Minggu, 11 Juli 2010

Senyum seorang dokter

Pendidikan dokter memang butuh waktu lama... setidaknya 6 tahun untuk menjadi dokter umum... ditambah 3 - 4 tahun lagi untuk mendapatkan brevet spesialis.. butuh 3 tahun lagi untuk mendapatkan brevet subspesialis atau konsultan ahli.. Jadi kalo ditotal dokter menghabiskan waktu 12 TAHUN untuk mencapai puncak tertinggi profesinya...



Di lingkungan rumah sakit tempat habitat dokter, dokter diperlakukan oleh lingkungannya layaknya selebritis.. setiap hari perawat, dokter muda, muridnya dari profesi kesehatan lainnya dan para detailman/woman hampir selalu meminta tanda tangan.. jadi memang selebritis RS.. dan tentu saja ada infotainmentnya..



Cuman, ketika dihadapkan dengan pasien dan keluarganya... keadaan ini tidak seperti gambaran sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. NIAT SAJA TIDAK CUKUP.... BUTUH KOMITMEN DAN PASSION untuk mewujudkan layanan yang lebih menyejukkan hati pasien yang sedang didera kekalutan berkaitan dengan permasalahan kesehatan bahkan nyawa...



Dokter juga makhluk sosial... seringkali ada ungkapan "BARU DIKATAKAN DOKTER KALO SUDAH PUNYA MOBIL, RUMAH MEGAH..." dan MASYARAKAT MENDUKUNG AKAN HAL TERSEBUT... dan menganggap dokter yang rumahnya, mobilnya biasa-biasa saja dianggap DOKTER YANG TIDAK SUKSES. Maka tidak salah saat melayani pasien dalam pikirannya dokter membayangkan mobil atau rumah yang menjadi idam-idamannya dan keluarganya.



Ketidakramahan dokter tidak sendiri, stafnya pun juga mengikuti, perawat galak...



Di bagian pendaftaran pun juga tidak kalah galak dan judesnya..


Seringkali pula dokternya berpenampilan asal-asalan seperti orang "kalah main judi" acak-acakan



Ato dokternya malah tidak memakai parfum ato bahkan belum sempat mandi saat memeriksa pasien... jadi menebarkan "pesona" yang dikira vitamin A = Asam dan vitamin K = Ketiak... he he


Jadi mewujudkan layanan yang ramah dan senyum yang tulus adalah sebuah perjuangan, di tengah tekanan tuntutan profesionalisme, posisi dokter yang rawan dituntut di pengadilan.. yang macamnya banyak : pengadilan profesi (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, Majelis Kehormatan Etik Indonesia, Ikatan Dokter/Profesi,) Pengadilan Negeri hingga Mahkamah Agung, Pengadilan Massa, dan Pengadilan PERS... yang kesemuanya berrisiko BLACK CAMPAIGN.. dan pembunuhan karakter dokter... SEMOGA PARA DOKTER BISA TABAH DAN BERSABAR UNTUK SELALU MEMBERIKAN PELAYANAN YANG RAMAH DAN SENYUM YANG TULUS.... AMIN