Kamis, 11 September 2008

Yudisium : Tomorrow, The Judgement Day


Bismillahirrahmanirrahim
Ba’da tahmid wa shalawat

SURAT CINTA PENDINGIN JIWA

Surat ini kuniatkan untuk diriku sendiri serta saudara/i-ku yang insya Allah tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya, karena cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.
Surat ini kuracik untuk diriku sendiri serta saudara/i-ku yang kerapkali melakukan suatu pekerjaan dengan niat yang salah, padahal yang demikian itu akan memberikan akhir sebuah kegagalan yang akan kita sesali dan sungguh merugilah kita. Bukankah air yang berada di hulu, apabila ia kotor maka yang di hilir sudah pasti akan kotor pula? Sudah sepatutnyalah kita tata niat di hati kita dengan sebaik-baiknya.

Surat ini kuhadiahkan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara/i-ku yang mulai berat menyertakan kemauan dan kesabaran dalam setiap perbuatannnya. Padahal keduanya adalah dasar utama dari sebuah kesuksesan di dunia yang fana ini dan akhirat yang kekal nanti. Tanpa kemauan, seorang menjadi enggan untuk berbuat, bahkan seringkali tidak berbuat sama sekali pada akhirnya. Sedangkan tanpa kesabaran, seseorang akan menjadi mudah berputus asa.
Surat ini kuramu untuk ruh-ku dan ruh saudara/i-ku yang mulai enggan melakukan perbuatan baik karena dirasa sulit. Padahal disanalah letak cahaya sesungguhnya. Setiap memulai pekerjaan baik kadang terasa sulit, ibarat membuka hutan, dibutuhkan kerja ekstra keras.
Surat ini kukhususkan untuk diriku sendiri serta saudara/i-ku yang kurang berhati lapang dalam menjalani hidup yang hanya sementara di dunia ini. Padahal segala kejadian yang terjadi dalam hidup ini sudah ditentukan dan diatur oleh Allah, maka terimalah setiap kejadian yang menimpa kita dengan hati yang ikhlas. Baik dan buruk pasti terjadi dalam kehidupan ini, sebagaimana senang dan susah pun akan datang silih berganti.
Surat ini kukemas untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang mudah terpana dan terpesona dengan gemerlapnya dunia ini sehingga berbuat sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Sekuat apakah hawa nafsu dalam diri kita sehingga demikian sulit untuk dikuasai dan dikendalikan? Sebegitu mudahkah kita diperbudak dan dipermainkan oleh dunia? Bekalilah diri dengan tawakal kepada Allah untuk menaklukkan dunia serta bertawakallah kepada-Nya agar kita tidak tersesat untuk selama-lamanya.
Surat ini kupersembahkan untuk ruhku dan ruh saudara/i-ku yang belum menyadari sepenuhnya bahwa masing-masing diri kita adalah arsitek dari keberhasilan kita sendiri. Diri kita sendirilah yang akan membawa kita pada keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini. Diri kita akan menentukan apakah kita akan bahagia atau sengsara di dunia ini terlebih di akhirat kelak. Sadarkah kita bahwa kita-lah pemegang tanggung jawab penuh atas keselamatan diri kita?
Akhirnya, surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki waktu luang untuk berintrospeksi terhadap apa yang telah kta lakukan selama ini. Adililah diri kita masing-masing dan perbaikilah segala hal yang keluar jalur. Setiap manusia kelak akan diadili oleh Allah, di depan pengadilan yang mana tiada satupun yang luput dari-Nya, dengan hanya amalan kita sebagai pembela. Sudah cukup banyakkah amalan kita untuk memenangkan sidang tersebut?
“Berkatalah yang benar, karena berkata benar itu menunjukkan pada kebaikan dan kebaikan akan membawa jalan menuju surga. Seseorang yang terus membiasakan berkata benar, maka orang itu akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang selalu berkata benar. Jauhilah berkata dusta karena dusta itu membawa pada kejahatan dan kejahatan itu akan membawa ke neraka. Seseorang yang membiasakan berdusta dan selalu cenderung berdusta, akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang banyak berdusta.” (HR. Bukhary-Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murniya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakam, “Ya Allah, kami mohon Engkau menyempurnakan cahaya kami yang seterang-terangnya. Ampunilah dosa kami, Engkau Maha Kuasa atas segala-segalanya.” (QS. At-Tahrim : 8)

Wallahua’lam bishowab

SKILL 2005 dan Medical Islamic Community (MedIC) FK 2002