Selasa, 24 Maret 2009

Parpol, Bola Tarkam dan Ahmadinejad

Pemilu 2009 segera menjelang, tiba saatnya “pengadilan” buat para aktivis parpol akan kinerja mereka selama 5 tahun terakhir ini. Di seluruh pelosok penjuru negeri lantas bersulap menjadi negeri sejuta baliho dan spanduk. Biaya yang sangat mahal dikeluarkan hanya untuk memilih pemimpin yang terbaik. Jajanan ideologis dan perang statemen berterbangan di media massa dan cetak. Akankah tercapai harapan kita akan pemimpin yang benar-benar peduli dengan rakyatnya? Akankah mereka akan terus “mendengar” kita, walaupun pemilu ini telah berlalu? Semoga tidak, dan semoga di negeri ini lahir pemimpin sekelas Umar ibn Abdul Azis, yang tetap sederhana di tengah godaan materi yang berkibar-kibar.

Rakyat republik ini sudah muak dan bosan dengan parade kemewahan dan kesenjangan yang berjarak kian lebar antara pemimpin dan rakyatnya. Hati kami (rakyat) teriris-iris dengan senyuman manis para koruptor yang tertawa lebar dan berpakaian parlente ketika akan menuju persidangannya. Padahal uang yang mereka curi jauh lebih banyak ketimbang pencuri ayam amatiran. Sungguh, rakyat hanya butuh keteladanan akan pemimpin yang sederhana dan merakyat. Rakyat menantikan sosok 2 Umar yang pernah memimpin umat ini di masa lalu.

Semoga pemimpin yang terpilih nantinya bukan karena kekuatan uangnya, Karena logika pejabat harus punya uang ini sebenarnya logika yahudi. Dahulu ketika bangsa yahudi minta kepada Allah agar di antara mereka ada yang dijadikan raja (penguasa), maka ketika Allah sudah tentukan, rupanya orangnya tidak seperti yang mereka bayangkan. Ternyata dia miskin tidak punya uang.

Dalam logika yahudi, bagaimana mungkin orang miskin tak ber-uang bisa jadi penguasa?

Nabi mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah: 247)

Saat ini, kita melihat dan menyaksikan, betapa karakter materialistis sangat kuat menghujam seluruh partai politik di negeri ini tanpa terkecuali. Pemimpin dipilih, bukan semata karena komitmennya terhadap kebenaran dan rakyat. Tetapi dipilih karena kekuatan uang dan modalnya. Padahal, sekali lagi, logika berpikir ini adalah logika yang digunakan oleh orang Yahudi. Orang yang paling sering kita cela perbuatan dan akhlaknya, ternyata setapak demi setapak tanpa sadar kita mengikut kepadanya.

Dengan berbagai alasan pembenaran digunakan untuk melegitimasi perilaku hidup mewah pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini. Memperbaiki selera, memperluas pergaulan, meningkatkan jaringan dan lain sebagainya digunakan sebagai senjata pamungkas untuk membela gaya hidup mewah para elit politik di negeri ini. Masyarakat dan umat ini tidak perlu diajari untuk doyan duit dan bermewah-mewah. Karena dari sononya fitrah manusia memang doyan duit, doyan perempuan, doyan berkuasa. Justru rakyat butuh belajar ikhlas, sederhana, jauh dari logika materialistis. Adakah elit politik bangsa ini yang anda dapatkan seperti itu?

Partai-partai politik di negeri ini seakan merasa mereka adalah sebuah 'perseroan terbatas' yang bersifat proprietary, sehingga merasa berhak memutuskan apapun tanpa melihat aspek 'perasaan' publik, hal mana terlihat jelas dalam berbagai kebijakannya selama ini. Padahal perlu dicatat dan diingat bahwa sebuah partai politik adalah sebuah 'perseroan terbatas' yang sudah go public. Layaknya sebuah perusahaan yang besar karena go public, mereka juga harus mempertanggungjawabkan kebijakan-kebijakan pentingnya kepada publik. Menjelaskan apa latar belakang sebuah kebijakan diambil.Tetapi sayang seribu sayang, ungkapan yang paling sering muncul untuk menanggapi konsep ini adalah: kami adalah pemain bola dan anda adalah penonton, dan penonton tahu apa sih? Selain teriak tidak karuan dari tribun penonton!

Sekali lagi, industri sepakbola masa kini merupakan sebuah industri yang “share cost and profit” antara klub, suporter, dan publik. Dimana peran suporter bukan saja terletak pada sorak sorai mereka di dalam stadion, tetapi suporter juga turut andil dalam permodalan, berbagi untung rugi dengan cara membeli saham, membeli merchandise dan sebagainya. Tentu saja analogi ini hanya sekedar permisalan yang lahir dari kepala saya yang iseng. Tetapi secara umum logika pemain bola vs supporter untuk digunakan sebagai penangkis jawaban terhadap konstituen kritis sudah sangat baheula. Kecuali, logika manajemen sepakbola yang digunakan adalah logika klub sepakbola tarkam alias antar kampung, maka jawaban ini sangat manjur!

Akhirul kalam, ada sebuah hikmah yang mungkin kita renungkan dari saudara kita yang beraliran syiah. Sebuah aliran yang mengundang kontroversi semenjak lahirnya hingga sekarang. Aliran yang banyak kita cela, tapi ternyata sanggup menelurkan karakter pemimpin sekelas Ahmadinedjad. Sedangkan dari kalangan sunni zaman ini hanya bisa menelurkan pemimpin monarki absolut, sekuleristis nasionalis, sosialis atau liberalis ekstrim. Berikut profil kesederhanaan beliau/Ahmadinedjad (semoga Allah menjaga dan senantiasa memberi petunjuk kepadanya)

• Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan, ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresif.



• Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang dan diberikan sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan darinya. Arahan tersebut terutama sekali menekankan para menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat para menteri tersebut berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak

• Langkah pertamanya ketika menjadi presiden adalah mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satunya uang masuk adalah uang gaji bulanannya sebagai dosen di sebuah universitas yang “hanya” senilai US$ 250. Sebagai tambahan informasi, beliau masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimiliki oleh seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

• Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.



• Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga para menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara-upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

• Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawalnya yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto-foto yang diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.



• Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka, bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa.





• Baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden.










Gambar dikutip dari www.Unik77.tk