nuk, atau roti batang untuk dicelupkan ke yogurt, puree buah, puding. Yakinlah menggunakan makanan yang dapat memotivasi anak, misalnya roti batang sebagai alat makan. Biarkan bayi anda mencelupkan roti batangnya sementara anda membantu anak yang lain. Selalu perhatikan apakah dia selalu dalam kontrol dengan ‘alat makannya’. Anda dapt mengenalkan sendok kembali setelah roti batang atau sikat gigi Nuk mulai bekerja.
5. Selalu memakan sesuatu dengan anak anda. Hal ini mengenalkan waktu makan dan membuat dia tertarik untuk makan juga. Hati-hati jangan berdiet bila melakukan program ini. Karena anak akan pendapat kesan bahwa anda menghindari makanan untuk menurunkan berat badan dan akan meniru perilaku anda.
6. Semua makanan ada di kursi tinggi atau tempat duduk lain yang sesuai. Jangan makan selama anak mengelilingi rumah atau sedang berada di tempat lain ( misalnya bak mandi atau mobil )
7. Pindahkan piring, makanan, cangkir dll bila mereka melemparnya. Berikan satu peringatan yang jelas ” jangan dilempar”. Bila masih melempar, turunkan anak dari kursi dan hentikan acara makan.
8. Arahkan anak untuk makan sendiri bila memungkinkan. Untuk anak yang kecil yang belum dapat memakai sendok karena mereka belum mampu mengendalikannya, anda dapat
9. Batasi waktu makan 30 menit. Akhiri makan lebih awal bila anak membuang, melempar atau bermain dengan makanan atau melakukan perilaku disruptif lain. Bila anak tidak makan, ambil makanan setelah 10 atau 15 menit.
10. Pisahkan waktu makan dengan waktu bermain. Jangan memberikan mainan di kursi tinggi atau meja makan. Jangan bermain pada waktu makan. Jangan menggunakan permainan untuk menyuap dan jangan menggunakan makanan untuk bermain.
11. Jangan memuji anak bila dia makan dan mengunyah. Perlakukan acara makan dengan wajar. Tidaklah wajar untuk memuji karena anak makan dan mengunyah.
12. Jangan melakukan permainan dengan makanan ke dalam mulut anak
13. Jagalah ekspresi tidak setuju dan frustrasi bila anak tidak mau makan
14. Berikan makanan padat dahulu baru diikuti cairan. Minum akan mengisi lambung sehingga anak tidak merasa lapar.
15. Rasa lapar akan memotivasi anak untuk makan. Jangan memberikan sesuatu diantara waktu makan, termasuk susu atau jus. Anak akan minum bila haus.
16. Buatlah waktu khusus bermain sebelum atau sesudah makan untuk memberikan perhatian pada anak dengan cara yang positif.
17. Pergunakan waktu makan sebagai waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Dalam hal ini perhatian terpusat pada sosialisasi daripada mengkhawatirkan seberapa banyak anak makan. Yakinkan bahwa TV sudah dimatikan.
18. Semua pengasuh harus menjalankan program ini atau program tidak akan berjalan.

Problem Kontrol Motorik pada Anak
1. Seringkali merusakkan – terlihat tidak dapat menilai seberapa keras dan lunaknya mainan untuk ditekan.
2. Melewati rintangan atau menjatuhkan diri
3. Sering jatuh ( pada usia lebih dari 18 bulan )
4. Postur tubuh merosot waktu duduk atau berdiri
5. Menyandarkan kepala pada tangan atau lengan
6. Memilih untuk berbaring daripada duduk atau lebih baik duduk daripada berdiri.
7. Menggenggam obyek tidak kuat ( pensil, gunting atau sendok ) atau menggenggam terlalu kuat.
8. Cepat lelah selama aktivitas fisik
9. Sendi longgar dan lentur, dapat duduk dengan posisi tungkai seperti huruf W
10. Kesulitan memanipulasi obyek-obyek kecil, seperti mengaitkan.
11. Makan dengan cara yang tidak rapi
12. Tidak mempergunakan 2 tangan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan 2 tangan seperti memegang kertas selagi menggambar, memegang gelas selagi menuangkan.

Problem Perencanaan Motorik pada Anak
1. Takut mencoba aktivitas motorik baru ; suka melakukan hal yang sama dan dapat diperkirakan
( misalnya aktivitas rutin )
2. Kesulitan membuat perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.
3. Harus dipersiapkan beberapa kali sebelum satu perubahan diperkenalkan
4. Tidak dapat merencanakan urutan aktivitas; memerlukan struktur dari orang dewasa.
5. Mudah frustrasi
6. Aktivitasnya sangat terkontrol
7. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
8. Agresif dan destruktif dalam bermain
9. Mudah temper tantrum
10. Tidak dapat merangkak sebelum mulai berjalan
11. Kesulitan dalam berpakaian dan merangkai gerak.




Sabtu, 25 Agustus 2007

Bahan makanan Tinggi kalsium


Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa rendahnya konsumsi kalsium sangat berdampak pada pengeroposan tulang. Bila kita ketahui sejak awal maka kita dapat mencegah dan menghindarinya. Pencegahan dimulai sejak bayi karena makin awal makin baik agar si anak punya tabungan kalsium banyak. Kebutuhan kalsium bervariasi pada orang dewasa sekita 1300 mg.
Jadikebutuhan yang tercukupi akan mengurangi resiko osteoporosis. Dan wanita hanya bisa mempunyai tabungan sampai usia 30 tahun setelah itu antara kalsium yangmasuk dan yang keluar yang menentukan. Makin sedikit aktivitas maka kalsium akan makin berkurang.

25 grm tepung susu

226.00

25 grm keju

194.25

50 grm daun pepaya

176.50

50 grm bayam

133.50

20 grm teri segar

100.00

10 grm teri nasi

100.00

75 grm tahu

93.00

50 grm daun singkong

82.50

25 grm daun mlinjo

54.75

40 grm tempe kedele murni

51.60

150 grm apel

42.00

75 grm mi kering

36.75

50 grm kangkung

36.50

25 grm kacang ijo

31.25

15 grm ikan asin kering

30.00

100 grm pepaya

23.00

10 grm kacang kedelai kering

22.70

25 grm kacang tanah terkupas+slpt

14.50

50 grm ikan segar

10.00

200 grm beras giling masak (nasi)

10.00

80 grm roti putih

8.00

50 grm ayam

7.00

50 grm daging sapi

5.50

Pencegahan Osteoporosis

PENDAHULUAN
– Osteoporosis masalah : Manula Pria > Wanita
– Silent Disease
– Tujuan : deteksi kesehatan diri dan penanggulangannya
APAKAH OSTEOPOROSIS ITU?
• Sifat khas dengan massa tulang rendah
• Perubahan mikroarsitektur
• Penurunan kualitas jaringan tulang

Resiko Mudah Patah Tulang
AKIBAT OSTEOPOROSIS
• Nyeri tulang
• Tubuh makin pendek
• Tulang mudah patah
BAGIAN TUBUH YANG SERING PATAH TULANG
• Tulang Belakang
• Tulang Pinggul
• Tulang Pergelangan Tangan
DETEKSI OSTEOPOROSIS
• Bone Densitometry
• Laboratorium
• Radiografi
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Pola aktifitas sehari-hari
– Duduk dengan sandaran tegak
– Angkat barang sedekat mungkin dengan tubuh
– Jangan melakukan gerakan memutar
– Hindari lantai licin
– Penerangan cukup
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Mengatur Pola Makan
– Gizi cukup protein, kalsium, dan vitamin D
– Hindari alkohol, rokok, dan kafein

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Melakukan Olahraga Secara Teratur :
– Disesuaikan dengan kondisi
» Senam pencegahan osteoporosis
» Senam penderita osteoporosis
– Ada pemanasan, peregangan, dan pendinginan
– Senam 3-4 kali seminggu diselingi olahraga jalan/jogging
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP KESEHATAN TULANG :
• Memperlambat proses penuaan tulang
• Mencegah osteoporosis untuk semua tingkat umur
• Mencegah, bahkan membalik arah, proses penurunan kalsium tulang
KOMPONEN LATIHAN FISIK :
LIMA PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA SETIAP PROGRAM LATIHAN FISIK :
• PRINCIPLE OF SPECIFICITY
• PRINCIPLE OF PROGRESSION
• PRINCIPLE OF REVERSIBILITY
• PRINCIPLE OF INITIAL VALUES
• PRINCIPLE OF DIMINISHING RETURNS

PROGRAM SENAM PADA PENDERITA OSTEOPOROSIS :
• SEDERHANA
• MUDAH
• AMAN
• MENYENANGKAN
• INDAH
• MENGIKUTI KAIDAH-KAIDAH ILMIAH

Jenis olahraga untuk pembentukan tulang
Jenis olahraga Sasaran pada tulang
• Lompat tali tl belakang, tl pinggang
• Lari, jogging tl belakang, tl pinggang
• Senam tl belakang, tl pinggang, tl pergl tangan
• Tenis,squash tl belakang, tl pinggang, tl pergl tangan
• Jalan kaki tl belakang, tl pinggang
• Dansa tl belakang, tl pinggang
• Bersepeda tl belakang, tl pinggang
• Berenang tl pinggang
Sumber : majalah Nirmala 2001
LATIHAN PENGUATAN TUNGKAI DAN MENYANGGA BERAT BADAN
• Walking
• Jogging / Running
• Leg Presses
CACAT AKIBAT OSTEOPOROSIS
• Impairment
– Nyeri Tulang
• Disabilitas
– Aktifitas terganggu
• Handicap
– Mengganggu lingkungan
PENUTUP
• Osteoporosis Penyakit dengan gejala tidak terdeteksi
• Proporsi Resiko
– Wanita 50 tahun
– Pria 55 tahun
• Pencegahan lebih penting daripada mengobati

Jumat, 24 Agustus 2007

Pemakaian Tongkat yang Benar



Tongkat sering digunakan untuk membantu keseimbangan, memperlebar langkah, dan menurunkan beban tubuh dikaki
Penggunaan yang aman sangat penting agar tongkat berfungsi sebagaimana mestinya didalam membantu fungsi jalan

Cara memakai tongkat yang benar
1. Pegang tongkat pada sisi sehat bukan pada sisi sakit jadi bila yang sakit lutut kiri memegang tongkat dengan tangan kanan
2. Tongkat diayunkan bersamaan secara simultan dengan kaki yang sakit
3. Arahkan tubuh ke arah tongkat ketika berjalan artinya ketika berjalan arahkan beban tubuk ke tongkat kanan jika yang sakit lutut/kaki kiri

Tongkat banyak macamnya ada yang berkaki satu (konvensional) ada yang berkaki tiga atau empat. Dengan pemakaian yang berkaki 3 atau 4 memberikan efek lebih stabil kepada para pengguna. Memilih tongkat yang baik sangat diperlukan agar kenyamanan pemakai bisa diutamakan. Panjang tongkat ideal adalah setinggi lipatan paha dan tangan sedikit ditekuk. Bila terlalu panjang atau pendek maka akan menganggu penderita. Salam

Kamis, 23 Agustus 2007


LIPOMA - BENJOLAN LEMAK

Umum dijumpai, termasuk tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak. Benjolan lunak, berwarna kuning terang dan disekelilingi oleh kapsul yang tipis. Umumnya dapat digerakkan dari dasar dan tidak disertai nyeri. (nyeri timbul jika lipoma di tekan dan di pijat). Pertumbuhannya lambat dan tidak pernah mengalami perubahan menjadi ganas (meskipun type tumor ganas liposarkoma juga berasal dari jaringan lemak). Kebanyakan berukuran kecil meskipun dapat membesar dengan diameter lebih dari 6 cm.
Ada beberapa macam lipoma yang dijumpai, seperti tipe Subkutaneus superfisial. ,Deep intramuscular, Spindle cell lipoma, Angiolipoma benign lipoblastoma, Lumbosacral lipoma, Diffuse lipomatosis, Lipoma of tendon sheath, nerves, synovium, periosteum, lumbosacral area atau tempat lain yang letaknya lebih dalam / deeper seperti pada jantung, otak dan paru-paru.
Lipoma timbul tidak selalu karena faktor keturunan, meskipun bisa tampak seperti multipel lipomatosis herediter. Beberapa dokter percaya bahwa timbulnya lipoma biasanya dipicu dengan trauma kecil pada daerah ybs (minor injury). Tidak ada korelasi antara pertumbuhan lipoma dengan kelebihan BB (over weight)

Biasanya tidak memerlukan pengobatan, kecuali jika menimbulkan rasa nyeri, mengganggu pergerakan dan secara kosmetik memberikan rasa tidak nyaman.
Jika kapsul tidak secara keseluruhan terangkat, Kadang-kadang setelah pembedahan lipoma dapat timbul kembali (angka kekambuhan kurang dari 5 %). Lipoma dapat diambil dengan cara pembedahan (eksisi), atau liposuction.
Liposuction biasanya diperuntukkan untuk lipoma ukuran besar. Menghasilkan bekas sayatan luka operasi yang minimal / sangat kecil tapi tidak dapat mengangkat keseluruhan kapsul lipoma sehingga dapat menyebabkan kekambuhan (lipoma tumbuh kembali).

SETELAH OPERASI
1. Rasa nyeri akan timbul untuk beberapa hari. Tergantung banyak hal misalnya lokasi lipoma, ukuran lipoma, keadaan umum pasien secara keseluruhan.
2. Luka tidak boleh kena air minimal 7 hari (bisa lebih lama tergantung proses operasi yang dilakukan – Dokter akan menjelaskan)
3. Pada lipoma yang cukup besar dan letaknya dalam diperlukan pemasangan drain / selang pada luka operasi untuk mengalirkan sisa-sisa bekuan darah post op. Drain/selang akan dicabut oleh dokter.
4. Pencegahan agar tidak terjadi infeksi luka operasi, jaga agar kondisi luka tetap kering. Minum obat yang diberikan Dokter teratur, kontrol luka untuk ganti verband ke poli Bedah.
5. Daerah yang di lakukan operasi tetap mobilisasi / melakukan aktifitas seperti biasa, jika terjadi pengecualian dari hal-hal diatas Dokter akan menjelaskan.


Ada yang ingin berbagi soal Lipoma ?

Rabu, 22 Agustus 2007

Mengurangi Ketergantungan Terhadap Susu Formula

susu_formulaAksi Suara Ibu Peduli rupanya cukup menggelitik banyak pihak untuk ikut berkomentar. Antara lain tulisan-tulisan Bung Zaim di harian Republika (27/02/98 dan 05/03/98). Kemudian sepucuk surat dari mbak Karlina yang mewakili Ibu-ibu Peduli menanggapi tulisan di harian yang sama (05/03/98). Rasanya sebagai ibu rumah tangga dan pengamat masalah Ibu dan Anak, penulispun tergelitik dan gatal tangannya untuk ikut "urun rembug" kalau dapat dikatakan demikian, untuk ikut menanggapi tulisan-tulisan atau publikasi terdahulu. Hal ini jangan sampai menimbulkan suatu opini yang rancu di masyarakat.

Masalah yang dilontarkan Bung Zaim dan Mbak Karlina memang tidak dapat dengan penyelesaian jangka pendek dan hanya sepihak saja. Banyak instansi baik pemerintah maupun non pemerintah terkait di sana. Keduanya memandang dari sudut yang berbeda, dan juga tidak ada yang salah. Pengetahuan mbak Karlina akan ASI tidak perlu disangsikan lagi, bahkan beliau pendukung ASI sejak gerakan ASI belum dicanangkan. Hanya bagaimana alternatif penyelesaiannya itulah yang menjadi tanggung jawab mereka yang peduli akan terbentuknya generasi suatu bangsa yang sehat dan cerdas di masa depan. Mungkin dalam jangka pendek yang diharapkan adalah turunnya harga susu dengan segera, tetapi permasalahan tidak menjadi selesai karenanya. Masyarakat luas pada umumnya tetap tinggi ketergantungan akan susu formula.Justify Full

Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini yang dirasakan berat bahkan sangat berat oleh banyak pihak, antara lain dengan membumbungtingginya harga susu formula. Aksi yang digelar oleh Ibu-ibu Peduli, memang merupakan "nurani Ibu yang dipenuhi cinta universal, sehingga menjadikan derita orang lain menjadi bagian dari kisah hidupnya", sehingga sidang kasus Karlina yang diliput oleh wartawan dalam dan luar negri itu, sempat menarik banyak simpatisan. Sementara tulisan Bung Zaim yang mewakili "Bapak-bapak pendukung Gerakan ASI", mungkin ada yang hanya membacanya selintas, bahkan mungkin segera terlupakan. Padahal masalah keduanya adalah sama bahwa ketergantungan Ibu akan susu formula cenderung tinggi. Sehingga ketika susu formula hilang dipasar dan kemudian muncul dengan harga tinggi, banyak ibu yang menjerit.

Kelompok- kelompok yang memerlukan susu

Pertama, yaitu ibu-ibu yang sepenuhnya menyusui anaknya dengan ASI tanpa diselingi susu formula dalam jangka waktu yang cukup bagi si anak untuk dihentikan pemberian ASI-nya. Bagi golongan ini tidak perlu diganggu gugat, bahkan diberi penghargaan dari masyarakat terhadap "tekad"nya itu. Mungkin yang dirasakan berat saat ini bagi mereka adalah untuk mendapatkan makanan bergizi sehingga kualitas ASI yang dihasilkanpun cukup baik. Ketergantungan mereka akan susu formula dapat dikatakan tidak ada. Rasanya merekapun tidak menjadi ikut panik ketika susu formula hilang dipasaran. Demikian pula susu formula bagi ibu menyusui, dapat digantikan dengan bahan alami lainnya.

Kedua, adalah ibu-ibu yang digambarkan mbak Karlina sebagai bekerja sebagai pilihan sendiri bukan karena keterpaksaan soal makan atau tidak makan. Untuk kelompok ibu-ibu ini bukan mereka tidak sadar atau tidak tahu pentingnya ASI, bahkan kadang sembunyi-sembunyi untuk mengeluarkan ASInya di WC kantor. Susu formula adalah alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan si bayi selama mereka bekerja apalagi mereka yang harus dinas luar kota selama beberapa hari misalnya. Selanjutnya apa yang dikemukan mbak Karlina bahwa setelah mereka berada di rumah, sesegera mungkin dan selama mungkin menyusui anak dengan ASI, bahkan kalau perlu "sepanjang malam". Pada kenyataannya dan didukung hasil-hasil penelitian serta tulisan -tulisan ilmiah, hal itu tak baik untuk dilakukan.

Bayi yang normal cukup 5-6 kali sehari mendapat ASI dengan waktu masing-masing pemberian ASI 10-20 menit dan tidak bisa dikompensasi sekaligus misalnya dengan. sepanjang malam atau selama mungkin karena sang Ibu pun perlu istirahat, untuk dapat berproduksi ASI lagi keesokan harinya dan si bayi tidak dibiasakan "mengempeng", dari dada ibu yang tak mengeluarkan ASInya lagi. Berdasarkan suatu penelitian ilmiah pula bahwa ibu-ibu yang capai bekerja, apalagi stress di tempat kerja atau dalam perjalanan pulang dan pergi ke tempat kerja, dapat mempengaruhi produktivitas ASInya. Hormon "Adrenalin" yang dapat terbentuk karena sang ibu mengalami stress atau kerja berat akan menghambat atau setidaknya mengurangi keluarnya ASI. Jadi jangan salahkan siapa-siapa jika ketika pulang kantor si bayi hanya dapat tercukupi dengan satu atau dua kali ASI saja.

Pada kelompok ibu-ibu ini perlu diberikan hak-hak yang lebih baik, disamping kerelaan si ibu juga untuk membagi hak gajinya yang berkurang. Di Jerman di negara yang saat ini penulis bermukim di kenal "cuti pendidikan anak (erziehungurlaub)" selama 18 bulan. Ibu-ibu yang bekerja diperusahaan atau kantor-kantor tidak akan kehilangan kursi ketika ia masuk lagi, karena selama ia cuti ada yang menggantikannya. Hanya saja gajinya tidak diterima penuh karena perlu dibagi untuk penggantinya selama ia cuti. Tapi mereka menikmati cuti tersebut untuk sepenuhnya menyusui anaknya dan ketika ditinggalkan untuk kembali bekerja anak-anak mereka sudah tidak lagi tergantung ASI juga tidak pada susu formula, karena mereka sudah mendapat asupan yang lengkap seperti halnya manusia dewasa.

Hal lain adalah membagi waktu kerja "part time". Bagi mereka yang mempunyai bayi (di sana sampai usia 5-6 bulan disarankan ASI sepenuhnya). Tentu saja konsekwensinya pun ibu-ibu tersebut harus rela gajinya berbagi dengan teman kerjanya. Hal ini bukan saja berdampak positif bagi kelangsungan pemberian ASI, juga membuka lapangan dan kesempatan kerja bagi ibu-ibu yang tergolong kelompok ini dan tidak sedang adalam masa menyusui anak. Hal ini perlu juga diupayakan menjadi undang-undang ketenagakerjaan di Indonesia misalnya. Tidak saja Instansi ketenagakerjaan ataupun kesehatan yang ikut mengupayakannya, rasanya Menteri UPW yang akan datang pun diharapkan dapat menggolkan hak-hak ibu yang bekerja menjadi lebih baik, tidak hanya menambah jumlah lapangan dan kesempatan kerja bagi wanita. Dengan ini ketergantungan akan susu formula pun dapat dikurangi.

Pemberian ASI di tempat kerja juga suatu alternatif mengurangi ketergantungan akan susu formula, tetapi jika tempat kerja jauh dari rumah, sementara di sana tidak ada tempat penitipan anak, dengan siapa si bayi selama ibu bekerja?. Imbauan mbak Karlina untuk para bapak agar mampir ke tempat istrinya pada saat istirahat untuk mengantar ASI yang dibotolkan juga, rasanya kurang relevan. Berapa jauh jarak yang ditempuh sang bapak dan berapa biaya yang harus dikeluarkan setiap hari untuk ke sana ke sini menjemput dan mengantar ASI. Pembotolan ASI pun bukan satu alternatif yang paling baik, karena seperti diungkapkan mbak Karlina sendiri adanya kedahsyatan hubungan psikhologis antara ibu dan anak ketika si anak berada dalam dekapan dan menyusu dari payudara ibunya. Selain itu segi sanitasi dan kontaminasi ASI selama dalam botol sulit juga pengupayaannya, apalagi kalau harus dibawa ke sana kemari. Dulu penulis pernah berupaya mencari tempat tinggal dekat tempat bekerja, sehingga sewaktu-waktu dapat pulang untuk memberikan ASInya. Tetapi sulit untuk mendapat keadaan seperti itu sekarang, apalagi di kota-kota besar.

Ketiga, adalah kelompok ibu yang oleh mbak Karlina sebagai memilih bekerja sebagai soal makan atau tidak makan. Ibu-ibu yang ingin mendekap anaknya tapi tidak mempunyai pilihan. Mereka pun jangan dijadikan "korban" penggunaan susu formula. Bagi masyarakat kelas ekonomi rendah (para buruh harian misalnya), jangankan ketika harga susu formula melangit, ketika masih normalpun tidak terjangkau oleh mereka. Mereka memberikan alternatif-alternatif lain sebagai penggantinya, antara lain air tajin yaitu air godokan beras (seperti yang pernah diberikan ibu penulis ketika kecil). Pada kelompok ini yang harus diperjuangkan adalah "penerangan gizi yang baik dan benar". Gizi yang baik dan benar tidak hanya diperoleh melalui susu formula. Jadi gerakan-gerakan posyandu oleh ibu-ibu PKK maupun tim-tim kesehatan pun sebaiknya tidak memberikan susu-susu contoh pada kegiatannya ataupun seperti yang diistilahkan Bung Zaim sebagai suatu "medikalisasi", dengan mudahnya rumah-rumah sakit memberikan "susu contoh berupa susu formula". Maka dalam hal ini Instansi-instansi kesehatan juga organisasi-organisasi masyarakat dapat turut serta menggalakkan pengurangan ketergantungan akan susu formula. Suatu kejadian yang ironis, jika seorang yang bekerja menggerakkan kegiatan kembali pada ASI, tetapi bersamaan dengan itu, anaknya di rumah ditinggalkan dengan botol yang berisi susu formula.

Upaya lain yang dapat dilakukan pada kelompok ini seperti pada kelompok ke dua di atas, yaitu memberikan hak-hak yang lebih baik bagi ibu yang bekerja di pabrik-pabrik misalnya. Cuti yang tiga bulan itu diberikan, dengan tetap memberikan upah walaupun tidak penuh. Jadi Para pengusahapun harus mau ikut bertanggungjawab memikirkan hari depan generasi akan datang yang terbentuk antara lain dari pemenuhan kebutuhan fisiknya ketika masa bayi melalui pemberian hak yang wajar bagi para ibu-ibu yang bekerja, tidak hanya memeras tenaganya saja. Pesan "moral" di sini sepatutnya cukup dihiraukan. Alternatif lain seperti yang disarankan mbak karlina, mengupayakan adanya tempat penitipan anak di lingkungan pabrik. Sehingga ibupun dapat tenang dan berproduksi optimal. Tapi dalam keadaan seperti sekarang ini sulit untuk kedua hal di atas sulit untuk segera diterapkan oleh perusahaan atau pabrik tempat ibu-ibu tersebut bekerja.

Keempat, adalah kelompok ibu-ibu yang dengan sengaja meninggalkan kewajiban menyusui anaknya berdasarkan "keinginan sendiri", antara lain mereka yang enggan memberikan ASI karena akan kehilangan sebagian daya tarik seksualnya, karir akan terhambat atau repot karena urusan bisnis. Mungkin kelompok inilah konsumen terbesar akan susu formula. Dalam keadaan ekonomi sekarang ini mereka pun tidak terlalu banyak terguncang, harga tinggi tidak menjadi masalah, yang penting susu formula tersedia di pasaran.

Inilah kelompok ibu-ibu yang perlu diberi pengertian lebih mendalam akan pentingnya ASI dan "manajemen laktasi"nya. Juga suatu kesadaran bahwa pengambilan keputusan untuk melahirkan anak, disertai tanggungjawab memenuhi kebutuhan si bayi akan ASI yang menjadi haknya. Ketuklah hati mereka lebih dalam bahwa kembalinya mereka pada ASI akan memberi dampak positif bagi masyarakat pada umumnya. Dengan memberi contoh memborong susu formula hanya akan menimbulkan dampak negatif saja, terutama bagi golongan mereka yang tak mampu untuk membelinya.

Kelima, adalah kelompok ibu-ibu yang karena sakit atau bahkan meninggal saat bayinya masih memerlukan ASI, antara lain bayi-bayi yang berada di panti asuhan. Memberikan pengganti ibu pemberi ASI bukan suatu jalan keluar bahkan kemungkinannya sangat kecil. Demikian juga pemberian susu formula bukan satu-satunya alternatif yang dapat diambil. Sumbangan berkaleng-kaleng susu pada mereka tidak memecahkan masalah, apalagi jika keadaan seperti sekarang ini, dikala sumbangan menurun frekwensinya, maka sulitlah mereka mencari susu pengganti karena sudah terbiasa akan prosuk susu formula. Alangkah lebih baik sumbangan itu dikonkritkan dengan lemari pendingin atau alat-alat sterilisasi sederhana, sehinggga panti-panti asuhan mampu menyiapkan susu pengganti dari susu sapi segar yang harganya relatif masih lebih rendah dari susu formula.

Di samping itu diberikan penerangan yang sebaik-baiknya bagaimana perlakuan terhadap susu segar itu, juga penerangan gizi yang memadai untuk mencukupi kebutuhan gizi si bayi yang perlu dilengkapi dari bahan-bahan alami lainnya. Ini memang menambah pekerjaan bagi pengurus panti asuhan, tetapi dengan kesadaran semua pihak, bahwa kekurangan gizi tidak hanya bisa dicukupi dengan susu formula, maka pekerjaan itu selanjutnya akan tertangani.

Keenam, adalah kelompok balita yang sudah melampaui masa mendapatkan ASI, tetapi tetap membutuhkan susu. Memang betul pertumbuhan kecerdasan mereka akan ditunjang oleh kecukupan gizi yang baik.

Bukankah susu dalam ilmu gizi sebagai bahan penyempurna setelah bahan lainnya (ingat ! 4 sehat 5 sempurna) Memang dalam susu terutama susu formula tersedia semua bahan-bahan essensial yang dibutuhkan tubuh. Akan tetapi apakah dengan meminum susu saja cukup? Bahkan jika terlalu banyak susu pun anak menjadi kegemukan (obesitas), dan akan lamban dalam beraktivitas. Hal lain, pemenuhan susu sebagai penyempurna itupun tidak harus berasal dari susu formula. Jika kebutuhan susu dipenuhi dengan susu segar, dan kebutuhan lainnya dari makanan alami yang kita konsumsi sehari-hari. Maka ketergantungan akan susu formula bagi si anakpun dapat dikurangi dengan tidak menjadikan sinak sebagai anak yang kurang gizi.

Banyak alternatif lain untuk mencukupi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi si anak, antara lain memasyarakatkan konsumsi sayuran dan buah bagi anak-anak. Karena di sanalah sumber vitamin dan mineral yang sering diunggulkan oleh berbagai produk susu formula dalam "fortifikasinya". Asam lemak tak jenuh dapat diperoleh dari minyak yang berasal dari tumbuh.tumbuhan. Sedangkan enzim-enzim yang juga diiklankan susu formula dapat diganti dari bahan-bahan alami yang dimakan sehari-hari.

Sekali lagi penerangan gizi yang baik ternyata perlu disebarkan ke seluruh masyarakat, baik dari lapisan kelas ekonomi rendah sampai yang tinggi sekalipun. Karena kadang-kadang justru anak-anak dari mereka yang tergolong kelas ekonomi tinggi dengan mudahnya membeli makanan-makanan jajanan (misalnya Fast food), yang kadangkala masih harus dipertanyakan nilai gizinya.


Upaya Bersama untuk Menurunkan Ketergantungan Susu Formula

Pengalaman yang dirasakan penulis dan juga pengamatan yang dilakukan selama beberapa tahun bermukim di suatu negara yang tingkat ekonominya boleh dikatakan lebih maju, penggunaan susu formula bagi sebagian ibu banyak dijauhi, mereka lebih senang kembali ke bahan-bahan alami yang diolah sekedarnya (susu pasteurisasi). Hanya mereka-mereka yang "terpaksalah" menggunakannya. Padahal daya beli mereka masih cukup untuk memberikan susu formula bagi anaknya. Di bawah ini penulis ingin mengemukakan beberapa contoh gerakan ASI yang menyeluruh dari semua pihak.

Di rumah-rumah sakit, bagi ibu yang melahirkan segera bayinya dalam keadaan masih merah (belum dimandikan) segera diberikan pada dekapan sang ibu. Setelah si ibu berisirahat sejenak, si bayi segera diserahkan kembali untuk mengisap puting susu ibunya, sehingga ASI akan cepat terangsang keluar. Jika ASI belum keluar (seperti yang dialami penulis sampai hari ke2), si bayi tidak segera diberi susu botol tapi sementara diberi dulu teh berasal dari tumbuhan (Fenchel, Kamille dsb), kalau dirasa kurang kalori, diberi tambahan gula sedikit. Usaha mengenalkan si bayi akan susu selain ASI dihindari sejauh mungkin.

Susu-susu contoh yang berupa susu formula tidak diberikan atau diiklankan di rumah sakit ketika si pasien pulang, kecuali dalam hal-hal tertentu. Dinas-dinas kesehatan baik pemerintah maupun non-pemerintah juga organisasi-organisasi kemasyarakan dan keagamaan, menyebarkan brosur-brosur yang berkenaan dengan ASI. Bahkan bagi mereka yang menemui kesukaran dalam memberikan ASI bagi bayinya, ada grup-grup sosial yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut. Para pengusaha susu formula mengiklankan produknya melalui salesman yang datang dari rumah ke rumah atau di dalam brosur-brosur khusus bagi Ibu dan Anak, yang mereka keluarkan sendiri. Sedikit sekali dijumpai dalam majalah atau koran-koran secara umum.

Gerakan penggunaan ASI, disadari oleh semua pihak dan dilakukan di mana-mana. Dokter-dokter anak sangat menekankan si Ibu untuk memberikan ASInya. Media massa audio visual, termasuk TV jarang mengiklankan susu formula. Bahkan rasanya dari channel TV yang dapat ditangkap oleh penulis, tidak ada yang mengiklankannya.

Susu segar banyak menjadi pilihan konsumen. Karena mereka menganggap kandungan gizinya lebih alami. Bahkan di beberapa supermaket yang melayani kebutuhan sehari-hari, tidak ditemukan produk-produk susu formula. Susu tersebut hanya di dapat di rumah-rumah obat, apotik-apotik dan beberapa supermaket besar, itupun dalam jumlah terbatas.


Memang mengurangi ketergantungan terhadap susu formula harus melalui jalan yang panjang, termasuk peranan pemerintah untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sapi perah hingga tercukupinya kebutuhan masyarakat. Mungkin yang perlu diberi subsidi atau insentif tertentu adalah peternak-peternak sapi, kemudian juga mempermudah pendistribusian susu segar sampai ketangan konsumen termasuk pengupayaan penanganan susu segar kepada seluruh lapisan masyarakat. Hingga nantinya mereka yang membutuhkan susu tinggal cari di kios atau toko terdekat dengan harga yang terjangkau.

Untuk sementara mungkin sebagian hal yang ideal di atas masih suatu impian, tetapi dengan kerja keras dan kepedulian banyak pihak, persoalan ketergantungan akan susu formula dapat dikurangi. Melalui tulisan ini penulis ingin mengajak semua pihak turut memikirkan gaung yang telah diperdengarkan melalui aksi Suara Ibu Peduli, tentu saja untuk mencari jalan pemecahannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dan itu baiknya kita mulai dari diri sendiri.
Oleh: Mira Suprayatmi

Senin, 20 Agustus 2007

Kelinci Idaman


Kelinci itu ternyata makhluk yang unik lho. Bisa diajarin cara pipis yang baik seperti anjing atau kucing. Dan yang paling enak BEBAS TOXOplasma, sehingga aman buat anakku. Jenis kelinci ada bermacam-macam tetapi yang jadi idaman aku dan anakku adalah English Angora. Lucu buanget nget ya kalau hidup di Surabaya apakah bisa bulunya setebal ini. Kan kalo panas bulunya menyusut atau akutempatin di ruang ber AC ya hehe. Oh iya kelinci itu juga harus dimandikan dan dipotong kukunya. Mereka juga butuh minum lho. Pakan kelinci ada yang dari pelet ada yang dari makanan alami. Makanan terbaik adalah hay sejenis rumput, tapi kalo praktis ya pakai pelet. Kalo memberi makan jangan langsung dari kulkas yaa, didiamkan dulu biar kelinci tidak mencret. Kelinci itu paling rentan dengan perutnya. Kalau kalian tempatkan di ruang terbuka ada baiknya ditutup karena nanti bisa pilek. hehe

Rabu, 15 Agustus 2007

Maafkan Daku


Mohon maaf kepada seluruh pembaca dan teman-teman blogger atas ketidak-aktifan saya di dunia per-bloggeran dalam beberapa waktu ini...

saya butuh memberikan perhatian penuh pada satu kegiatan yang tidak dapat saya ceritakan kepada pembaca...

sekali lagi mohon maaf.....
menulis blog benar-benar dari sisa waktu saya....
saya sedang butuh banyak istirahat dulu ya...

dokter kampret.....dokter sontoloyo

Kata dokter juga membuat sebal, karena begitu banyaknya kassus malpraktek di Indonesia hingga menyebabkan pasien meninggal” http://tuhu.blogspot.com Tuesday, August 30, 2005

“Saya belum pernah jadi dokter, tapi saya sadar sepenuhnya semenjak kejadian ini, bahwa dokter memiliki tanggung jawab sosial yang sangat besar di masyarakat. Baik diminta ataupun tidak.” http://achmadi.net Sat 14 Jan '06


Ini kali saya kedua kali berhadapan dengan kejadian dokter sontoloyo di Bumi BBM ini.”

“Nah para Dokter yang budiman, sudah bagaimanakah keadaan anda saat ini? Sudah berapa buah Mercy di garasi Anda? Jujur saja profesi dokter di Indonesia banyak narik duitnya daripada serius kuliahnya.

Ya Allah timpakanlah Azab serupa buat para BAJINGUK yang berkedok orang pintar bersertifikat ini.”

Dokter Indonesia emang banyak yang kaya KAMPRET! Yang ada diotaknya cuma KEJAR SETORAN

“Belum lagi sekarang banyak FK di PTN yang buka program ekstensi untuk kedokteran yang kriteria masuknya hanya uang sumbangan, saya pernah ketmu bapak2 dipesawat yang baru aja daftarin anaknya dan bayar Rp. 250 jt. Bisa dibayangin seperti apa 10 thn lagi.” [1] http://adinoto.org May 9, 2006 at 6:32 am

“Bagaimana seorang dokter bisa begitu teledornya dengan tubuh pasiennya, sehingga hal seperti ini terjadi. Bukankah dunia dokter seharusnya penuh kehati-hatian. Saya bisa dibilang masih beruntung karena akibatnya tidak fatal, bagaimana dengan yang tidak seberuntung saya, kasihan sekali mereka.”“……Sementara yang ga mampu tuk ke Singapore tuk berobat, seperti saya, harus terima saja dengan ketidak becusan mereka dalam menangani pasien-pasiennya.” http://dinosjournal.com Dec 8, 2006

Apakah dokter di Indonesia benar-benar SONTOLOYO, KAMPRET, KEJAR SETORAN, TELEDOR PADA PASIEN?

Apakah dengan sekedar MENGUMPAT dokter di Indonesia BENAR-BENAR berubah JADI BAIK?

Selasa, 07 Agustus 2007

Catatan Perdana

Segala sesuatu yang pertama kalinya itu biasa sulit, jadi untuk yang kali ini tidak akan banyak.

Hari ini selasa dan besok adalah Rabu 8 agustus 2007, hari coblosan pilkada DKI. sekalipun memiliki KTP dan KK entah kenapa tenyata tidak mendapat undangan memilih..so be it, kita ikut meramaikan aja. Seandainya saja ada kesempatan masuk bilik suara, pasangan Adang-dani kelihatan lebih menarik untuk dipilih.

Masalahnya adalah dukungan PKS, bagiku PKS masih menjadi partai pilihan dan kebanggaan, semata-mata karena kebersihannya dibanding partai2 yang lain. Tentunya tidak akan mereka sembarang menjatuhkan dukungan pada orang yang meragukan.

Anti Korupsi, Anti Kolusi dan Anti Nepotisme

Kamis, 02 Agustus 2007

narsis dulu ahhhh

Narsis Abizz sekeluarga :
Abi Yusuf, Umi Yuni, Mas Rizqi, dan Dik Uqi