Selasa, 06 Juli 2010

Kecerdasan Spiritual Ibrahim Karena Sukses Menemukan Tuhan


Dalam otak manusia ada suatu lokasi yang berfungsi spiritual, yang mengakibatkan siapapun manusia pasti mempunyai kesadaran atau firasat, bahwa ada suatu kekuatan suatu kekuasaan yang besar di atas diri manusia itu.

Oleh karenanya, sebagian manusia ada yang mengekspresikannya dengan menyembah batu, kayu atau apapun yang dirasakannya "seperti" menyimpan kekuatan itu.

Ada bangsa penyembah api (Majusi) di Persia Iran, dan banyak juga yang menyembah matahari seperti suku Maya dan Aztek di Meksiko ataupun kepercayaan Shinto bangsa Jepang, ditemukan juga penyembahan matahari ini dalam mitologi dewa-dewa bangsa Yunani dan Romawi.

Begitulah usaha manusia dalam mencari jati diri spiritual kekuatan maha besar dengan berbagai kemampuan akalnya sekalipun pada akhirnya mereka hanya mencapai penalaran logika yang tidak logis karena mereka telah salah arah dengan menyembah mahluk-mahluk yang sebenarnya diciptakan Allah.

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?...” [Q.S. al-Hajj 22:18]

Segala puji syukur bagi Allah Ta’ala yang telah menciptakan seseorang yang sangat luar biasa kecerdasan spiritualnya, dialah Nabi Ibrahim a.s., bapak dari beberapa agama samawi. Ibrahim yang dengan ketajaman intuisinya telah memperkenalkan konsep Ketuhanan kepada kita.

Bagaimana cara Allah Azza wa Jalla mendidik Nabi Ibrahim a.s. di masa-masa beliau mencari siapa Tuhan itu? Yaitu dengan tahapan-tahapan kecerdasan akalnya.

Pertama-tama Allah memperlihatkan kepada Ibrahim kejanggalan dari konsep ketuhanan kaumnya yang juga dianut oleh ayahnya Ibrahim, Aazar.

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." [Q.S. al-An’aam 6:74]

Sehingga Ibrahim pun memulai pencarian Tuhan yang sebenar-benarnya. Kemudian Allah S.W.T. secara bertahap membimbing Ibrahim untuk memperhatikan malam yang di antara kegelapan malam tersebut Allah perlihatkan bintang-bintang kepada Ibrahim, dan beliau pun kagum dengan bintang-bintang tersebut yang dianggapnya punya kelebihan dibandingkan sesembahan bapaknya dan kaumnya. Hingga Ibrahim pun meyakini bahwa bintang-bintang tersebut adalah Tuhan yang sebenarnya. Namun di saat itu juga kemudian Allah meredupkan bintang-bintang, akhirnya Ibrahim pun sadar akan kelemahan bintang-bintang tersebut.

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." [Q.S. al-An’aam 6:76]

Allah Ta’ala kemudian memperlihatkan kepada Ibrahim bulan yang terang, dan Ibrahim pun mulai mengagumi bulan lebih bersinar terang dan tampak lebih besar dibandingkan bintang-bintang, sehingga ia pun menjadi yakin bulan itulah Tuhan yang dicari Ibrahim. Namun lagi-lagi bulan tersebut menghilang seiring berakhirnya malam dan hal ini kembali membuat Ibrahim kecewa.

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." [Q.S. al-An’aam 6:77]

Allah S.W.T. pun menerbitkan matahari yang ditampakkan kepada Ibrahim matahari tersebut punya sinar yang sangat terang hingga malam pun menjadi terang benderang dan ukurannya pun lebih besar dari bintang dan bulan. Lagi-lagi Ibrahim pun menjadi sadar telah salah menganggap matahari sebagai Tuhan yang sebenarnya setelah Allah membenamkan matahari tersebut seiring dengan masuknya malam hari.

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." [Q.S. al-An’aam 6:78]

Sejak saat itulah Ibrahim mencapai derajat spiritualnya yang tertinggi di mana ia menyadari bahwa sebenar-benarnya Tuhan adalah yang menciptakan bintang, bulan, matahari dan apa-apa yang disembah oleh kaumnya.

Setelah peristiwa tersebut, Ibrahim pun memohon kepada Allah untuk memperkuat keimanannya dengan memperlihatkan kebesaran-Nya yang lain. Allah bertanya kepada Ibrahim apakah ia masih juga ragu? Ibrahim menjawab tidaklah demikian, melainkan ia ingin agar kecintaannya kepada Allah semakin kuat. Maka Allah SWT kembali memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada Ibrahim.

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)" Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu". (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Q.S. al-Baqarah 2:260]

Dan benarlah Ibrahim membuktikan perkataannya bahwa dirinya sangat mencintai Allah. Dalam beberapa peristiwa mungkin kita mengenal bagaimana Ibrahim diuji dengan memilih antara kecintaannya kepada Allah dengan kecintaannya kepada Ismail.

Sedangkan salah satu bukti kecerdasan Ibrahim yang telah mencapai tingkat tertinggi sebagai hasil dari didikan Allah S.W.T., dapat kita simak dari kisahnya saat Ibrahim dalam suatu perdebatan tauhid telah mengalahkan hujjah raja Namruz yang telah mengaku dirinya sebagai tuhan.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim (yaitu Namruz) tentang Tuhannya karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang Menghidupkan dan Mematikan," orang itu (Namruz) berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Q.S. al-Baqarah 2:258]

Sungguh luar biasa manusia ciptaan Allah yang satu ini yang darinya kemudian Allah menganugerahkan keturunan-keturunannya yang juga mewarisi kecerdasan spiritual yang luar biasa tingginya. Dari anaknya yang bernama Ismail yang juga dijadikan Allah sebagai salah satu nabi utusan-Nya, kemudian lahirlah pula sosok yang tidak kalah luar biasanya kecerdasan dan ahlaknya yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". [Q.S. al-Baqarah 2:124]

Demikianlah Allah S.W.T. telah menciptakan para utusan-Nya yang perlu kita kagumi dan teladani kecerdasannya, keimanannya, ibadahnya, dan juga ahlakul karimah-nya.

Mungkin tidak akan terbayang oleh kita bagaimana seandainya tak ada seorang manusia yang bernama Ibrahim, saat ini kita semua, atau sekitar 5 milyar manusia saat ini mungkin masih animisme menyembah berhala mahluk-mahluk yang diciptakan Allah.

Oleh karena itu berterima kasihlah padanya, doakan keselamatannya, keringanan di alam kuburnya dan kemudahan hisabnya, dan tunaikan kesempurnaan konsep Ketuhanan Nabi Ibrahim a.s. yang disebut samawi itu tanpa merasa tinggi hati, sampaikan dengan bijak konsep kecerdasan spiritual ini kepada yang belum memahaminya dan janganlah saling bermusuhan.

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia...” [Q.S. al-Mumtahanah 60:4]