Kamis, 08 Juli 2010

Alergi Akibat Pemakaian Pembalut Wanita

Tiap kali mendapat haid, ada sebagian wanita kadang selalu tampak repot. Bukan nyeri atau mulas yang membuatnya menderita, tapi alergi pada pembalut yang membuatnya harus kembali jadi wanita tradisional; memakai kain yang dilipat-lipat sebagai pengganti pembalut.

"Pada beberapa kasus khusus, memang ada wanita yang alergi pembalut," ujar dr. Susmeiati H. Sabardi, Sp.KK atau yang akrab dipanggil Susi dari bagian kulit dan kelamin, RSAB Harapan Kita, Jakarta.
Namun, tidak semua keluhan perih dan gatal di daerah kemaluan yang dilapisi pembalut disebabkan alergi. "Bisa juga hanya iritasi," tukas dokter yang akrab disapa Susi ini.

Alergi, seperti itu adalah suatu gambaran perubahan reaksi tubuh seseorang terhadap lingkungan yang berkaitan dengan gangguan pada mekanisme sistem kekebalan tubuh (imunitas). Seorang penderita alergi memiliki bakat sensitif atau rentan terhadap zat-zat tertentu. "Wanita yang mempunyai bakat alergi, pada tubuhnya akan muncul suatu reaksi bila zat pemicu alerginya menempel pada kulitnya," jelas Susi. Gejala dermatitis kontak alergi (DKA) itu bisa ditandai dari peningkatan sel-sel imun yang dikeluarkan tubuh, yang sering dirasakan sebagai rasa gatal dan sebagainya.

Namun menurut Susi, keluhan akibat pemakaian pembalut lebih sering disebabkan iritasi atau dermatitis kontak iritan (DKI). "Dermatitis sendiri artinya peradangan pada kulit," ujar Susi. Dengan gejala yang sama, keluhan gatal dan pedih ini bisa juga disebabkan infeksi jamur. "Apalagi menjelang haid, kondisi daerah sekitar kemaluan menjadi lebih lembab, sehingga memungkinkan suburnya pertumbuhan jamur. Untuk awam hal ini memang sulit dibedakan."

Penyebab Alergi dan Iritasi

Pada dasarnya pembalut sudah dibuat seaman dan senyaman mungkin untuk dikenakan. Sebelum dipasarkan, tentunya proses pembuatannya sendiri sudah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang. Walaupun begitu, tetap saja zat-zat yang dikandung pembalut, seperti pewangi, pewarna, bahan perekat, pengawet, pelembut dan sebagainya bisa menimbulkan efek negatif pada tubuh. Sebab, tidak semua wanita bisa tahan zat-zat tersebut. Bagi wanita yang berbakat alergi, pewangi pada pembalut dapat menjadi salah satu sumber alergi maupun iritasi yang paling banyak ditemukan itu.

Proses timbulnya keluhan juga tidak lepas dari kondisi faktor lain, misalnya, host atau daya tahan tubuh manusianya, "Bisa jadi zat-zat itu menjadi masalah untuk satu orang, tapi tidak demikian untuk beberapa wanita yang lain," tambahnya.

Bila disederhanakan ada 3 hal yang bisa menyebabkan munculnya alergi atau iritasi, yakni tubuh yang bersangkutan memang lebih sensitif, bahan pembalutnya "tidak ramah", pemakaian pembalut tidak higienis.

Pada beberapa kasus, awalnya dalam jangka waktu yang lama si wanita tidak punya keluhan. Namun tiba-tiba saja timbul keluhan gatal dan pedih akibat pemakaian pembalut. Mengapa? "Harap diingat, untuk wanita yang berbakat alergi, ada beberapa fase yang harus dilalui oleh tubuh sebelum benar-benar terjadi alergi. Bisa jadi pada awalnya tidak ada reaksi yang ditimbulkan, tapi makin lama kulit akan mengenali zat-zat sumber alergi itu dan pada akhirnya menimbulkan keluhan, karena kulit secara berulang terpapar zat yang sama."

Penanggulangan
Sering wanita mengabaikan rasa gatal dan tidak nyaman akibat penggunaan pembalut ini. Biasanya dengan alasan, "Ah, tiap bulan hanya seminggu ini. Namanya orang lagi haid, pasti rasanya tidak nyaman." Padahal bisa jadi ia memang punya bakat alergi atau mengalami iritasi. Baru setelah parah, mereka pergi ke dokter.

"Sebaiknya, jangan tunggu sampai parah, baru ke dokter untuk konsultasi. Karena semakin parah, tentunya semakin lama waktu yang diperlukan untuk pengobatan," saran Susi. Jika penyebabnya alergi, dokter akan memberi obat untuk mengatasinya, dan tentu saja yang bersangkutan harus menghindari sumber alerginya itu."

Walaupun wanita yang alergi dan mudah teriritasi pembalut ini tidak banyak jumlahnya, keluhan ini tak boleh dibiarkan dan harus diwaspadai efek yang mungkin ditimbulkannya. Menurut Susi, "Bila tempat yang gatal dan pedih itu digaruk terus dan dibiarkan saja, bisa jadi timbul luka di situ. Dalam jangka panjang, luka yang dibiarkan saja bisa menjadi sumber infeksi. Ini yang berbahaya dan bisa menyebabkan bekas kehitaman."

Daerah sekitar kemaluan adalah daerah yang mudah lembab dan tertutup, bila ada luka dan infeksi di situ dan tidak ketahuan, dalam jangka panjang tentu dapat menimbulkan bermacam masalah yang lebih serius.

Memakai Kain

Beberapa wanita, yang alergi pembalut, memilih jalan keluar dengan menggunakan kain yang dilipat-lipat. Menurut Susi, tidak masalah. Namun, apa pun pilihannya, ia tetap harus berkonsultasi supaya penyebab keluhannya bisa jelas diketahui. Juga, pastikan bahwa kain yang digunakan mempunyai daya serap yang baik, seperti katun.

"Pastikan pula mencuci kainnya harus benar-benar bersih. Bila kotoran atau deterjen yang masih tersisa terus-menerus menempel pada daerah sekitar kemaluan, tentu akan menimbulkan masalah baru." Lagi pula, penggunaan kain yang dilipat-lipat ini secara psikologis akan mengganggu, "Ada rasa tidak nyaman karena takut darah tembus keluar, tidak praktis, dan sebagainya."

Yang jelas dilarang adalah melapisi kain itu dengan plastik supaya tidak tembus darah. "Kulit akan dikondisikan seperti 'diperam', dan hal tersebut bisa memicu iritasi," tandas Susi.

Cara Pencegahan

Supaya tidak terjadi alergi atau iritasi saat menggunakan pembalut, ada beberapa hal yang disarankan oleh Susi, lebih utama lagi untuk wanita yang berbakat alergi, di antaranya:

* Pilih pembalut yang seaman mungkin, yaitu yang tidak memakai pewangi.

* Sering ganti pembalut. Usahakan dalam sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali, atau bila dirasa sudah tidak nyaman atau basah, segera ganti.

* Usahakan daerah sekitar kewanitaan selalu kering saat haid. Keringat dan kelembaban yang tinggi juga bisa menjadi pemicu iritasi.

* Mengganti merek pembalut juga disarankan bila terasa tidak nyaman dipakai. Tidak semua merek sama nyamannya bila digunakan oleh orang yang berbeda.

* Bila sudah timbul keluhan seperti; gatal, pedih, panas, memerah, pada kulit sekitar kelamin, segera konsultasikan ke dokter. Pada kasus dermatitis kontak iritan batas kulit yang memerah dapat terlihat jelas dan kadang nampak iritasi, sedang pada dermatitis kontak alergi tidak begitu terlihat batasnya.

* Dan perlu diketahui, Dermatitis kontak iritan bisa terjadi pada semua orang, sedang dermatitis kontak alergi hanya bisa terjadi pada orang yang berbakat alergi saja.


source : kompas 
Blog Editor: dr. Wahyu Triasmara