Selasa, 31 Maret 2009

Kejutan Biomedik dan Guru Singa

Hari ini memang luar biasa, begitu banyak kejadian penting yang terjadi susul menyusul. pertama-tama hari ini selasa 31 maret 2009 adalah hari terakhir penyerahan SPT wajib pajak perorangan, dan hari ini juga adalah hari yang telah aku cadangkan untuk persiapan terakhir ujian I blok respirasi besok. Jadi pagi ini aku berangkat dari rumah dengan pikiran bagaimana caranya aku bisa menyerahkan SPT itu sementara aku harus menyusun soal ujian dan memperbanyaknya untuk dipergunakan besok. Dua hal ini saja sudah sulit dikompromikan.

jadi setelah lihat-lihat dan riset sedikit via goggle aku menyerah, biarlah ku bayar saja denda itu tokh salah ku juga menunggu-nunggu sampai terlambat. Dengan demikian perhatianku sepenuhnya tercurah untuk mempersiapkan soal sebaik-baiknya agar tak ada satupun kesalahan ketik atau lebih parah lagi terpaksa meralat soal besok. saat asyik-asyiknya aku menekan tuts-tuts keyboard itu datanglah telepon yang pertama, jam 10-an kira-kira.

terkejut bukan kepalang aku mendengar seseorang diseberang sana yang mengaku menelepon dari sekertariat biomedik bertanya 

"kenapa anda belum juga menyerahkan berkas untuk diseleksi ?" aku balik bertanya 

"memang saya sudah diterima Pak? " ia balas begini 

"anda tidak buka-buka websitenya ya? sudah diumumkan sejak lama dan sudah 2 minggu yang lalu seharusnya berkas anda kami terima....". 

Hati siapa tidak meloncat...kufikir baru awal bulan ini ada pengumuman, segera ku buka situs yang dimaksud dan ternyata tepat benar perkataan si bapak barusan tertulis dengan manis disana selamat anda telah lulus ujian masuk...dst belum sempat aku senang kembali bapak itu bertanya 

"anda serius kan mau sekolah ?" kujawab segera
"serius sekali pak !" 

 "kalau begitu" katanya "sebelum jam 12.oo berkas dimaksud harus sudah diterima oleh panitia di rektorat depok..."  olala berputar cepat benakku bagaimana caranya ?! maka kubilang padanya

" saya di jakarta pak dan sekarang sudah jam sepuluh.." dengan agak memelas

kututup telepon dengan bingung..kubaca-baca, situs tersebut menyebutkan nomor fax dan alamat PO.BOX, semangat ku bangkit mungkin TIKI bisa menolongku..belum selesai aku menyiapkan berkas yang diminta kembali telepon ku menjerit-jerit alamak ! nomor yang tadi lagi....

"ya halo " kataku

" maaf dok in ketua program mau bicara " sahut nya, yaikss gugup ku tunggu dia bicara

" begini saja" katanya " saya sudah bicara dengan rektorat, kalau anda bisa serahkan berkas ke salemba sebelum jam 12.00 saya akan OK kan ke depok, tapi anda tetap harus serahkan berkas juga ke depok hari ini"

" bisa begitu dok ya " kataku

"iya saya tunggu sampai jam dua belas lewat dari itu saya anggap gugur " balasnya
baiklah akhirnya aku sanggupi, rencana matang mulai tersusun dalam kepala ku

kusiapkan berkas dan kuminta tolong pak margono (makasi pak ! ) untuk mengantarkan berkas itu ke salemba, dan pos kan yang satu ke TIKI one day service,  mudah-mudahan berhasil, kurasa itu sudah yang terbaik bisa dilakukan saat itu.

jadi setelah pak margono berangkat, aku kembali pada soal yang harus diselesaikan tapi kali ini dengan pikiran yang tidak tenang, mudah-mudahan tidak ada kesalahan yang parah atau kunci jawaban yang lupa kuhapus ( maaf ya anak-anak.. ). zuhur berlalu dan semua berjalan lancar sampai muncul telepon yang kedua, saat itu jam menunjukan pukul 13.30

telepon itu dari tante pitut adik ibuku ( indra punya tante pitut juga tan !) mengabarkan bahwa tante ku yang lain, tante Ade, tertabrak motor dan mengalami patah tulang dan sekarang sedang di obati di pengobatan alternatif patah tulang Guru Singa...sampai sini aku alisku mulai naik..Guru Singa ?! setelah kucatat alamat dan berjanji akan datang menjenguk sore hari nanti, aku segera bertanya pada paman Goggle.

dengan google map aku mendapat gambaran lebih jelas rute mana yang harus kuambil, ku baca-baca nampaknya tempat pengobatan ini cukup populer dan sering kali jadi alternatif utama para bikers. kucoba tanya-tanya pada pegawai di kantorku dan ternyata mereka tahu bahkan berkata ada alumni yang bekerja disana.

jadi sore itu berkunjunglah aku ke Klinik pengobatan patah tulang Guru Singa di jalan raya pondok kelapa, informasi di HP ku menunjukkan daerah ini termasuk wilayah Bintara. Keadaan tanteku cukup baik untuk yang mengalami kecelakaan dan patah tulang kakinya, tepatnya di sepertiga distal tungkai bawah kanan entah kemingkinan os fibulanya yang patah. kulihat daerah tersebut telah difiksasi dengan spalk dan dibalut dengan kain elastis yang sesuai meski spalknya tidak cukup panjang hingga tidak sampai memfiksasi sendi lutut dan pergelangan kakinya.

tapi kufikir cukuplah untuk alternatif, paling tidak mereka tidak terlalu sembarang. jadi perhatian ku beralih pada klinik ini sendiri. Tanteku ditempatkan di ruang perawatan kelas III Kambuna ( klinik ini cukup besar hingga memiliki ruang perawatan )  ada 7 dipan tanpa kasur yang terisi penuh. Ruang ini diisi oleh 3 anak usia SD, satu SMP dan 2 dewasa perempuan termasuk tanteku. semuanya menderita patah tulang ( pastinya ya ). 

semua orang berkata disini ada dokter yang mengunjungi mereka setiap hari, setengah tak percaya, sampai kulihat seorang berusia 30-an berbaju kemeja putih dengan 2 kancing paling atas terbuka (OMG !) plus name tag : DR H. XXXXX, memeriksa kondisi fiksasi yang terpasang pada pasien baru, memegang perut tanteku yang mengeluh mual dan muntah, lalu ia memberikan instruksi yang sayang sekali tidak jelas terdengar oleh ku, dan segera dicatat oleh lelaki asisten yang membuntutinya dengan kertas buram bagai resep. 

meski sesak dadaku melihat dokternya, melihat pola kerja seperti ini mau tidak mau aku mengakui ada tangan dokter yang bermain disini mengintrodusir pola kerja seperti di rumah sakit. Plang di depan juga mengisyaratkan bahwa klinik ini dibangun oleh seorang berpendidikan tepatnya Prof (HC) DR (HC) Ng Rusli Guru Singa almarhum. 

Goggle membawa ku pada blog seorang dokter yang mengaku bekerja di tempat ini, dalam blognya Alloen Endonesia menjelaskan bahwa di klinik GS ini diterapkan tehnik Traksi Luar yang dikerjakan oleh tukang pijat tradisional, lalu dibaluri oleh minyak khusus ramuan tradisional baru kemudian di immobilisasi. Dokter berperan lebih sebagai konsultan dan penanganan kasus berat, dokter memiliki hak untuk menolak dan menerima pasien, selain itu dokter juga bertanggung jawab terhadap seluruh pasien rawat inap. Menurutnya saat ini terdapat 60 pasien rawati inap perhari dan 100 pasien rawat jalan yang tangani oleh klinik GS.

Kembali pada situsi klinik, selain Kambuna ada Sibayak, Sibolangit, Tampomas dan lain-lain mencakup kelas I dan II, karena ada yang sendirian saja dalam satu kamar ber AC, persis seperti di rumah sakit dengan TV dan halaman, biaya rawat di Kambuna sendiri adalah IDR 70.000 perhari termasuk makan, saat admisi telah dikenakan biaya sampai IDR 700.000 untuk biaya reposisi dan fiksasi plus dokter dan tukang pijatnya belum termasuk obat. Nenek disebelah yang cucu perempuannya patah os femur mengaku telah 20 hari dirawat dan telah menghabiskan IDR 3.500.000,-  dan ia masih bersyukur karena biaya lebih besar pasti harus dikeluarkan kalau ia ke rumah sakit, keluarga ini berharap senin depan sudah bisa pulang.

Ada satu hal unik lainnya, setelah melihat nama-nama ruang perawatan dan suasana lingkungan kinik jadi bertanya-tanya apa kah nama guru singa itu ada hubunganya dengan hewan singa betulan atau jadi-jadian atau jangan-jangan harusnya Gurusinga itu marganya orang batak ?! tahun lalu pernah ke medan dan sepanjang jalan membaca berbagai nama marga batak yang tidak pernah mampir ketelinga yang ajaib dan lucu, mungkin ini salah satunya :)

dan ternyata benar gurusinga ini marga batak karo tempat asal tehnik tradisional yang diterapkan di klinik ini sejak di dirikan tahun 1984 sebagai yayasan non-profit. satu hal yang pasti klinik ini menghidupi benar kampung setempat, sampai-sampai gang tempat masuknya dinamakan gang Guru Singa (di pisah karena memang demikian mereka menulisnya)

jadi begitulah akhir petualangan hari ini, memang hari yang luar biasa bukan ?