Senin, 29 Desember 2008

Optimisme Baru di Tahun Baru Hijriah

"Azan magrib tadi adalah perpindahan waktu 30 Dzulhijzah 1429 ke 1 Muharam 1430 H. Waktu dalam Islam merupakan ayat (tanda) kekuasaan Allah SWT, sampai-sampai Allah SWT bersumpah demi waktu tersebut (QS:103). Marilah kita bermuhasabah (renungkan) apa yang telah kita persiapkan untuk hari esok (QS.59:18) Rasul bersabda, "Tanda kecelakaan itu ada empat: 1) Tidak mengingat dosa-dosa yang telah lalu, sedangkan dosa itu tersimpan di sisi Allah SWT; 2) Menyebut-nyebut segala kebaikan yang telah diperbuat, padahal siapapun tidak tahu apakah kebaikan itu diterima atau tidak; 3) Memandang orang yang lebih unggul dalam soal dunia; 4) Memandang orang yang lebih rendah dalam soal agama". Mari kita saling ikhlaskan dan memaafkan." Begitulah sms yang aku terima semalam. Begitu panjang, tapi dapat mengingatkan. Tahun baru bukan ajang untuk dirayakan tetapi momen untuk evaluasi diri.

Kenapa momen? Karena manusia itu butuh sebuah momen untuk bergerak, untuk berinisiatif. Butuh pemicu untuk membakar semangatnya. Tidak mudah memang bagi manusia untuk evaluasi diri atau merenungkan kesalahan diri. Berbuat seperti itu butuh keberanian untuk jujur pada diri sendiri. Hal yang sulit dilakukan di zaman sekarang. Buktinya semakin bertamabah umur seseorang akan semakin mundah untuk berbohong. Ehm.. Sebuah bentuk ketidakbersyukuran akan apa yang telah kita dapat.

Muhasabah itu seperti memutar kembali film lama, dari awal kehidupan kita sampai kemarin. Yang jadi pemeran utama adalah diri kita sendiri. Lucu rasanya melihat kita di layar itu. Mengingat keberhasilan di tahun lalu, dan apa yang tidak bisa dikerjakan. Apakah kita termasuk orang yang merugi atau tidak? Apakah amal kita yang sedikit itu dapat diterima, bisa menghapus dosa?

Tentu bukan penyesalan yang didapat setelah perenungan, tetapi munculnya optimisme baru, rencana kebaikan baru. Sayangnya, kata optimis itu mudah diucapkan tapi tidak gampang untuk dilakukan. Sebagian orang lupa bahwa kita manusia dilahirkan untuk optimis. Lupa bahwa tiap hari sebenarnya kita telah berlaku optimis. Padahal tiap malam ketika kita akan tidur, kita selalu berpikir akan bangun esok hari dan melakukan sebuah aktivitas. Itu adalah cara membangun pengharapan. Itu adalah sebuah optimisme yang dibangun tanpa disadari tiap harinya. Itu adalah contoh kecil optimisme. Optimisme itu cuma langkah sederhana untuk dilakukan. Semoga kita bisa dengan mudah melakukannya. Agar di tahun baru ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sadar akan fitrah diri kita sebagai manusia.