Sabtu, 31 Maret 2007

Pentingnya Perawatan Gigi Pada (Calon) Ibu Hamil

Anda berencana segera hamil dalam waktu dekat? Hmmm, sebaiknya cek ke dokter gigi, apakah semuanya baik-baik saja. Jika ada gangguan, biar dapat segera tertangani dan tak menjadi ganjalan pada masa kehamilan.

Pasalnya, ibu hamil yang mengalami sakit gigi kronis atau berat berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena pertumbuhannya terganggu, demikian menurut Heather Jaret, dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat dalam presentasinya di Asosiasi Internasional untuk penelitian gigi. Sementara Dr. Steven Offenbacher, Direktur Center of Oral and Systemic Diseases di Universitas yang sama menjelaskan bahwa risiko tersebut sama kuatnya dengan risiko akibat merokok atau pemakaian alkohol.

Para ahli mencari hubungan antara penyaki di gusi dengan bayi beral lahir rendah, dengan melihat kejadian selama 5-6 tahun belakangan. Penelitian dilakukan dengan memeriksa kesehatan gigi dan mulut pada 850 wanita hamil, dengan usia dua puluh tahunan, sebelum usia kehamilan 26 minggu. Setelah itu diperiksa kembali dalam waktu 48 jam setelah persalinan.

Penelitian ini juga memperhitungkan kontrol dan berbagai risiko, seperti umur, status merokoknya serta persalinan dini yang pernah dialami sebelumnya.

Penelitian itu menemukan bahwa peningkatan risiko dari bayi berat lahir rendah dan hambatan pertumbuhan janin terlihat kurang jika gangguan di gigi dan gusi memang ringan. Risiko itu menjadi signifikan jika penyakit giginya lebih berat.

Hubungan langsung antara penyakit gusi dan gigi mempengaruhi bayi memang belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan hal ini berhubungan dengan adanya respons terhadap bengkaknya gusi. Juga belum ada penelitian untuk membuktikan bahwa perawatan penyakit pada gusi dapat mengurangi efek negatif pada janin. Sekalipun begitu, dengan penelitian ini sebaiknya kita lebih memperhatikan kesehatan mulut dan gigi selama kehamilan berlangsung.

Nah, jangan sepelekan keluhan gigi, sekalipun ’hanya’ gigi yang terasa nyeri atau berlubang...

Rabu, 28 Maret 2007

The Ten Key Performance Indicator for a Good Doctor Moslem (diadaptasi dari Hasan Al Bana)


  1. Akidahnya harus lurus (tidak tercampur mistik, syirik apalagi menjadi dokter dukun)
  2. Ibadahnya harus shahih (setiap peribadatan mempunyai rujukan)
  3. Akhlaknya terpuji
  4. Mengusahakan bisa mandiri secara ekonomi
  5. Luas wawasan pengetahuannya
  6. Menjaga kebugaran dan kekuatan fisiknya
  7. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal perbuatan
  8. Cermat dan rapi dalam bekerja
  9. Menjaga waktu, tidak lagi membiarkan ada waktu yang hilang tanpa target kerja yang jelas
  10. Selalu mengusahakan diri agar bermanfaat bagi orang lain

Lembaga Kesehatan yang Berteman tapi Mesra dengan Pasien

Aravind Eye Center

Di tetangga negara kita yang agak jauh yaitu India, di sana telah berkembang layanan kesehatan yang tidak digerakkan oleh pasar. Melainkan oleh misi yang jauh dari materi. Aravind Eye Center didirikan oleh dokter Venkatasawamy biasa dikenal dokter V, misinya adalah membebaskan sebanyak mungkin kebutaan yang bisa dihindari.

Dengan misi sosialnya, maka sebagian besar pasien yang dilayani (65%) gratis hanya sebagian kecil (35%) membayar dengan kualitas pelayanan yang sama baiknya. Seorang dokter di sana dengan sistem yang sangat efisien mampu melakukan 50 operasi pembedahan mata sehari, bahkan divisi farmasi dan lensanya mampu menghasilkan obat berkualitas dan lensa berkualitas dengan harga jauh lebih murah. Produk-produk mereka telah merambah Eropa dan Amerika.

Mereka memiliki 1500 klinik dengan kondisi sanitasi yang jauh lebih baik dari klinik pada umumnya di India. Yang menarik lagi kampanye pemasarannya sangat khusus pada penjaringan pasien-pasien tidak mampu yang tinggal di kawasan miskin. Masalah kualitas pembedahan terutama dilihat dari efek samping, komplikasi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan rumah sakit ternama di Inggris.

Beberapa rahasia yang membuat mereka bisa berkarya sedemikian hebat, bukan digerakkan oleh naiknya harga saham ataupun royalti besar, karena bukan organisasi profit tetapi lebih karena hal-hal yang bersifat non materi.

Rahasia komitmen dokter;

Gaji yang diterima dokter adalah rata-rata kebanyakan bahkan sedikit di bawah rata-rata. Namun mereka mendapatkan pengalaman berharga selama bekerja di Aravind, mulai pendidikan yang bekerja sama dengan universitas ternama, kasus-kasus langka yang sering dijumpai, riset kolaboratif yang memuaskan, serta budaya yang sangat tinggi berkomitmen pada usaha mewujudkan penglihatan yang baik. Budaya lain yang dibangun adalah budaya yang didasarkan pada layanan. Semua dokter berbicara dengan lembut kepada pasien dan perawat. Di Aravind tidak ada teriakan.

Jika seorang dokter berperilaku secara tidak baik, berita akan segera menyebar ke segenap penjuru rumah sakit, dan dokter tersebut akan mendapatkan masalah. Rasa saling menghargai adalah nilai inti dari budaya Aravind.

Satu lagi yang ditawarkan Aravind kepada dokter-dokter adalah nama baik, serta status berdasarkan integritas yang kuat mengakar di masyarakat.

Rahasia komitmen perawat dan staf lain;

Asisten ophthalmik yang direkrut dari gadis-gadis keluarga besar, keluarga petani dan berperilaku baik, dalam empat bulan pertama dilatih ilmu-ilmu dasar dan detail tentang anantomi dan psikologi manusia. Akhir empat bulan pertama, para pelatih memilih asisten ophthalmik untuk tugas-tugas yang berbeda, seperti departemen rawat jalan, ruang operasi, konseling dan sebagainya. Delapan bulan berikutnya menerima pelatihan khusus untuk departemen di mana mereka ditempatkan. Enam bulan berikutnya dihabiskan dalam aktivitas magang dengan perawat pelatih yang bekerja di departemen yang sama. Terdapat pelatihan satu banding satu pada setiap tahap. Selama enam bulan terakhir mereka bekerja mandiri dengan sejumlah bimbingan dari perawat dan dokter

senior. Mereka juga diajari sejumlah terminologi medis dasar dalam bahasa Inggris dan dilatih bahasa Inggris percakapan dasar. Selama tiga tahun masa bakti mereka sebagai karyawan permanen, para asisten ophthalmolog juga diberikan pelatihan memasak, merawat rumah, menjahit dan sebagainya, untuk mempersiapkan mereka agar menjadi istri yang baik di masa mendatang.

Para perawat didorong untuk bersikap baik kepada pasien pada setiap saat dan mendekati mereka dengan rasa terima kasih karena memberi mereka kesempatan untuk melayani. Para perawat tersebut diminta menyimpan sebagian gaji mereka di rekening bank atas nama mereka, sehingga memiliki tabungan yang cukup untuk pernikahan.

Dr. Natchiar, kepala pelatihan paramedis Aravind menuturkan, “Lebih dari gaji, manfaat itu adalah pengakuan yang mereka dapatkan dalam masyarakat. Mereka mendapatkan

penghormatan besar. Kemudian mereka juga mendapatkan pelatihan dan pengalaman yang sangat bagus di sini. Peluang pergi ke luar negeri, bahkan untuk periode singkat, juga dipandang sebagai faktor positif.”

Seorang perawat senior memaparkan, “Saya bekerja lebih banyak ketimbang para perawat di rumah sakit pemerintah; saya dibayar lebih kecil atau sama dengan mereka, namun saya mendapatkan penghormatan jauh lebih besar dalam masyarakat. Ketika saya naik bus, seseorang mengenali bahwa saya bekerja di AEH (Aravind Eye Hospital) dan menawari saya tempat duduk dan bersikap ramah kepada saya. Saya sangat bahagia dengan hal itu.

Dr. Usha menuturkan, “Para asisten ophthalmik merupakan inti keberhasilan kami. Mereka menambahkan begitu banyak kepada Aravind Eye System.” Dr V (sebutan untuk dokter

Venkataswamy, sang pendiri Aravind) mengatakan, “Para perawat senior menghargai efisiensi atmosfer kedamaian dan ketenteraman dan memberikan contoh kepada para staf yunior.”

Jaipur Foot

Masih dari negeri India, Jaipur Foot, organisasi nirlaba yang bekerja secara profesional. Walaupun sebagian besar pelanggannya adalah orang miskin dan gratis tetapi sama sekali tidak mengurangi profesionalitasnya.

Mereka mengembangkan kaki palsu dengan kualitas yang dibutuhkan oleh orang-orang miskin pedesaan yang bisa digunakan untuk ke sawah, bersila dengan harga 1/300 jauh lebih murah ketimbang kaki palsu buatan Amerika.

Usaha mereka tidak saja memproduksi kaki palsu, tetapi juga menyediakan layanan dua hari menginap secara gratis untuk orang-orang miskin, mulai dari mengukur dan memilih bahan yang sesuai dengan jenis, struktur dan tekstur kaki hingga kaki palsu tersebut siap dipakai untuk dibawa pulang dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka terus-menerus mengembangkan proposisi penawaran yang jauh lebih baik. Mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, seperti yang menonjol berat kaki palsu yang 850 gram, terlalu berat untuk kaki palsu, terlebih bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing dekatnya.

Ke depan mereka juga terus menerus mencari jalan peningkatan efisiensi biaya dan

menurunkan waktu produksi.

Salah satu usaha yang profesional adalah bekerja sama dengan badan antariksa India, dengan harapan dapat merancang kaki palsu yang lebih ringan [350 gram], mendapatkan waktu pembuatan yang lebih pendek, dan biaya pembuatan yang lebih murah serta umur kaki palsu yang lebih lama. Sehingga pengorbanan yang diberikan pelanggan [yang kebanyakan orang miskin] semakin sedikit,

tetapi nilai yang ditawarkan kepadanya semakin meningkat.

Demikianlah beberapa contoh nyata, ternyata tanpa harus digerakkan oleh pasar sebuah bisnis layanan kesehatan dapat menunjukkan kinerjanya yang profesional, menghasilkan inovasi dan yang lebih penting membuat hubungan dokter dan pasien semakin mesra.

Mungkinkah di Indonesia bisa ada lembaga semacam mereka?

Senin, 26 Maret 2007

Aneka Resep Obat Tradisional Asli Indonesia

* Penurun panas, batuk, dan pilek
Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil sedikit diurut. Juga pusar dan ubun-ubun. Untuk ramuan minum: air kelapa satu cangkir ditambah 1 sendok teh madu, aduk, lalu kukus. Setelah dingin, berikan pada anak sebanyak 3 sendok teh setiap 2 jam sekali. Ramuan ini diberikan untuk bayi 8 bulan ke atas. Bila usia anak di bawah 8 bulan, cukup dengan pemberian ASI atau ibunya yang minum ramuan tersebut.

Pada anak yang agak besar, gunakan ramuan minum berupa air kunyit dan madu. Setengah sampai satu ruas jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dikerik kulitnya, diparut, lalu diberi air matang 1/2 cangkir, peras, kemudian diendapkan. Campur bagian air kunyit yang tanpa endapan dengan kocokan 1 butir kuning telur dan 1 sendok makan madu, kemudian disuapkan pada anak. Ramuan ini bisa untuk penurun panas seperti pada sakit cacar air, flu, atau apa saja.

* Perut kembung
Parut bawang merah dan tambahkan minyak telon. Kemudian tapelkan bawang yang sudah diparut tersebut di bagian pusar. Bisa juga, gunakan daun jarak pagar yang dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu tempelkan pada pusar si kecil.

* Diare
Sediakan 1/2 jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dipotong-potong, 7 pucuk daun jambu biji, air 2 gelas, dan garam 1/4 sendok teh, rebus dengan api kecil. Minum airnya, 1 sendok teh satu jam sekali. Untuk mengusir gas, maka pusarnya ditapeli dengan parutan bawang merah yang sudah diberi minyak telon. Untuk anak yang sudah agak besar, boleh juga dengan mengunyah halus pucuk daun jambu klutuk yang sudah bersih ditambah garam lalu ditelan.

* Muntah-muntah
Muntah bisa disebabkan perut mual atau kembung. Sediakan 1/2 sendok teh ketumbar, 3 butir kapulaga, 5 butir adas hitam, dan air setengah gelas. Kemudian direbus. Setelah dingin, berikan ke anak sedikit-sedikit, sesering mungkin atau 2 jam sekali.
Boleh juga dibuatkan air beras kencur. Caranya, cuci 1 sendok makan beras dan direndam sebentar. Sangrai beras tersebut sampai berwarna kecokelatan, lalu ditumbuk halus bersama dengan 1 ruas jari kencur, 1 ruas jari kunyit, dan 1/4 sendok teh adas manis. Setelah itu diseduh dengan air panas, tambahkan gula merah, sedikit garam, dan asam jawa. Saring, lalu diminumkan pada anak agar tubuhnya hangat.

* Batuk
Sediakan air jeruk nipis 1 sendok makan ditambah madu 2 sendok makan dan air matang 2 sendok makan. Masukkan dalam cangkir dan kukus. Setelah agak dingin, minumkan pada anak sebanyak 1-2 sendok teh. Berikan sehari 5 kali.

* Batuk seratus hari
Sediakan umbi bidara upas sebesar 1/2 jempol yang sudah bersih, parut dan seduh dengan air panas, lalu aduk-aduk dan dinginkan. Saring dan tambahkan sedikit madu. Minum sampai habis. Buatlah ramuan ini 3 kali sehari. Bisa juga gunakan ramuan lidah buaya. Lidah buaya dikupas kulitnya dan ambil bagian dagingnya sebanyak dua jari, kemudian dicacah. Tambahkan air hangat dan madu, lalu diminumkan pada anak 1-2 kali sehari.

* Batuk karena angin atau dahak susah keluar
Sediakan 1 butir bawang merah diparut, 1 ruas jari jahe diparut dan diperas airnya, 7 butir adas manis, 1 ruas jari kunyit diparut dan diperas airnya, 1 sendok makan air jeruk nipis, dan 1/2 gelas air. Masukkan semua bahan di cangkir, kemudian kukus dan setelah itu saring. Minum 3 kali sehari masing-masing 2 sendok teh.

* Batuk berlendir
Campurkan air jahe 1 sendok makan, air kunyit 1 sendok makan, bawang putih 1 siung diparut, air jeruk nipis 1 sendok makan, madu 1 sendok makan, dan 3 sendok makan air matang, kemudian dikukus. Diminumkan 3-4 kali sehari 2 sendok teh.

* Pilek
Siapkan bawang merah yang diparut, lalu tapelkan pada tulang leher ketujuh (bagian tengkuk) dan ubun-ubun anak setelah sebelumnya diolesi minyak kayu putih. Beri juga minuman yang hangat-hangat, seperti minuman beras kencur. Selain itu, jemur anak di bawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 atau di bawah jam 9 pagi. Panaskan bagian dada seperempat jam dan kemudian punggung seperempat jam. Ini bisa dilakukan sambil jalan-jalan pagi.

* Mata bintitan
Ambil getah dari batang tanaman patikan kebo atau getah dari batang pohon meniran. Tempelkan sedikit pada kapas, lalu oleskan pada bagian bintitnya, sedikit saja, jangan sampai terkena mata.

* Mata merah
Taruh 3 lembar daun sirih yang sudah dicuci bersih pada wadah mangkok. Seduh dengan air panas. Setelah airnya dingin, minta anak untuk mengedip-ngedipkan matanya dalam air tersebut.

* Sariawan
Ambil sebuah tomat matang, seduh dengan air panas dan kupas kulitnya. Haluskan tomat tersebut dengan menggunakan sendok, saring dan tambahkan sedikit gula. Beri anak minumam sari tomat tersebut.

* Tak nafsu makan
Menurut Endah, hilangnya nafu makan dapat disebabkan cacingan atau hal lain seperti masuk angin. Cara mengatasinya, bersihkan 1 lembar daun jarak pagar, setelah itu hangatkan sebentar di atas tutup panci. Beri olesan minyak kelapa pada daun tersebut dan dipilin, kemudian tempelkan daun tersebut di atas pusar anak, yang sebelumnya sudah diolesi dengan minyak telon.

Bila usia anak sudah lebih dari setahun, coba berikan ramuan 1 telapak tangan daun pepaya, 1 ruas jari temu hitam/temu ireng, seruas jari tempe bosok (tempe kemarin), dan sedikit garam. Semua bahan ditumbuk halus, lalu peras pakai kain dan masukkan ke mulut anak. "Khasiat temu hitam untuk mengeluarkan cacing, sedangkan daun pepaya untuk menambah nafsu makannya, dan tempe bosok untuk stamina atau kekuatan tubuhnya.

Untuk menambah nafsu makan anak bisa juga dengan ramuan: 1 ruas jari temulawak, gula merah, air secukupnya, dan sedikit garam, kemudian rebus dan saring. Minumkan pada anak 1-2 sendok makan sehari

* Mimisan
Selembar daun sirih yang sudah dicuci bersih dipilin dan disumpalkan ke hidung anak. Untuk pengobatan dari dalam tubuh lakukan dengan ramuan: 1/2 jempol umbi bidara upas yang sudah bersih diparut dan diseduh dengan 1 cangkir air panas, kemudian disaring, dan setelah dingin diminumkan ke anak ditambah sedikit madu.

* Benjol karena benturan
Rendam 1 sendok makan beras. Tumbuk bersama kencur dan beri sedikit garam. Setelah halus, tempelkan ke bagian yang benjol.

Bisa juga diberi ramuan: bawang putih diparut dan diberi ramuan: bawang putih diparut dan diberi madu, setelah itu dioleskan ke bagian yang benjol.

* Keringat buntet
Sesering mungkin dibedaki tepung kanji.

* Congekan
Cuci bersih 3 lembar daun miana atau 7 lembar daun samiloto segar atau lengkuas merah muda, lalu tumbuk halus. Peras pakai kain bersih dan teteskan air perasannya ke telinga. Lakukan dua kali sehari, masing-masing 3 tetes.

* Panu
Dua jari langkuas merah diparut dan diberi sedikit cuka, oles-oleskan pagi dan sore atau malam hari pada bagian tubuh yang berpanu tersebut.

* Koreng atau borok kepala
Batang brotowali dipotong-potong sebanyak 5 jari. Rebus dengan sedikit air, oleskan pada bagian kepala.

Bisa juga diberi ramuan: daun brotowali, parutan kunyit dan sedikit garam ditumbuk halus. Oleskan ke kepala. Boleh juga hanya dengan kunyit saja.

* Sakit gigi
Bawang putih diparut, ditambah sedikit garam, kemudian sumpal ke gigi yang sakit karena berlubang.

* Digigit nyamuk
Hilangkan bekas gigitannya dengan tanaman sambiloto yang diremas-remas dan dioleskan ke bagian bekas gigitan tersebut. Kalau tak ada sambiloto bisa digunakan minyak sereh.

* Asma
Sepuluh siung bawang putih diparut, ditambah madu 1 gelas, kemudian dikukus. Berikan pada anak sebanyak 1 sendok teh, dua kali sehari. Bisa juga, 10 siung bawang putih diparut, 1 ons gula batu, direbus bersama 1 gelas air.

* Luka-luka berdarah
Cuci bersih daun jambu biji atau daun bandotan, kemudian remas-remas. Tapelkan pada luka tersebut. Darah akan berhenti segera.

* Keracunan
Minum air kelapa hijau muda 3 kali sehari 1/4 gelas.

* Biduran atau kaligata
Balurkan tubuh dengan minyak telon, minyak kayu putih atau minyak tawon. Untuk ramuan minum: 1 jari temulawak dipotong-potong, beri sedikit gula merah, dan garam direbus dengan 1 gelas air. Saring dan bila sudah dingin diminumkan 3 kali sehari 1/4 gelas.

Dedeh Kurniasih

Jumat, 23 Maret 2007

Dokter bergelar MM [Makelar Mobil]

Saya pernah menjalani tugas dinas sebagai dokter PTT di sebuah Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Bagi saya, suasana yang menyenangkan adalah ketika ada tugas dinas ke DKK [Dinas Kesehatan Kabupaten]. Kenapa suasana yang menyenangkan? Karena di situ, saya bisa bertemu dengan banyak orang di luar Puskesmas.

Berbagi pengalaman dalam memberikan pelayanan ketika di Puskesmasnya masing-masing. Kadang-kadang dapat kenalan baru, entah itu dokter PTT baru, dokter gigi PTT baru atau bidan PTT baru. Juga tidak ketinggalan teman-teman sejawat mana yang masa tugas PTT-nya berakhir.

Memang kata teman-teman, ada tiga fase yang dilalui oleh dokter atau bidan PTT [Pegawai Tiga Tahun; kepanjangan pelesetan, yang sebenarnya Pegawai Tidak Tetap; karena sesuai kenyataan, masa kontraknya tiga tahun]. Tiga fase tersebut adalah: tahun pertama masa orientasi, tahun kedua merasa “in dan tahun ketiga masa memikirkan nasib.

Jadi tugas dinas ke DKK memang membuat wawasan jadi luas, mengurangi kejenuhan dari rutinitas sehari-hari memeriksa pasien di Poliklinik, yang tidak ada henti-hentinya. Selalu saja ada orang sakit. Tugas dinas ke DKK benar-benar memperluas wawasan. Jadi tidak semata-mata ada tugas baru yang harus dikerjakan. Selalu ada ilmu baru, yang kebanyakan di luar dari apa yang diperoleh semasa saya waktu kuliah. Ini baru ilmu yang formal.

Tetapi banyak juga ilmu informal yang berseliweran dalam forum itu. Mulai dari kebiasaan senior korek-korek lubang telinga dengan kunci, kebiasaan dokter-dokter tertentu yang suka ngupil [mengeluarkan upil dari lubang hidung dengan jari telunjuk; karena itulah gorila berlubang hidung besar karena jari-jarinya juga besar] hingga isu-isu hangat seperti sinyal-sinyal selingkuh, sinyal-sinyal pisah ranjang, sinyal-sinyal perubahan penampilan seperti tambah “kempling”, tambah langsing, dan tambah putih. Atau penampilan baru lain seperti rambut di”ribonding”, dan bila ditanya “di-ribonding ya?” jawabnya “ndak koq cuman pakek sampo” ato yang heboh PASIEN DISUNTIK MALAH LARI...

Pokoknya persis sama seperti acara cek dan ricek, acara kabar-kabari dan semacamnya.

Dari infotaintment yang ada, saya tergelitik dengan cerita seorang teman yang menyebut seorang dokter yang lumayan senior :

Pencerita : “itu lho dr bla-bla-bla MM kemarin dia itu………dst”

Penanya : “sebentar-sebentar, Em Em, Magister Manajemen?! Kuliahnya dimana? Kapan kuliah? Kapan lulusnya? Terus beliau ambil konsentrasi apa? Pemasaran? Manajemen Strategi? Atau? ”

Pencerita : “ha.. ha.. ha..”

Penanya : “saya serius nich!! Kenapa sih koq diketawain?”

Pencerita : “kamu tahu nggak, Em Em itu = Makelar Mobil”

Penanya : “Ooo…Baddala…!?”

Kesimpulan : Dokter adalah profesinya; sambilannya adalah MM [makelar mobil] dan hasil terakhir lebih dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang lebih besar seperti renovasi rumah, membeli “mobil baru” lagi sekalian barang dagangan.

Pelajaran yang bisa diambil : Kalau menjumpai dokter dalam waktu yang relatif singkat mudah berganti-ganti mobil berarti ???…… dapat anda simpulkan sendiri

Saya tidak berani menyimpulkan

Komentar

Profesi ganda asal seseorang bisa menempatkan pada tempat yang tepat, tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika melayani pasien, tiba-tiba teman “seprofesi MM” nongol masuk ruang periksa,

dengan suara keras berkata : “He..!! Blablabla..maksud kamu gimana sih? Seminggu lalu kau bilang mesin OK, semua OK, barusan aku kena damprat si Ujang yang barusan beli, katanya mobilnya ngadat!!!”

“Sialan lu!” umpat si dokter pada teman “seprofesi MM”-nya

“Kau tak lihat, aku sedang apa sekarang!” bentak si dokter lagi

Tak kalah sengit, teman “MM” itu membalas

“Itu urusanmu, aku datang kemari minta ganti rugi!”

………………

dan seterusnya

Padahal pada saat yang sama pasien berada diantara mereka. Pada saat yang sama pasien dalam kondisi yang payah dan harus segera mendapatkan obat yang diminum untuk mengurangi rasa sakitnya.

Saran : berhati-hati dan bisa mendisiplinkan teman “seprofesi MM” agar mempunyai kebiasaan untuk bisa menahan keinginannya dan mendukung penampilan prima kinerja profesinya yang lain sebagai dokter.

Boleh ndak Sih dokter nyambi MM?

Rabu, 21 Maret 2007

penyakit PANU

Banyak orang beranggapan bahwa penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Pernah menikmati tempe atau tapai? Di masyarakat Indonesia kedua makanan ini sangat akrab sebagai hidangan di atas meja. Makanan dari kedua jenis bahan itu cukup lunak dan nikmat ketika dimakan. Ini tentu berbeda bila kita menyantap bahan bakunya. Tidak lunak, bukan?

Kenikmatan rasa tempe, tapai, roti, oncom, dan masih banyak jenis makanan yang lainnya itu dihasilkan dari proses fermentasi jamur. Kehadiran jamur dimanfaatkan untuk hal lain, seperti untuk melengkapi sayuran dan lauk-pauk bagi keluarga, dan untuk menghasilkan obat antibiotik.

Di dunia diperkirakan terdapat 100 ribuan jenis jamur. Tergolong ke dalam kelompok fungi, jamur bisa saja terdiri atas satu sel yang besarnya beberapa mikrometer, atau dapat juga membentuk tubuh buah yang besarnya mencapai satu meter. Sel-selnya tersusun berderet satu per satu dan membentuk hifa atau benang-benang (filamen). Alat perkembangbiakannya berupa spora.

Karena tak punya hijau daun, jamur menjadi makhluk konsumen dan sangat bergantung pada medium yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan persenyawaan kimia lainnya. Semua itu didapatkannya dengan cara menyerap unsur yang dibutuhkan dari lingkungan hidupnya melalui sistem hifa.

Selain bisa melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula, jamur pun juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan jamur, sampah dan bangkai makhluk hidup lainnya bisa terurai. Namun, seringkali jamur juga dapat menguraikan bahan yang diperlukan manusia sehingga bisa mendatangkan kerugian. Pembusukan pada makanan dan pelapukan pada kayu cukup merepotkan manusia. Tak hanya itu, jamur bisa beracun dan menyebabkan penyakit tertentu.

Jamur pada manusia
Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.

''Jelasnya, di mana pun jamur bisa hidup, terutama di lingkungan yang cocok baginya berkembang biak. Manusia itu termasuk salah satu tempat bagi jamur untuk tumbuh, di samping bakteri dan virus,'' jelas pakar kesehatan kulit dan kelamin, Dr Kusmarinah Bramono dari FKUI (RSUPN-Cipto Mangunkusumo) dalam pemaparan tentang jamur di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.

Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.

''Kita lihat, banyak masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh jamur. Bahkan, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia,'' ujar Jimmy. Janssen-Cilag merupakan perusahaan farmasi yang memimpin pasaran dengan obat antijamur yang mengandung miconazole nitrate dua persen.

Jimmy menjelaskan, banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, katanya, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik.

Anggapan ini dibenarkan Kusmarinah. ''Kami sering menangani pasien karena jamur. Mereka baru datang ke dokter kalau sudah merasakan gangguan kosmetik yang parah akibat infeksi jamur. Sebelumnya, mereka tak begitu memperhatikan penyakit ini.''

Pengobatan
Seharusnya, lanjut ahli kulit dari FKUI itu, masyarakat perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan bahkan masuk ke organ dalam tubuh.

Karena itu, bila mendapati dirinya terkena infeksi jamur maka seseorang itu perlu segera diobati. Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. ''Pengobatan diusahakan dilakukan sampai penyakit hilang dan sembuh benar. Kami pun harus memilih jenis obat antijamur yang efektif membasmi jamur dengan efek samping yang minimal,'' sambung Kusmarinah.

Dia mengemukakan, ada jenis obat yang bersifat iritan. Maksudnya, cara kerja obat tersebut memapas jamur dengan mengikis permukaan yang terkena jamur tiap lapisan. Biasanya obat ini memerlukan waktu 1-4 minggu untuk jenis panu atau kurap. Tapi, kondisi inipun tergantung pada tingkat keparahannya. Jenis obat lainnya bersifat fungisida. Ini lebih mengarahkan sasaran pada jamur itu sendiri tanpa mengiritasi kulit.

Kusmarinah dan Jimmy mengakui, banyak produk farmasi khusus untuk obat jamur kulit yang dijual bebas di pasaran. Umumnya masyarakat pun melakukan self medication atau pengobatan sendiri dengan membeli obat antijamur yang bebas itu. ''Bisa-bisa saja penderita melakukannya. Hanya saja, asal tahu jelas jenis infeksi jamur yang dideritanya. Namun, saya sering menemukan, masyarakat salah menggunakannya. Mereka biasanya berlebihan dalam menggunakan obat. Akibatnya, ketika kami diagnosis sulit bagi kami untuk melihat gejalanya,'' demikian Kusmarinah merincinya.

Itu juga karena persoalan informasi yang tak sampai pada masyarakat pengguna produk. ''Untuk informasi produk seharusnya disampaikan oleh ahli farmasi. Di negara kita, fungsi ini tak berjalan,'' cetus Jimmy.

Maka, masyarakat diharapkan berhati-hati dalam menggunakan obat. Sebab, infeksi jamur tak bisa dianggap enteng dan tak selalu bisa diatasi dengan pengobatan sendiri. Apalagi, dari seluruh penyakit kulit yang ditemui, masalah infeksi jamur ternyata tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, masyarakat diharapkan meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap infeksi jamur.

Kenali Jenis Infeksi Jamur Kulit
* Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.
* Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.

* Ketombe (Pitiriasis Sika).
* Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia (keputihan), dan ruam popok.

Faktor-faktor Pencetus Infeksi
- Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.
- Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.
- Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
- Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
- Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.
- Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.

Cara Memastikan Penyakit Jamur
- Pemeriksaan tampilan secara klinis.
- Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya.wed

Sumber : Republika Online - Selasa, 25 Mei 2004 - Penulis : wed

Senin, 19 Maret 2007

Pasien sekali pakai (the disposable patient)

Sakit lever yang mendera mbah Kromo makin menyekik saja… muntah darah yang tiada henti membuatnya mau tidak mau harus dilarikan ke rumah sakit. Permasalahannya adalah masalah memilih di rumah sakit manakah yang tepat agar mbah Kromo segera mendapatkan pertolongan.

Memang kondisi penyakit mbah Kromo harus secepatnya mendapatkan pertolongan, tetapi memilih rumah sakit mana itu juga jauh lebih penting…. Apalagi ini menyangkut nyawa…jangan sampai salah memilih rumah sakit…

Semua anak mbah Kromo berkumpul dalam suasana tegang dan genting… Kebanyakan mereka adalah petani desa dan mewarisi tanah sawah dari mbah Kromo… jadi jumlah tanah yang mereka kerjakan semakin menyempit ketimbang mbah Kromo ketika muda.

“Di Rumah Sakit pemerintah saja!”

“Jangan!!! Di sana ada co-ass dan residen…aku tidak mau bapak untuk ajang percobaan…apalagi susternya galak-galak”

“Di rumah sakit Mukti Bea saja…pelayananya bagus dan cepat”

“Iya pelayanannya bagus…. Biayanya???”

“Masalah biaya…kita pikir nanti… yang penting bapak segera mendapatkan pertolongan”

“ Ya sudah… kita bawa ke rumah sakit Mukti Bea… Arjo kamu nyari mobil untuk membawa bapak ke sana”

“Iya mas… aku tak pinjam Pak Sumantri… beliau orangnya sangat longgar apalagi kalau dimintai bantuan dalam suasana genting seperti ini” Rapat Darurat keluarga akhirnya memutuskan mbah Kromo di bawa ke Rumah Sakit Mukti Bea..

Segera mbah Kromo dibawa ke Rumah Sakit Mukti Bea… untuk mendapatkan pertolongan. Dan benar…pelayanannya benar-benar OK. Mbah Kromo segera terpasang infus, mendapatkan obat, diinjeksi dan mendapatkan transfusi darah… semuanya berlangsung cepat… dan mbah Kromo segera segar kembali… dan yang istimewa lagi tagihan yang harus terbayar bisa ditanyakan setiap saat…

Pada hari kedua… Arjo anak bungsu mbah Kromo yang masih lajang… iseng-iseng menanyakan tagihan yang harus mereka bayar… petugas bagian billing dengan ramah menyapa Arjo…

“Ada yang bisa saya bantu mas?”

“Ini mbak… saya mau menanyakan berapa tagihan untuk pasien bapak Siswo Dikromo”

“Tunggu sebentar ya biar saya lihat dulu di komputer”

……………………………………

“Pasien bapak Siswo Dikromo…. Biaya sampai tadi malam…satu juta enam ratus tujuh puluh lima ribu rupiah…mas”

“Itu hari kemarin saja kan mbak?”

“Iya mas”

“Terima kasih mbak” dengan berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya Arjo…segera beranjak menuju kamar tempat dirawat ayahnya… dan segera mengajak semua saudaranya untuk rapat darurat.

………………………………………..

Singkat cerita akhirnya mbah Kromo dibawa pulang paksa… dan pindah rawat ke rumah sakit pemerintah.. yang kondisinya jauh berbeda dengan rumah sakit Mukti Bea…dan yang lebih membuat mbah Kromo heran, ternyata dokternya sama dengan yang merawatnya di Rumah Sakit Mukti Bea… dan tidak mengenali sama sekali beliau… dan kelihatan angkuh.. dan suka pamer…apalagi di depan Co-Ass dan Residen..

Kok baru dibawa disini tho mbah… sakit sudah berat kayak begini???” tanya dokter Hendro… yang sebelumnya “pamer” kelebihannya dibanding dokter penyakit dalam lainnya di depan Co-Ass dan Residen yang membuntutinya selama visite siang itu…

“Saya ini baru dirawat satu hari di rumah sakit swasta….habisnya sudah satu juta tujuh ratusan ribu dok…tapi belum ada kacéke

“Sebelumnya dirawat dimana tho? Pasti tidak kontrol di tempat saya..” lanjut dokter Hendro

“Dokter ini gimana tho...lha yang ngerawat sebelumnya ya… panjenengan sendiri!!!” ucap mbah Kromo agak dongkol…

“Masak kok lupa dengan pasiennya sendiri tho dok?”

“?!#$” dokter Hendro berdiri kaku…dan pura-pura memeriksa dan menulis resep… seperti halnya bila Anda menelefon seseorang, tetapi tidak ada yang menjawab… maka operator elektroniknya akan bilang

“Tidak ada respons” itulah yang dilakukan dokter Hendro…. Sementara Co-Ass dan Residen di belakangnya… saling memberi kode aneh.. senyum dalam ketegangan wajah…serba tidak enak….

PELAJARANNYA ADALAH

Banyak pasien yang masuk ke Rumah Sakit Pemerintah karena sudah di rawat di rumah sakit swasta beberapa waktu lamanya, kemudian kehabisan dana, baru pindah rawat di rumah sakit pemerintah, dengan harapan dapat meringankan biaya.

Atau mereka mengurus kartu sehat untuk mendapatkan perawatan gratis. Atau nekat ngemplang, tidak membayar tagihan karena pasien sudah mengalami handicap atau sudah meninggal.

Pasien-pasien seperti itu dan keluarga mereka, sudah mengorbankan banyak dari tabungan pribadi, sudah menjual barang-barang berharga bahkan hingga menjual rumah yang ditempati untuk menutup standar biaya yang harus ditanggung di rumah sakit swasta. Dan pengorbanan yang habis-habisan ini…ternyata tetap masih kurang!!!

Pasien-pasien seperti ini, dilihat dari sudut pandang ekonomis sebagai sumber pendapatan rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien disposable. Sudah habis “manis”nya tinggal “pelepah yang sepah” dan “dibuang” atau dalam bahasa medis “sekali pakai”.

Sehingga di negera kita tidak usahlah meributkan bagaimana status hukum euthanasia, banyak kasus euthanasia terjadi karena telah berstatus the disposable patient tinggal menunggu detik-detik kematian yang tidak tentu kapan akan terjadi.

Penyebab menjadi the disposable patient yang lain adalah sebelumnya telah menjadi the disposable citizen. Pada kasus ini, masih ingat kasus Supriyono seorang gelandangan, pemulung yang malang, anaknya yang bungsu menderita sakit diare hingga meninggal dan harus pontang-panting membawa jenazah anaknya selama tiga hari hanya sekedar untuk mencari biaya untuk mengurus pemakamannya.

Karena gelandangan, tidak mempunyai identitas formal, seperti KTP atau KK, sehingga mana bisa mengurus kartu sehat.

Karena itu perlu dipikirkan sistem pembiayaan kesehatan… untuk mengurangi jumlah “the disposable patient”… dan saat ini pemerintah telah menelurkan program asuransi kesehatan untuk keluarga miskin… program ini sangat besar pengaruhnya dalam membantu mengurangi jumlah pasien sekali pakai….

Tetapi sistem ini masih perlu pembuktian keberhasilannya… mengingat masih banyaknya rumah sakit yang masih tombok untuk menutup biaya sebelum diganti oleh PT Askes… jumlahnya bisa puluhan miliar per satu rumah sakit daerah.. mudah-mudahan rumah sakit daerah masih kenyal daya tahan keuangannya….

Belum lagi masalah pendataan dan sosialisasi program.. yang belum sepenuhnya diketahui oleh target sasaran program… atau target sasaran enggan memakai jasa rumah sakit daerah karena buruknya mutu pelayanan yang ada….

Satu potensi besar yang belum digali dengan maksimal… adalah dana dari Corporate Social Responsibility… cuman kalo mengandalkan yang terakhir ini… harus siap Rumah Sakit penuh pesan-pesan iklan sponsor….. Atau dana yang dihimpun melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh… bisa pula diarahkan untuk ini…

Kamis, 15 Maret 2007

Keteladanan Adalah Obat Paling Mujarab

Dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya
dokter adalah orang yang paling tahu mengenai kondisi fisik dan bagaimana menjaga agar kondisi fisik itu tetap berada dalam keadaan prima.

Di luar perkecualian karena takdir, maka adalah lucu dokternya adalah orang yang sakit-sakitan. Juga tidak pantas dokter yang dianggap sebagai panutan kesehatan mempunyai perilaku yang tidak sehat, seperti perokok berat, pecandu obat dan peminum berat. Tidak pantas kalau dokter adalah orang yang malas-malasan berolah raga.

Allah berfirman dalam surah Shaff ayat 2-3;

Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengatakan sesuatu yang tidak pernah kalian kerjakan; Maka Allah sangat murka terhadap apa yang kalian katakan sedangkan kalian sendiri tidak pernah mengerjakan”.

Ada kisah nyata berkaitan dengan ayat di atas, seorang anak umur 9 tahun dibawa ibunya ke seorang kiyai yang hafidz Qur’an [hafal Al-qur’an 30 Juz] karena kebiasaan makan gula pasir sehari hingga 4 – 5 kg. Ketika dihadapan pak Kiyai tadi, pak Kiyai hanya berkata

“Coba seminggu lagi datang ke sini, mau saya kasih nasihat”.

Selama satu minggu itu, yang dilakukan oleh pak Kiyai adalah mencoba untuk tidak menyenangi makanan yang manis [bergula]. Pak Kiyai meminta bu Nyai untuk tidak membuatkan teh manis.

“Bu.. kalo membuatkan teh jangan pakai gula ya bu, ato malah dibuatin air putih saja”

“Termasuk minta tolong jangan disediakan jajanan yang manis-manis ya bu”

Karena penasaran bu Nyai menanyakan perilaku yang diluar kebiasaan pak Kiyai tersebut.

“Kenapa tho pak… kok nyirik gula… apa habis periksa lab hasil gulanya tinggi?”

Panjenengan terkena diabetes tho Pak?”

Pak Kiyai menjawab dengan dua ayat Shaff tersebut, dan menerangkan satu minggu lagi akan menasihati anak agar tidak suka memakan gula.

“Gini lho bu… satu minggu lagi aku akan menasehati anak jangan suka makan gula… masak aku yang menasehati juga suka makan gula”

“Allah kan berfirman dalam surah Shaff ayat 2-3;

"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengatakan sesuatu yang tidak pernah kalian kerjakan; Maka Allah sangat murka terhadap apa yang kalian katakan sedangkan kalian sendiri tidak pernah mengerjakan

“Jadi Allah sangat murka kalo aku menasehati orang jangan melakukan ini tetapi aku setiap hari melakukan ini…”

“Oo begitu pak”

Setelah satu minggu berlangsung, ibu dan anak yang makan gula sehari 4 –5 kg tadi datang. Yang membuat ibu tadi terkejut adalah bahwa pak Kiyai tidak mengasih apa-apa, seperti minuman air putih atau doa-doa. Pak Kiyai hanya bilang

Le [panggilan anak laki-laki dalam bahasa Jawa],..kamu jangan suka makan gula ya!” kemudian ibu dan anak tersebut disuruh pulang. Setelah sampai rumah, apa yang terjadi? Secara mengherankan anak tadi ketika ibunya mengingatkan

Le, gulanya udah ibu siapkan” sang anak menjawab

”Aku tidak suka gula bu!”

(Coba kalo anak ini dibawa ke dokter ahli jiwa pasti didiagnosis menderita gangguan obsesif kompulsif dan menjalani pengobatan antidepresan hingga antipsikotik sampai berbulan-bulan)

Kisah nyata ini dituturkan oleh sahabat saya yang saya hormati ustadz Ahmad Yani yang beliau ini seorang hafidz Qur’an….dan selalu menjaga hafalannya tersebut dengan selalu mengkhatamkan al-Qur’an dalam satu minggu. Untuk mengejar target itu, sholat rowatib beliau selalu mengusahakan bisa membaca surat setelah alfatihah sampai 2 juz panjangnya. Dan beliau ini selalu menjaga akhlaqnya…walaupun hanya ngerasani orang ato dongkol… ternyata mempengaruhi hafalannya… luar biasa….

Untuk tambahan cerita mengenai pak Kiyai di atas… saat beliau wafat…. Luar biasa… 8 ribuan orang jamaahnya dari berbagai kota di Jawa, yang mengantarkan jenazah pak Kiyai ini ke pemakamannya.

Pelajaran bagi dokter adalah,

kalau dokter menginginkan pasien-pasien mengikuti nasehatnya agar berperilaku sehat, maka dokternya dulu harus berperilaku sehat

Senin, 12 Maret 2007

Bu…kalau “panas”, mbok berteduh disana saja..!!

Di pagi yang sejuk, jam 8.00 pagi Puskesmas telah buka. Petugas atau staf telah memenuhi kuorum yaitu separoh lebih satu dari staf sudah datang. Biasanya dokternya datang belakangan. Sehingga tidak hanya pasien, staf puskesmas harus rela dengan perasaan suka maupun tidak suka, meski sebenarnya banyak yang tidak suka.

Pasien-pasien itu berdatangan. Mula-mula satu dua orang, lalu bergerombol dan jadilah suasana Puskesmas menjadi riuh bagaikan pasar. Namun “pasar” disini bukan pasar pada umumnya. Suasana pasar memang ramai, tetapi suasana hati, tidak diselimuti dengan perasaan khawatir, suasana serba gembira terutama bagi penjual yang dagangannya laris. Walaupun ada perkecualian bagi penjual yang pembelinya datang senin-kamis alias jarang atau sepi dan tidak laku.

Namun “pasar” di Puskesmas ini suasana bertolak belakang seratus delapan puluh derajat perbedaannya, semua diliputi suasana gundah, khawatir, dilanda perasaan tidak nyaman, kenikmatan tercerabut baik sementara maupun ada yang permanen, dan mungkin sebagian besar dilingkupi perasaan harap-harap cemas menunggu “vonis” dari dokter atau perawat, yang mempengaruhi perjalanan hidup selanjutnya. Karenanya pasien dalam bahasa Inggris Patient artinya sabar.

Pepatah mengatakan “lain ladang lain belalang” artinya setiap orang, setiap tempat mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda-beda. Tampaknya pepatah ini bersifat universal dan berlaku pula untuk keadaan dalam “pasar” di Puskesmas. Orang-orang yang berada di sana, datang dengan masalah yang berbeda-beda. Ada yang sakitnya pusing, ada yang sakitnya “kesel-kesel” [bahasa jawa artinya capek atau pegel linu] dan masuk angin. Konon karena kebanyakan orang yang datang sakitnya PUSing, KESel dan MASuk angin inilah singkatan puskesmas diambil. Walaupun kenyataannya sakitnya beragam, ada yang sakit gigi, ada yang sakit bisulan [abses], congekan [otitis media akut supuratif maupun serosa], ada yang sakit biduran, ada yang sakit psikosis atau schizophren alias tidak normal daya nilai terhadap realitas yang dihadapi, ada yang sakit panuan, ada yang sakit tenggorokan dan ada pula yang sakitnya tidak bisa tidur semalaman.

Daya tahan dan daya banting orang terhadap sakit yang diderita dan suasana menunggu pun beragam antara satu pasien dengan pasien yang lain. ada yang sangat sabar, hingga bersedia didahului dua atau tiga orang sakit sesudahnya, ada yang sabarnya dalam batas normal; yaitu karena terpaksa harus antri dan terpaksa harus sabar menanti, namun demikian ada juga yang tidak sabaran mintanya didahulukan. Kata orang, namanya juga anaknya orang banyak, banyak karakter yang tak terduga.

Salah satu jenis pasien yang tipenya tidak sabaran, yaitu bernama bu Sutarmi [bukan nama sesungguhnya]. Dan memang karena sakitnya membuat ia jadi tak tahan dengan ketidaknyamanan yang sangat, apalagi kalau dilihat pasien-pasien yang datang sebelumnya relatif lebih sehat dibandingkan dirinya. Karena yang ia derita adalah sakit panas atau demam tinggi, maka di sela-sela petugas yang tergopoh-gopoh mencari kartu catatan medis pasien yang datang, bu Sutarmi berteriak dengan agak lantang,

bu badan kulo panas, kulo nyuwun dipun dhisikaken [bu, berhubung badan saya terasa panas, saya ingin antrean saya di dahulukan].”

Petugas atau staf catatan medis pun menimpali dengan kata-kata yang tidak kalah sengit

“bu..kalau panjenengan [anda] panas, berteduh di sana saja bu”

sambil menuding ke arah teras Puskesmas berkata dengan nada suara yang agak tinggi pula.

Karena kata-kata itu terdengar lucu, maka banyak staf yang ikut tertawa, walaupun sebagian sambil ditahan-tahan ketawanya biar tidak menyinggung perasaan pasien. Namun isyarat-isyarat dari wajah itu tidak dapat disembunyikan, bu Sutarmi bisa menangkapnya. Hatinya tambah dongkol dan tidak habis pikir.

“Saya ini kan orang sakit, badan tidak enak begini, demam, kepala pusing pula, malah diketawain dan dikerjain”

pikirnya dalam hati dengan jengkel dan marah. Karena kesabarannya juga ada batasnya maka meluncurlah kata-kata yang deras dan bernada tinggi,

“Bu, Mbak, Mas dan Pak,…Pasien juga manusia, punya rasa punya hati dan punya harga diri!”

“Hargai dong perasaan saya!!”

Seluruh staf yang melihat dan mendengar: ??!!..!?

Jumat, 09 Maret 2007

VIRUS MERAH JAMBU MENGANCAM DOKTER

Dokter Hendro (bukan nama sebenarnya), 34 tahun, yang hobinya karate, renang dan body contest…mempunyai body aduhai… tegap berisi. Ditunjang tinggi badannya 176 cm, semakin melengkapi reputasinya sebagai sosok yang lelaki banget. Siapa yang tidak mampu menahan rasa simpati dan kekaguman atas kelebihan fisik, ketampanan, kelebihan intelektualnya, sifat “care”nya pada pasien.

Kalo ada majalah pria yang mencari siapa sosok lelaki yang lelaki banget… dokter Hendro-lah adalah orang pertama yang jadi nominasi untuk mendapatkan gelar lelaki yang lelaki banget tersebut.

Intelek, seksi, dan banyak keunggulannya.

Selain karakter-karakter kuat ke lelaki-annya, dokter Hendro.. mempunyai keluarga idaman setiap orang.. istrinya yang cantik jelita. Melihat istrinya yang tinggi semampai, kulit seputih batu pualam…mengingatkan orang akan bintang sinetron dan film Tamara Bleszynski.

Dari luar orang memandang benar-benar pasangan yang sangat ideal…. Membuat cemburu setiap orang yang mengenalnya..

Dokter Hendro termasuk orang yang sangat memegang teguh prinsip, apalagi prinsip agama Islam yang dianutnya. Sehingga dia selalu tetap menjaga “jarak” terutama terhadap pasien yang berjenis kelamin berbeda.

Dia sangat menyadari dan mengakui gejolak perasaan terhadap pasien-pasiennya yang cantik….apalagi yang masih muda dan mempunyai postur tubuh yang aduhai… Kata orang berdesir lima detik…..ketika melakukan pemeriksaan fisik yang mendekati daerah-daerah tertentu… magnet yang sangat bertegangan tinggi..

………………………………………..

Datanglah Evi seorang pasien cantik, berambut panjang lurus, hitam berkilau bak iklan shampoo Sunsilk…menebarkan semerbak harum wangi tubuh dan pesona kecantikan luar biasa dari dirinya… pengetahuannya yang luas membuatnya menjadi sosok yang enak diajak ngobrol….sebuah gelombang yang setala dengan gelombang yang dimiliki oleh dokter Hendro… Jadi selalu nyambung dalam bahasa verbal maupun bahasa non verbal… sebuah tanda kesamaan gelombang..

Walopun datang dengan sakit flu, namanya orang cantik…ya tetap orang cantik…plus intelek…enak diajak ngobrol… dan nyambung…membuat dokter Hendro merasa nyaman dengan suasana konsultasi… pasien nyaman dan dokternya nyaman… ada hiburan kaleee…

……………………………………………

Malam jam 22.00 WIB… penyeranta handfone dokter Hendro berbunyi menandakan ada pesan yang masuk….dan dibuka..

mas Hendro…boleh saya curhat mengenai masalah keluarga saya… mas

ternyata pesan dari Evi… pasien yang kemarin konsultasi di meja praktiknya.. wajah cantik itu masih jelas tergambar dalam benak pikiran apalagi perasaannya apalagi masih tersimpan dalam memorinya harum dari tubuh dan rambutnya…

Boleh mbak Evi… ada masalah apa?

Kok pakek mbak sih..kayak saya ini lebih tua.. kan lebih tua mas… pakek dik saja ya mas

Ya dik.. ada masalah apa?"

Gitu dong mas"

dst…hingga

tanpa terasa sudah lebih dari 20 SMS melesat meluncur ke udara keluar dari handfon dokter Hendro menyasar masuk ke handfon Evi..

(Telkomsel dan Indosat mendapatkan lebih 40 transaksi jasa SMS malam itu..)

…..dan terus berlanjut dalam hari-hari sesudahnya.. hingga istri dokter Hendro menangkap adanya sinyal perubahan-perubahan perilaku dokter Hendro…

………………………………………

Selingkuh… ngeri…virus merah jambu…mengganggu keharmonisan keluarga..

Profesi dokter yang sangat terbuka terhadap publik… dalam arti berbagai macam karakter manusia yang sangat acak mempunyai kesempatan yang sama mengakses dirinya…. Sebuah keadaan yang sangat rentan untuk terserang virus merah jambu ini…

Termasuk pula para dokter yang sedang mengikuti pendidikan lanjut…pendidikan spesialis….

dimana interaksi sesama teman sejawat sangat intens siang dan malam…. hampir 24 jam… rawan terjadi cinta lokasi… tidak hanya dominasi artis bintang film atau sinetron.. sangat perlu diantisipasi dan disikapi dengan arif, bijaksana dan sangat berdisiplin tinggi…untuk mencegah terjadinya…

Menurut Anda…..apakah para aktivis Blogger juga rawan terserang virus merah jambu itu..?

Sabtu, 03 Maret 2007

Jadwal Imunisasi

Jadwal Imunisasi

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi September 2003)

Vaksin

Umur pemberian Imunisasi
Bulan Tahun
Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
BCG
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
DTP 1 2 3 4 5

6 dT atau TT

Campak

1

2

Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)
Hib 1 2 3 4
MMR 1 2
Tifoid Ulangan, tiap 3 tahun
Hepatitis A Diberikan 2x, interval
6 - 12bl
Varisela


Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004

Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir Hepatitis B-1




Polio-0
  • HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
  • Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
1 bulan Hepatitis B-2
  • Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan BCG
  • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP-1

Hib-1

Polio-1
  • DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
  • Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
  • Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan DTP-2
Hib-2
Polio-2
  • DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
  • Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
  • Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bulan DTP-3
Hib-3
Polio-3
  • DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)
  • Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
  • Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
6 bulan Hepatitis B-3
  • HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak-1
  • Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan
15-18 bulan MMR

Hib-4
  • Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln
  • Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 bulan DTP-4
Polio-4
  • DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
  • Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5
2 tahun Hepatitis A
  • Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun Tifoid
  • Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun DTP-5
Polio-5
  • DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
  • Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5
6 tahun MMR
  • Diberikan untuk catch-up imunization pada anak yang belum mendapat MMR-1
10 tahun dT/TT

Varisela
  • Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.
  • Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.