Sabtu, 16 Oktober 2010

Tips Mengatasi Anak Yang Susah Makan

http://lh4.ggpht.com/_A4mVQUHpbTs/STOxumU-JhI/AAAAAAAAAPk/2CZwFmA4Lm0/s288/susah%20makan.jpgBagi anak, saat makan itu bukan hanya pemenuhan gizi tetapi juga saat penuh tantangan, rasa ingin tahu, berlatih, dan juga belajar. Problema sulit makan – bukan hanya buah — biasa dialami anak usia batita. Umumnya mulai ditemui pada usia anak 1-4 tahun. Banyak hal jadi penyebab.

Anak usia di atas 2 tahun, sering membangkang alias tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang gak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dan lain-lain. Ini disebut sikap negativistik. Jangan khawatir bunda, sikap negativistik sebenarnya merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia batita.

Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independen. Jadi, batita umumnya ditandai dengan “aku”, artinya segala sesuatunya harus berasal dari aku bukan dari orang lain, intinya power. Nah, banyak orangtua yang kurang memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orangtua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orangtua yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara tersebut harus dihindari.

Justru semakin dipaksa, anak akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya). Akibatnya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orangtua yang selalu memberinya makan secara paksa.

Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah orangtua otoritatif. Artinya, bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak. Bersabarlah menghadapi anak. Kan rumah adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Nah, berikut beberapa penyebab anak susah makan dan tips mengatasinya yang perlu bunda ketahui:

Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya :

1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (> 6 bl) yg itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yg campur aduk antara lauk pauk spt makanan diblender jadi satu. Sama spt  orang dewasa, kalau kita makan dg menu yg sama tiap hari dan disajikan dg campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dg pengenalan makanan kasar.

Tips : Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak min. selama 1 minggu utk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinter- nya ibu memberikan makanan bervariasi. Spt kalau anak gak mau nasi, kan bisa diganti dg roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb. Penyajian makanan yg menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dg lauk pauknya. Hias dg aneka warna & bentuk. Jika perlu cetak makanan dg cetakan kue yg lucu.

2. Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan  
Cemilan diberikan pd anak sehingga anak tidak merasa lapar. Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan.

Tips : Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu
makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur
kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.  

3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa menggantikan makanan utama spt nasi, sayur & lauk pauknya Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu. Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1th, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan  dalam ikan-ikanan, sayur & buah.

Tips : Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dg berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.

4. Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yg dilakukan ortunya ygmempengaruhi perilaku makan anak. Mis. anak yang tumbuh dalam  lingkungan keluarga yang malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga spt kebiasaan ortu ketika menenangkan anak yg sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.

Tips :
Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yg ia dapat dari lingk sekitarnya, terutama ortunya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.

5. Munculnya sikap negativistik รจ fase normal yg dilewati tiap anak.
Pada usia >2 th, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang gak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . 

Jadi batita umumnya ditandai dengan AKU, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Nah banyak ortu yg gak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada ortu yg mengancam anaknya bahkan memukul. Cara2 tsb harus dihindari.

Justru semakin anak pd usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.

Tips : Pahami kondisi anak dg baik. Jadilah ortu yg otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yg baik dg anak. Bersabarlah menghadapi anak.
Kan rumah adalah madrasah pertama & utama bagi anak.

6. Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan krn anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet, maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.

Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yg baik. Jangan paksakan anak kalau gakmau makan. Beri makanan ringan yg padat kalori, spt makaroni skutel, dsb.

Yg jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap ortu adalah, seberapapun anak gak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.

Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yg baik, terus belajar menjadi ortu & memahami kondisi anak, dan bersabar.

Intinya, yang jelas dan perlu diingat baik-baik oleh tiap orangtua adalah, seberapapun anak susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka pasti ia akan makan. Jadi, tetaplah kreatif mengolah dan menyajikan makanan, bina komunikasi yang baik, terus belajar menjadi orangtua dan memahami kondisi anak.

Jadi kita para orangtua harus lebih bersabar yaa…dan ingat si kecil sekarang sudah mulai memahami kalau dimarahi…



source:berbagai sumber
blog editor: dr. wahyu triasmara