Selasa, 28 September 2010

Kematian Saya


Sore itu saya pulang agak cepat, rasanya badan ini lelah dan ingin berbaring barang sekejap sebelum pergi ke tempat praktek. Selesai mandi dan shalat, saya pun membaringkan diri dan terlelap.

Kemudian saya mendengar anak kami masuk membangunkan saya, di goyang-goyangkannya badan saya, saya pun terbangun dan tersadar ingin menjawab, tapi entang mengapa saya tak mampu berkata-kata, Ya, saya benar-benar tak mampu bergerak apalagi bertutur.

"Ya Allah apa gerangan yang terjadi?" Anak saya segera menelpon ibunya dan menceritakan keadaan aneh saat itu.

Kemudian istri saya pun akhirnya datang dengan meraung-raung, seluruh rumah pun gempar dan menangis, sedangkan saya seperti terlihat tidak berdaya sama sekali. Tubuh saya terasa dingin tanpa menggigil.

Dalam hati saya justru merasa sedih karena telah membuat keluarga dan orang-orang di rumah menjadi bersedih dan kalang kabut, tapi apa hendak dikata?

Tak sampai di situ saja, yang membuat saya semakin sedih adalah ketika saya tidak mampu menunjukkan bahwa saya masih hidup ketika datanglah seorang dokter yang akhirnya darinya saya pun dinyatakan telah meninggal dunia.

Tentu saja hal itu semakin membuat orang-orang menangis histeris.

Dalam ketidakberdayaan, saya hanya bisa memandang orang-orang mulai mengangkat badan ini, memandikannya, kemudian badan saya pun dipakaikan kain kafan. Namun saya tetap tidak merasakan apapun dengan badan ini.

Teman-teman mulai berdatangan, bunga-bunga pun mulai bertaburan.

Di saat saya sedang dishalatkan, di saat itu saya baru merasakan suara-suara shalat yang sangat-sangat menyejukkan, tapi di saat itu penyesalan dan ketakutan datang bercampur aduk. Hingga ketika rasa cemas mulai memuncak, benak saya semakin dipenuhi dengan menghitung, menghitung, dan terus menghitung amal seraya berharap melebihi dosa-dosa saya? Tapi tetap saja apa yang coba saya hitung tidak berujung pada kepastian, saya tetap was-was.

Ya Allah, saya tahu akan ke mana tubuh saya ini dibawa saat orang-orang mulai menandu saya. Ya, ternyata benarlah adanya, saya hendak dihantarkan menuju rumah peristirahatan yang terakhir, begitu gelap dan sangat dingin.

Dalam kegelapan dan kedinginan seperti itu, samar-samar saya telah diperdengarkan oleh Allah dengan suara-suara dari orang-orang yang di luar sana, beberapa saat saya baru menyadari ternyata mereka sedang “berbagi” hasil jerih payah saya selama ini.

Ya Allah... Apakah hanya itu yang mereka pikirkan?! Sedang saya terbujur kaku di tempat gelap dan dingin ini?! Sungguh-sungguh mereka manusia yang sombong...

Semakin lama semakin sunyi, Ya Allah, sungguh sunyi gelap gulita! Saya semakin takut luar biasa!!!

Karena saking takutnya saya pun bangun memberontak!

Ah rupanya saya bermimpi!!!

Ya Allah, saya bersujud syukur kepada-Mu karena Engkau masih berkenan memberi waktu untuk saya bertaubat dan beramal lebih baik lagi.


"...Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?..."

[Q.S. Faathir 35:37]