Kamis, 23 Oktober 2008

Resensi Philip Pullmann's Trilogy "His Dark Material"

Sudah lama sebenarnya membaca Buku yang pertama "Golden Compass", tapi baru pekan lalu berhasil menyempatkan diri membaca 2 buku lanjutannya "The Subtle Knife" dan "The Amber Spyglass". Trilogy ini termasuk jenis bacaan Fantasi, mungkin masih lanjutan dari efek Harry Potter, nevertheless saya sudah membacanya dan merasa indifferent.

Philip Pullmann bercerita tentang "Debu" dan Petualangan Lyra dalam dunia multidimensi. Sebuah fantasi lama yang mengatakan bahwa ada banyak dunia dalam alam semesta isi, dunia dengan dimensi yang berbeda. Seperti dalam film Jet Lee "The One", orang bisa melakukan perjalanan antar dimensi, antar dunia.

cerita dimulai dalam Dunia Lyra yang tidak jauh berbeda dengan dunia kita, perbedaannya adalah setiap manusia dalam dunia Lyra memiliki Daemon, bukan dalam artian demon seperti pada bahasa kita, tapi ia semacam jiwa, saat membaca buku-buku lanjutannya saya menyadari bahwa yang dimaksud adalah "suara hati" atau nurani kita yang mewujud dalam bentuk hewan tertentu. Pantalaimaon Daemon Lyra masih bisa berubah bentuk karena manusianya Lyra masih belum dewasa. dan tentu saja manusia dan daemonnya bisa berkomunikasi seringkali dalam dunia lyra kita bisa menerka karakter seseorang dengan melihat bentuk akhir dan perilaku daemonnya.

Bagaimana dengan Debu yang menjadi topik pembicaraan utama ? dijelaskan bahwa debu ternyata selalu berkumpul pada manusia, dan terutama pada konsentrasi yang tinggi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak, karena Debu nampaknya tertarik pada kesadaran atau kecerdasan, Intelegensia ! yang amat menarik adalah dan menjadi problem besar dalam cerita ini ada sebagian orang-termasuk lyra- yang dapat berkomunikasi dengan Debu, dengan kata lain Debu-pun berkesadaran.

Kompas emas Lyra atau alethiometer berfungsi menjawab pertanyaan, semua pertanyaan ! dan ia termasuk alat untuk berkomunikasi dengan Debu. Alat lain ditemukan oleh tokoh Dr Malone dalam "The Amber Spyglass" dari dunia kita yang meneliti Debu atau Materi Gelap ( Dark Matter ) yang mengisi ruang kosong di alam semesta.

Petualangan Lyra dipicu oleh permasalahan seputar Debu dan keinginannya untuk menyusul pamannya yang ternyata nanti diketahui tidak lain ternyata ayahnya sendiri. Ayahnya ini pergi ke dunia lain dengan tujuan untuk berperang.... Nah sampai sini fantasi Mr Pullmann bergerak semakin liar....Ayah lyra membangun aliansi antar dunia dengan satu tujuan yaitu memerangi Otoritas. Otoritas adalah Malaikat pertama yang dengan sewenang-wenang telah membangun kerajaan surga dan memaksa semua makhluk berkesadaran untuk tunduk padanya melalui peran Gereja.

dengan kata lain dalam fantasi Mr Pullmann Gereja selama ini menyembah Tuhan padahal disebaliknya Gereja menjadi kaki tangan Otoritas, dan saat ini otoritas telah berkuasa selama 33.000 tahun sejak manusia memilki kesadaran. lalu dimana Tuhan dalam dunia Fantasi ini, tidak begitu jelas, nampaknya dalam cerita iniTuhan sudah mati atau tidak berperan lagi.. sampai sini saya agak sedikit menyesal sudah membeli dan membaca buku ini karena tentunya pesan ini bukan pesan yang baik untuk dibaca oleh anak-anak.

Sudah jelas dalam cerita ini digambarkan perjuangan meraih kebebasan dengan menentang otoritas gereja, bahwa tuhan tidak berperan lagi, setelah menciptakan alam semesta ia hanay duduk berpaku tangan. semua ini adalah premis kaum liberal dan anti agama. Apalagi dalam kisah ini diceritakan bahwa Ayah Lyra dan sekutunya berhasil dan Otoritas serta anteknya kaum Gereja kalah. Terfikir oleh saya kisah ini tentunya di inspirasi oleh perjuangan kaum intelektual Eropa melawan dominasi dan konservatisme gereja katolik di Eropa pada abad pertengahan.

Alhasil ini adalah kisah yang membawa fantasi dan imajinasi kita membumbung tinggi menembus batas antar dunia dan masuk ke dunia malaikat, membicarakan urusan-urusan besar di alam semesta berpuncak pada peperangan besar antara aliansi manusia dan kerajaan tuhan palsu. Mudah sekali menikmati kisah ini asalkan kita waspada dengan implikasi cerita yang membawa pesan-pesan liberal.

Sebagai kesimpulan saya merekomendasikannya sebagai bacaan pelepas stress bagi pembaca dewasa dengan dasar aqidah yang baik dan wawasan memadai seputar peperangan pemikiran, tidak direkomendasikan untuk anak-anak apatah lagi untuk bacaan pengantar tidur.