Minggu, 24 Juni 2012

Kuku Sudah Dicabut Tapi Cantengan Muncul Lagi

Dok, saya mengalami luka cantengan di kaki (jempol sebelah kanan). Cantengan ini mulai timbul setelah saya melahirkan, cantengan ini cukup lama berlangsung sekitar 6 bulan hingga akhirnya saya memutuskan untuk cabut kuku setelah berkonsultasi dengan dokter (sembuh setelah cabut kuku).

Akan tetapi saat ini setelah kuku mulai panjang (menyentuh bagian yang dahulu cantengan) kini menjadi luka cantengan kembali. Mohon bantuannya dokter. Terimakasih.

Yeni (Perempuan Menikah, 25 tahun), herika_XXXX@yahoo.com
Tinggi Badan 155 Cm dan Berat Badan 39 Kg

Jawaban

Dear Yeni,
Terimakasih atas kepercayaannya kepada kami.

Cantengan di dalam dunia kedokteran dinamakan paronychia. Istilah paronychia berasal dari kata Latin 'parōnychia', dari kata Yunani kuno 'paronukhia'. Para bermakna sekitar, sekeliling dan onux, onukh bermakna kuku. Jadi arti harfiahnya di sekitar kuku, di sekeliling kuku.

Paronikia merupakan peradangan (inflammation) jaringan di sekitar kuku jari tangan atau kuku jari kaki. Proses peradangan ini terkadang dapat menghasilkan nanah (pus). Disebut juga panaris.

Secara klinis, paronychia tampak sebagai kondisi yang akut atau kronis (menahun). Sifat infeksinya setempat, terlokalisir, hanya mengenai permukaan atau bisa merupakan kumpulan nanah dari jaringan paronychial di kuku jari tangan atau kuku jari kaki.

Kasus cantengan yang berlangsung enam minggu atau lebih di dalam medis disebut paronikia kronis.

Dari hasil kultur di jari-jari penderita paronychia, maka tampaklah bakteri aerobic (bisa hidup dengan oksigen) dan anaerobic (bisa bertahan hidup tanpa oksigen).

Organisme anaerobic utama merupakan jenis 'Gram-positive anaerobic cocci', yaitu dari spesies Bacteroides dan spesies Fusobacterium.

Organisme aerobic utama misalnya:
1. Staphylococcus aureus,
2. Gamma-haemolytic streptococci,
3. Eikenella corrodens,
4. Group A beta-hemolytic streptococci,
5. Alpha-hemolytic streptococci, dan
6. Klebsiella pneumoniae.

Dari berbagai literatur, organisme yang paling sering menjadi 'tersangka' dalam kasus paronikia akut (acute paronychia) adalah Staphylococcus aureus. Sedangkan jamur Candida albicans dijumpai hanya pada sekitar 15% kasus.

Pada anak-anak, kasus cantengan akut (acute paronychia) bisa disebabkan oleh karena kebiasaan menghisap jari, mengulum jari, menggigiti kuku. Sedangkan pada remaja dan dewasa, cantengan akut bisa disebabkan karena luka kuku akibat perawatan (manicure) yang kurang benar.

Pada kasus paronikia kronis, biasanya disebabkan karena terpapar air, zat/bahan iritan. Sekitar 95% kasus paronikia kronis disebabkan oleh Candida albicans, sisanya oleh mikobakteria atipikal dan organisme batang negatif gram.

Solusi untuk paronikia akut:

1. Rendamlah kuku dalam air hangat 3-4 kali sehari.

2. Segeralah ke dokter untuk diberi antibiotik yang tepat. Biasanya dokter akan memberikan antibiotik oral, seperti: clindamycin, kombinasi antara amoxicillin dengan clavulanate potassium.

3. Dilakukan drainage spontan oleh dokter.

4. Akan dilakukan operasi (insisi pembedahan) dan drainage bila memungkinkan.

Untuk kasus paronikia kronis:

1. Kasus paronikia kronis yang relatif masih ringan, dapat dirawat dengan merendam kuku di dalam air hangat (warm soaks).

2. Hindarilah air dan substansi yang dapat meng-iritasi, termasuk skin irritants.

3. Menghindari berbagai faktor pencetus, seperti: lingkungan yang basah, lembab, berair.

4. Hindari tindakan yang berkaitan dengan kuku, misalnya: menggunting kuku, menggigit kuku, menghisap kuku, manicuring, berusaha mengeluarkan nanah dari kuku, dsb. Sebab tindakan ini berpotensi untuk memicu dan memacu timbulnya infeksi bakteri sekunder.

5. Pilihlah sarung tangan dan alas kaki yang tepat, hindari yang terlalu ketat.

6. Jagalah kuku kaki dan tangan selalu dalam kondisi kering.

7. Segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan obat golongan steroid topikal dan antifungal (antijamur).

8. Penggunaan obat antijamur haruslah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Umumnya dokter akan meresepkan topical antifungal agents, misalnya topical miconazole.

Untuk ketoconazole atau fluconazole oral (50 mg / hari) dapat diresepkan oleh dokter dalam kasus-kasus yang lebih berat/parah. Pemberian obat ini (terutama fluconazole) efektif dan aman untuk kasus paronikia kronis.

9. Bila disertai kasus kencing manis (diabetes mellitus), maka perlu terapi yang lebih agresif.

10. Untuk berbagai kasus yang dicetuskan oleh obat dari golongan retinoids atau protease inhibitors, maka paronychia biasanya sembuh atau menghilang jika pengobatan atau terapi dihentikan

11. Operasi merupakan pilihan terakhir yang dapat dipertimbangkan bersama dokter.

12. Teknik operasi atau pembedahan yang bermanfaat pada kasus cantengan menahun yang membandel (recalcitrant chronic paronychia) adalah menggunakan metode 'en bloc excision of proximal nail fold (PNF)'.

Dari kasus yang mbak Yeni hadapi, tampaknya merupakan paronikia kronis, sehingga penjelasan di atas perlu diperhatikan dan dilaksanakan. Bila belum berhasil, segeralah menghubungi dokter terdekat.

Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat. Salam sehat dan sukses selalu!

dr. Dito Anurogo