Kamis, 15 Maret 2012

Kuadran pekerjaan dan penghasilan dokter

Sebuah buku yang berjudul “Fiqh Finansial”[1]menguraikan bahwa seseorang yang diberikan amanah pelayanan publik harus terpenuhi dulu kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan ini harus dipenuhi oleh negara. Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum ia diberikan amanah pelayanan publik meliputi :
1.      Makanan
2.      Pakaian
3.      Tempat tinggal
4.      Kendaraan
5.      Pembantu
6.      Perabot rumah tangga
7.      Biaya pendidikan
8.      Buku-buku pengetahuan
9.      Alat-alat produksi & modal
10.  Pelunasan utang
11.  Biaya kesehatan dan obat
12.  Pemerdekaan dari perbudakan
13.  Biaya pernikahan
14.  Peralatan bela diri

Dokter pun adalah pelayan publik, karena itu haruslah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut. Mengapa kebutuhan-kebutuhan dasar itu harus terpenuhi? Karena memberikan pelayanan publik berarti orientasi sebagian besar waktunya untuk publik, bukan untuk dirinya sendiri. Saya ada cerita dosen saya, seorang dokter spesialis bedah digestif. Selama lebih dari dua puluh tahun kariernya sebagai dokter bedah, ia sudah mengondisikan istri dan anak-anaknya untuk merelakan sewaktu-waktu absen dari jadwal pertemuan keluarga karena ada peristiwa gawat darurat yang harus dia tangani di rumah sakit. Contoh riilnya, suatu ketika dia bersama istri dan anak-anaknya berbelanja di mal, tiba-tiba ada panggilan dari rumah sakit kalau ada pasien yang gawat, maka segera ia meluncur ke rumah sakit, otomatis meninggalkan anak-anak dan istrinya. Yang lebih heboh lagi pengorbanan anak-anak dan istrinya adalah ketika menjumpai keadaan seperti itu, berarti mereka harus pulang ke rumah dengan naik taksi.
Idealnya dokter sebagai pelayan publik, agar bisa melakukan pekerjaannya dengan konsentrasi penuh, maka harus sudah tidak memikirkan lagi masalah penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tetapi ini jelas tidak mungkin. Telah menjadi aturan umum, dokter harus memberikan pelayanan yang “sempurna” [sesuai dengan sumpah yang diucapkan ketika dilantik menjadi dokter] sekaligus pada saat yang sama harus memikirkan nasibnya sendiri. Ini adalah PR terbesar dokter-dokter yang hidup di Indonesia, apa pun dan bagaimana pun bentuk cara mereka memperoleh pendapatan untuk diri dan keluarganya, tetapi tidak boleh mengubah cara mereka memberikan pelayanan yang prima kepada pasien dan keluarganya.
Bagaimana gambaran cara dokter memperoleh pendapatan untuk diri dan keluarganya akan diuraikan pada pembahasan berikut. 

 
Gambar 7.Kuadran penghasilan seseorang menurut Robert T Kiyosaki, ada kuadran kiri; yaitu penghasilan sangat tergantung pada kehadiran seseorang, kalau hadir dapat gaji atau penghasilan tetapi kalau libur tidak dapat gaji atau penghasilan employee [orang bekerja untuk usaha / perusahaan orang lain] dan self employee[dia bekerja untuk dirinya sendiri seperti dokter praktik pribadi, pendapatan tergantung pada hari-hari buka praktik, kalau praktik tutup tidak ada pendapatan]. Kuadran kanan, orang yang berpenghasilan tidak tergantung pada kehadiran secara fisik. Contohnya business[orang punya usaha dan dijalankan oleh orang lain dengan berbagai jenis pekerjaan yang kompleks dan sudah ada sistem yang berjalan] serta investor [orang yang menggabungkan antar bisnis]


Menurut Robert Kiyosaki[1], berdasarkan cara orang mendapatkan penghasilan, terdapat 4 kuadran. Secara umum kuadran kiri dicirikan adanya ketergantungan pada hadir tidaknya si pelaku. Kalau pelaku tidak hadir maka tidak ada penghasilan, tetapi kalau hadir baru mendapatkan penghasilan. Sementara kuadran kanan, penghasilan tetap berjalan dan mengalir ke pundi-pundi pelaku tanpa harus tergantung kehadiran si pelaku. Di kuadran kiri ada pekerja [employee = E; orang bekerja untuk orang lain dan mendapatkan gaji dari pekerjaannya itu] dan pekerja lepas [self employee = S; orang bekerja untuk dirinya sendiri, seperti dokter praktik pribadi, kalau praktik tutup tidak ada pemasukan, tetapi kalau praktik buka ada pendapatan]. Di kuadran kanan terdapat bisnis [business; orang mempunyai usaha dimana banyak orang bekerja untuknya, baik di level manajer, supervisor dan pekerja, semua bekerja dalam sistem yang bekerja tidak tergantung pada hadir atau tidaknya si pemilik]; sementara itu masih di kuadran kanan terdapat investor [investor; memadukan antar sistem bisnis baik secara langsung atau tidak langsung miliknya].
Sementara itu lebih detil bagaimana dokter mendapatkan pendapatan finansial dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1.     Dokter staf
     Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk golongan employee [E].
     Dia menjadi staf dokter di puskesmas, menjadi dokter di perusahaan seperti pertambangan lepas pantai, menjadi staf pengajar, dan semacamnya pada intinya dia bekerja dan honorariumnya tergantung pada lama kerjanya, keterampilan klinis, aspek manajerialnya, tingkat kepangkatan dan berbagai aspek penentu besarnya gaji lainnya.
     Menjadi staf dan memenuhi standar kerja baru mendapat kerja, tidak memenuhi standar kerja akan mendapatkan surat peringatan, bila parah akan dikeluarkan. Masing-masing perusahaan atau tempat kerja ada aturan main yang harus dipatuhi.
     Perolehan pendapatan secara periodik biasanya sebulan sekali yang biasa dikenal dengan gaji.
2.     Solo practice
    Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk golongan self employee [S].
    Disebut juga dengan praktik tunggal
    Biasanya memulai praktik dari nol
    Memilih membuka praktik perseorangan bisa berlokasi di rumah tinggal secara bersama atau di tempat yang terpisah dari tempat tinggal
    Kebutuhan tenaga kerja : dokter pemilik praktik, tenaga administrasi pendaftar. Bila menganut sistem dispensing (langsung ada obat, ada tenaga yang melayani pendistribusian obat pada pasien)
    Perolehan pendapatan biasanya saat itu juga. Biasanya di akhir sesi praktik, mulai berhitung berapa uang yang masuk.
    Membutuhkan keterampilan mengatur keuangan. Biasanya istri saya mempunyai alokasi-alokasi keuangan seperti untuk inkaso [pelunasan obat jatuh tempo karena saya praktiknya menggunakan dispensing, pasien langsung dapat obat], cicilan bulanan untuk kredit [biasanya jumlah cicilan dibagi jumlah hari dalam praktik satu bulan, jumlah ini menjadi target keuangan harian untuk pelunasan utang properti rumah praktik dan rumah pribadi, untuk inkaso obat juga menggunakan sistem seperti ini, melihat jatuh tempo, kemudian dibagi hari sebelum jatuh tempo, kemudian menjadi target keuangan harian untuk alokasi itu; dengan cara seperti ini, kita akan tahu secara singkat, berapa uang yang bukan merupakan tanggungan yang benar-benar bisa kita gunakan untuk keperluan lainnya], uang zakat, dan alokasi-alokasi lainnya [seperti saya dan istri menyisihkan uang untuk haji dan umroh]. Untuk mempermudah kerja, masing-masing alokasi diberikan dosgrip dari plastik dan dilabeli untuk alokasi, dan ada pencatatan tanggal masuk dan keluar beserta jumlahnya.

3.     Solo practice lewat membeli praktik dokter sebelumnya
    Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk kelompok self employee [S].
    Terutama pada kasus dokter yang terikat kontrak dengan perusahaan asuransi kesehatan
    Contohnya seorang dokter yang sudah terikat kontrak dengan perusahaan asuransi Askes atau lainnya dengan model pendanaan kapitasi[2]
4.     Praktik bersama
    Pemilik tempat praktik bersama, dalam klasifikasi Robert Kiyosaki sudah termasuk business[B] karena keberlangsungan tempat praktik bersama apalagi dengan apotik dan laboratorium klinik tidak tergantung dari kehadiran si pemilik.
    Atau bentuk peralihan dari self employee [S] ke business[B], karena sebagian besar omset pemasukan dari praktik pribadi dokter sang pendiri yang berusaha meningkatkan kapasitas usahanya. Atau kemungkinan lainnya sesama self employee [dokter spesialis atau dokter umum berkongsi bersama untuk sama-sama praktik di satu tempat].
    Beberapa dokter dengan spesialisasi sejenis atau beragam melakukan praktik bersama dalam satu tempat
    Layanan yang dikembangkan biasanya bersifat rawat jalan
    Biasanya bersama apotik secara integratif dalam satu gedung

5.     Pengembang institusi
    Dengan berdasar klasifikasi Robert Kiyosaki sudah termasuk business [B], usaha ini sudah melibatkan banyak orang dengan berbagai fungsi yang lebih kompleks dengan sistem yang mulai mapan
    Seorang dokter atau beberapa orang dokter mengembangkan sebuah institusi layanan komprehensif multispesialis, rawat jalan dan rawat inap secara bersama dalam institusi tersebut
    Biasanya dikembangkan dari solo practice
    Dukungan karyawan dengan strata yang lebih rumit, pesuruh, perawat, kepala perawat, kepala instalasi, dan manajer-manajer

6.     Pengintegrasi berbagai institusi
    Dalam klasifikasi Robert Kiyosaki termasuk investor [I], usahanya sudah dicirikan dengan uang yang berlimpah, bergerak dari bisnis ke bisnis.
    Dokterpreneur jenis ini memiliki berbagai jenis institusi dengan ruang gerak bisnis yang berbeda.
Dalam istilah Michael Porter ada integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal yaitu mengintegrasikan dari hulu sampai hilir. Misalnya mengembangkan pendidikan profesional kesehatan, memiliki lembaga pelayanan kesehatan seperti beberapa rumah sakit, memiliki jaringan apotik, memiliki pabrik farmasi dan memiliki perusahaan asuransi kesehatan serta mengelola lembaga keuangan publik yang bersifat sosial dan charity. Integrasi horizontal, misalnya memilki beberapa rumah sakit sekaligus, memiliki jaringan klinik 24 jam sekaligus dsb.


[1] Robert T. Kiyosaki, Cash Flow Quadrant, 2002, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
[2] Untuk memudahkan pemahaman mengenai sistem kapitasi; misalnya ada perusahaan dengan karyawan mencapai 5000 orang. masing-masing karyawan dipotong gajinya satu bulan sebesar Rp. 30.000,- untuk dana kesehatan. Rp. 10.000,- untuk anggaran ke dokter umum rawat jalan, sedangkan Rp. 20.000,- sisanya untuk anggaran rawat jalan. Saya pilih untuk dokter umum saja sebagai contoh pengelolaan keuangan sistem kapitasi; yakni dokter umum yang ditunjuk akan menerima sejumlah uang Rp. 10.000 ´ 5000 = Rp. 50.000.000,-. Menurut perhitungan frekuensi kesakitan populasi untuk kasus dokter umum adalah 10 – 20% dari populasi setiap bulannya. Kita ambil proporsi terbesar yaitu 20%. Berarti yang berobat ke dokter umum yang ditunjuk adalah 20% ´ 5000 = 1000 orang yang sakit setiap bulannya. Kalau biaya berobat [obat dan jasa dokter plus poliklinik] per pasien = Rp. 40.000 maka uang yang terpakai oleh dokter umum tadi Rp. 40.000 ´1000 = Rp. 40.000.000,-, berarti dokter umum yang ditunjuk tadi masih bisa melakukan saving sebesar Rp. 10.000.000,-. Kenyataannya besaran kapitasi tidak sebesar itu untuk dokter umum, kisarannya Rp. 3000 – Rp. 5000 per karyawan per bulan.


[1] Abdullah Lam bin Ibrahim (2005). Ahkamul Aghniya’ fisy Syariah Al-Islamiyyah wa Atsaruhu, edisi Indonesia Fiqh Finansial, Penerbit Era Intermedia, Surakarta