Jumat, 18 Februari 2011

Kriteria Sperma Yang Sehat


Sperma yang sehat tergantung dari struktur anatominya, serta kuantitas dan kualitasnya. Namun bukan berarti faktor-faktor ini sebagai nilai mutlak untuk menentukan kesuburan pada pria, karena ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kesuburan pria, di antaranya kesehatan mentalnya.


ANATOMI SPERMA YANG SEHAT

Biasanya untuk menguji kenormalan bentuk sperma ini, digunakan metode Krueger Strict Sperm Test. Anatomi sperma yang normal tampak seperti di bawah ini:


Sperma dikatakan berbentuk abnormal bila terdapat cacat pada organ-organ seperti yang disebut dalam gambar. Batas toleransi seorang pria dikatakan punya sperma normal adalah sperma berbentuk normal minimal sebanyak 15% per ml sekalipun 85% sisanya adalah sperma berbentuk abnormal.

Pada kasus tertentu, ditemukan beberapa pria mengalami ketidaksuburan karena memiliki sperma yang mayoritas berbentuk tidak normal. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut sebagai Teratozoospermia.


KUANTITAS SPERMA YANG SEHAT

Biasanya terdapat pengkategorian kuantitas sperma dalam pemeriksaan tes sperma di laboratorium:

  • Jumlah sperma yang normal mencapai lebih dari 20 juta per ml.
  • Jumlah sperma yang kurang dari 20 juta per ml biasanya akan dikategorikan sperma dengan kuantitas yang kurang.
  • Bila jumlah sperma kurang dari 10 juta per ml, maka dikategorikan "sangat kurang". Kondisi ini dalam istilah medis disebut sebagai Oligospermia.
  • Beberapa kasus bahkan ditemukan pria yang tidak punya sperma sama sekali yang dalam istilah medis disebut sebagai Azoospermic.


KUALITAS SPERMA YANG SEHAT

Perjalanan sperma untuk bertemu dengan sel telur merupakan sebuah perjuangan yang panjang dan berat. Mungkin mirip dengan perjalanan ikan Salmon dari tepi pantai menuju danau untuk bertelur dengan melalui jalur sungai yang berliku. Dalam perjalanan inilah kualitas sperma diuji.

Tak cukup dihadapkan pada perjalanan panjang dan berliku yang harus dihadapi sperma, sesaat setelah sperma berhasil menemukan sel telur, ia pun harus berlomba-lomba bersaing ketat dengan sperma-sperma lainnya yang jumlahnya berjuta-juta. Sperma yang menang adalah sperma yang mampu untuk menembus beberapa lapisan benteng sel telur seperti di antaranya benteng pertahanan Cumulus oophorus dan Zona pellucida.

Lapisan-lapisan benteng sel telur yang harus ditembus oleh sperma

Pergerakan sperma atau kemampuan sperma untuk bergerak dalam mencari dan berburu sel telur, disebut sebagai "Sperm Motility". Nilai Motility yang ditoleransikan di atas 50%.

Berdasarkan kriteria WHO, pergerakan sperma terbagi dalam empat kelas:

  • Grade "A" (Fast Progressive): sperma yang bergerak maju dengan lurus dan cepat, mirip seperti misil yang meluncur.
  • Grade "B" (Slow Progressive): sperma yang bergerak maju namun tidak lurus utuh, terkadang berkelok, serta pergerakannya lambat.
  • Grade "C" (Non Progressive): sperma yang ekornya bergerak-gerak, namun ia tidak bergerak maju, terkadang tampak berputar-putar saja.
  • Grade "D" (Immotile): sperma tidak bergerak sama sekali.

Sperma kelas "C" dan "D" adalah kelas sperma yang berkualitas jelek, dalam istilah medis disebut sebagai Asthenospermia. Kondisi lebih banyak diakibatkan oleh Testis yang memproduksi sperma yang berkualitas rendah, sehingga ia tidak cukup mampu untuk melakukan perjalanan mencari sel telur ataupun untuk penetrasinya.


Silahkan [klik di sini] untuk melihat contoh pemeriksaan laboratorium untuk uji sperma.