Sabtu, 13 Desember 2008

Kerusakan Saraf Lingual Akibat Blok Yang Dilakukan Pada Saraf Alveolaris Inferior














Latar belakang
Sebuah penjelasan mengapa cedera lebih sering terjadi pada saraf lingual dibandingkan terjadi pada saraf alveolaris inferior yang disebabkan oleh blok saraf alveolaris inferior mungkin diakibatkan oleh pola ikatan serabut sarafnya. Bentuk ikatan serabut saraf yang unifasikular akan dapat dengan lebih rentan terhadap cedera dibandingkan dengan saraf dengan bentuk multifasikular.


Cara Kerja
Peneliti secara unilateral membedah saraf lingual dan alveolaris inferior dari 12 kadaver. Mereka memotong spesimen 2 milimeter diatas lingula pada kedua saraf tersebut. Dan pada (tepian) molar tiga untuk saraf lingual, lalu peneliti menghitung lembaran serabut saraf pada tiap lokasi tersebut.

Hasil
Pada saraf lingual di lingula jumlah rata – rata lembaran ikatan saraf lingual adalah tiga (kisaran 1 - 8). 4 dari 12 saraf (33 %) berbentuk unifasikular. Pada tepian molar tiga, saraf lingual memiliki nilai rataan (mean) 20 ikatan lembar saraf (kisaran 6-39). Pada tiap kasus, didapatkan lebih banyak ikatan lembaran saraf pada daerah molar dibandingkan pada daerah diatas lingula dengan saraf yang sama. Pada daerah lingula, saraf alveolaris inferior rata-rata berjumlah 7,2 lembar (kisaran 3 - 14)

Kesimpulan
Studi ini dapat menjelaskan penelitian bahwa ketika sebuah blok alveolaris inferior menyebabkan kerusakan saraf permanen. Maka saraf lingual akan terpengaruh dengan persentase 70 % sedangkan saraf alveolaris inferior hanya berubah 30 % pada saat yang sama. Pada 33 % kasus, saraf lingual hanya mempunyai 1 ikatan serabut saraf pada lingula; sebuah bentuk lembaran saraf unifasikular akan lebih rentan terhadap cedera daripada bentuk multifasikular.

Implikasi Klinik
Tidak ada jalan/metode yang dapat diketahui untuk mengontrol kemungkinan kerusakan saraf akibat dari blok alveolaris inferior. Saraf lingual paling sering mengalami cedera karena pola dari ikatan serabut sarafnya.

Telah diketahui, bahwa pada beberapa kejadian langka, sebuah blok saraf alveolaris inferior dapat menyebabkan paresthesia, anesthesia dan disthesia permanen pada saraf alveolaris inferior dan saraf lingual. Hanya sedikit kasus seperti diatas yang kita dapatkan di literatur dengan kisaran banyaknya kejadian dari 1 : 26.000 blok alveolaris inferior sampai dengan kisaran 1 : 800.000 blok alveolaris inferior. Kebanyakan penelitian memperlihatkan bahwa saraf lingual lebih banyak (70 %) mengalami cedera daripada saraf alveolaris inferior (30 %). Penelitian lain menyebutkan bahwa ketika kerusakan terjadi setelah blok saraf alveolaris inferior maka akan berpengaruh secara umum pada daerah anatomis tersebut dibandingkan dengan pengaruh pada bagian-bagian kecilnya seperti yang terjadi pada anestesi lokal.
Ketika blok saraf alveolaris mengakibatkan kerusakan saraf permanen, maka saraf lingual akan terpengaruh 70 % pada waktu tersebut, kemungkinan besar akibat dari pola lembar ikatan serabut sarafnya.

The University Of California, San Fransisco telah mendapatkan reputasi sebagai pusat tersier (ketiga) penyerahan pasien dengan cedera pada saraf alveolaris inferior dan saraf lingual. Setelah berpengalaman pada evaluasi 100 pasien dengan kerusakan saraf yang hanya dapat diperolah dari blok saraf alveolaris inferior yang pola cederanya selalu menghasilkan distribusi menyeluruh terhadap saraf dan tidak mengakibatkan kerusakan hanya pada 1 atau 2 ikat serabut saraf. Hal ini berlawanan dengan yang kita saksikan pada pasien yang mengalami cedera akibat trauma dentoalveolar (kebanyakan akibat dicabutnya molar tiga), dimana pola kerusakan secara menyeluruh jarang terjadi. Walaupun nampaknya kita tidak menyaksikan pasien dengan keterlibatan saraf pada California utara, pada saat yang sama tidak nampak perbedaan yang nyata pada pola distribusi cedera saraf sebagai akibat injeksi anestesi lokal. Dimana anestesi lokal tidak mempengaruhi keseluruhan saraf tapi hanya satu atau beberapa buah ikatan serabut saraf dapat terpengaruh dengan beberapa cara.

Mekanisme kerusakan saraf belumlah jelas, beberapa teori menyebutkan penyebab dari trauma langsung jarum suntik, perdarahan di dalam epineurium dan efek neurotoksik dari anestesi lokal itu sendiri. Penelitian pada kasus klinik tidak mendukung secara penuh teori – teori diatas, karena ada beberapa kasus yang sesuai dengan teori dan ada yang tidak.

Dalam menentukan gejala dan tanda yang diteliti pada pasien dengan cedera permanen di saraf alveolaris inferior dan lingual sebagai hasil dari injeksi anestetik lokal beberapa ketidakpastian yang timbul membuat etiologinya sulit untuk ditentukan. Telah diperlihatkan bahwa hanya lebih 50 % dari sebuah kelompok pasien tertentu mengeluh akan adanya kejutan listrik dan ketidaknyamanan abnormal lainnya yang berhubungan dengan injeksi. Oleh karena itu, dapat diasumsikan pada hampir 50 % kasus tidak ada kontak yang nyata antara jarum dan saraf. Juga, nampaknya tidak ada perbedaan antara cedera saraf permanen yang dihasilkan dari suatu blok saraf alveolar dan faktor - faktor yang menyebabkan trauma lokal. Antara perbedaan ini terdapat fakta bahwa munculnya disesthesia terjadi lebih sering pada kerusakan saraf berhubungan dengan blok saraf alveolar, yang mana mengindikasikan suatu fenomena fisikokimia yang berhubungan dengan unsur pokok kimia dari anestetikum lokal. Serupa dengan hal tersebut, gangguan sensasi terkadang menyebar pada cabang saraf yang saling berdekatan, yang juga menyebabkan suatu cedera fisikokima sehingga dapat menyebabkan demielinisasi.

Peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pola ikatan serabut saraf pada saraf alveolaris inferior dan lingual diatas lingula, dimana blok alveolaris inferior dilakukan dapat menghasilkan cedera relatif yang melibatkan tiap saraf.


Alat, Bahan dan Metode
Peneliti melakukan pembedahan pada saraf alveolaris inferior dan lingual secara unilateral pada 12 kadaver. Peneliti membedah saraf lingual kira-kira 5 mm di atas lingula terus ke bawah hingga sampai di daerah molar dua. Saraf alveolaris inferior dibedah 5 mm di atas lingula dimana saraf memasuki saluran alveolaris inferior yang terletak di bawah lingula. Peneliti memotong dan mengambil spesimen 2 mm diatas lingula (tempat diperkirakan larutan anestetikum didepositkan) untuk saraf alveolaris inferior dan lingual serta sisi berlawanan pada daerah tengah molar ketiga. Peneliti memotong 5 mikrometer bagian spesimen dan mengulasinya dengan hematoxylin dan eosin. Bagian-bagian tersebut pertama-tama diteliti untuk memastikan orientasi cross sectional. Peneliti kemudian melakukan orientasi ulang dan pemotongan ulang kasus dari bagian tersebut dengan garis singgung (tangen). Jumlah individual dari ikatan serabut saraf pada tiap serabut saraf dinilai dengan seorang ahli patologi berpengalaman. Menggunakan pembesaran 40 kali dan penegasan pembesaran 200 kali untuk ikatan serabut saraf yang lebih kecil. Untuk analisis statistik, hasil dari setiap jenis saraf di ratakan. Peneliti mengasumsikan data menjadi sampel dari sebuah distribusi Gaussian, peneliti menggunakan analisis parametrik yang menggunakan test t berpasangan untuk membandingkan nilai rataan. Nilai ρ kurang dari 0,01 dianggap signifikan.

Hasil
Hasil dari penghitungan ikatan serabut saraf dari masing-masing jenis saraf pada tiap poin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.




Saraf
Jumlah Ikatan Serabut Saraf di Lingula
Saraf Lingual
Saraf Alveolaris Inferior
1
1
3
2
3
3
3
1
6
4
8
14
5
4
7
6
3
14
7
3
5
8
1
10
9
3
8
10
5
4
11
1
6
12
3
6
Nilai rataan (Mean)
3.0
7.2
Standar Deviasi
± 2.0
± 3.8

Pada potongan saraf lingual yang terletak di atas lingula, nilai rata-rata ikatan serabut saraf adalah 3 (kisaran 1 – 8). 4 dari 12 saraf (33 %) berbentuk unifasikular pada poin ini. Pada sisi molar tiga, saraf lingual mempunyai nilai rataan 20 ikatan serabut saraf (kisaran 7 – 39). Pada tiap kasus, lebih banyak ditemukan ikatan serabut saraf pada daerah sisi molar tiga daripada di atas lingula pada saraf lingual yang sama. Hal ini pasti bermakna bahwa ikatan serabut saraf terbagi pada beberapa titik antara lingula dan daerah molar tiga. Saraf alveolaris inferior 2 mm di atas lingula mempunyai nilai rataan ikatan serabut saraf 7,2 (kisaran 3 – 14). Hal ini berarti bahwa tidak ada saraf alveolaris inferior yang berbentuk unifasikular pada daerah lingula, dan jumlah paling sedikit dari ikatan serabut saraf yang diteliti adalah tiga. Pada tiap kasus, saraf lingual mempunyai jumlah ikatan serabut saraf yang sama atau lebih sedikit dari saraf alveolaris inferior pada daerah lingula. Perbedaan jumlah dari ikatan serabut saraf pada masing-masing lokasi pada masing-masing jenis saraf secara stastik signifikan (ρ