Selasa, 15 Februari 2011

Melacak Ovulasi Dengan Suhu Dasar Tubuh (BBT)


Suhu Dasar Tubuh atau Basal Body Temperature (BBT) adalah suhu terendah pada tubuh yang biasanya terjadi saat tubuh beristirahat atau tidur.

Beberapa hari sebelum ovulasi, suhu BBT berada pada suhu terendah dalam siklus menstruasi. Pada hari terjadinya ovulasi, suhu BBT mulai melonjak naik. Fluktuasi perbedaan suhu ini disebut dengan Biphasic Patterns.


Oleh karena terjadinya perbedaan suhu BBT sebelum dan sesudah ovulasi, maka suhu BBT dapat dijadikan sebagai instrumen pelacakan ovulasi. Misalkan hari ovulasi terjadi di hari ke-14 dalam siklus menstruasi 28 hari, maka pada rentang hari ke 1-13 (sebelum ovulasi) suhu BBT rata-rata berada di bawah, sedangkan pada saat ovulasi hingga beberapa setelahnya, suhu BBT cenderung melonjak naik dari biasanya.

Bila anda mendeteksi suhu BBT berada di suhu paling rendah dari biasanya, kemudian ia melonjak naik, maka di saat itulah kemungkinan anda telah memasuki masa-masa ovulasi, yaitu masa-masa tersubur untuk mendapat kehamilan.


Rentang kenaikan suhu BBT saat ovulasi berkisar antara 0,3-0,6 derajat Celcius. Rata-rata suhu terendah BBT pada wanita (sebelum ovulasi) adalah 36,4 derajat Celcius, sedangkan suhu tertinggi BBT (saat ovulasi dan sesudahnya) rata-rata 36,6-36,7 derajat Celcius.

Besarnya suhu BBT bisa jadi berbeda pada wanita, oleh karena itu dalam pengukuran BBT harus dimulai setelah menstruasi berakhir dan rajin melakukan pengamatan terus-menerus selama siklus menstruasi agar bisa terlihat pola suhu BBT terendah dan tertinggi yang terjadi pada tubuh anda.

Untuk melakukan pengukuran suhu BBT diperlukan semacam termometer khusus BBT yang lebih sensitif dibandingkan termometer biasa. Pada umumnya akurasi termometer biasa baru dapat mendeteksi perubahan suhu setiap 0,2 derajat, sedangkan akurasi termometer BBT mampu mendeteksi lebih sensitif lagi hingga setiap perubahan 0,1 derajat. Selain itu, termometer BBT lebih cepat menampilkan hasil sekitar 30-60 detik dibandingkan termometer biasa.

Selain untuk melacak ovulasi, pengukuran suhu BBT dapat dimanfaatkan pula untuk memberitahu apakah terjadi kehamilan atau tidak. Hal ini bisa diketahui bila selama 18 hari atau lebih setelah hari ovulasi suhu BBT masih berpola tetap tidak menurun, maka kondisi ini bisa dikatakan sudah terjadi kehamilan.

Setiap produk termometer BBT biasanya dilengkapi dengan lembar observasi dan buku petunjuk teknik mengukur suhu BBT, bahkan di antaranya disertakan pula software aplikasi untuk membantu mencatat dan mengevaluasi pola ovulasi. Cara pengukuran suhu BBT dapat dilakukan melalui mulut, vagina, atau anus. Oleh karena itu direkomendasikan berkonsultasi dengan dokter konsulen anda untuk informasi yang lebih lengkap.



ARTIKEL TERKAIT: