Jumat, 16 Januari 2009

Perang Salib III










Ilustrasi pertempuran antara Salahuddin versus Richard

Perang salib III (1188-92)
Episode perang salib III inilah yang paling legendaris. Karena adanya pertarungan sengit antara Raja Richard versus Sultan Saladin.

Pada tahun 1157, Nuruddin jatuh sakit yang cukup berat dan tak kunjung sembuh hingga dua tahun kemudian. Para amirnya telah diberitahukan dan mengusulkan untuk merebut Antiokhia, tapi Nuruddin menolaknya. Nuruddin tahu, ini belum saatnya untuk menyerang Yerusalem dan kota-kota sekitarnya. Kaisar Manuel dari Byzantium baru saja menaklukan Anatolia dengan kekuatan militernya. Kemenangan Byzantium di utara ini memaksa Nuruddin untuk mencari front pertempuran yang lain, karena adalah tindakan yang konyol melawan Byzantium yang tengah kuat secara moral setelah penaklukan Anatolia. Jika pun menang, itu pasti diraih dengan sangat tidak mudah dengan risiko banyak kehilangan nyawa prajurit. Pada tanggal 15 Mei 1174, Nuruddin wafat karena serangan jantung di usianya yang ke 60., tetapi kaum muslimin mendapatkan pengganti yang sepadan. Sultan Salahuddin/Saladin!

Sepeninggal Nuruddin pada tahun 1183, Saladin yang telah berhasil mengambil alih kekuasaan khalifah dari bani Fathimiyah yang syiah, memulai gerakannya untuk membebaskan Palestina dari tentara Salib. Pasukan Saladin menyeberangi Yordania dan menyerbu Galilea. Guy dari Lusignan, yang kini menjadi wali Kerajaan Yerusalem, segera saja memobilisasi tentaranya. Kedua pasukan kemudian berkemah berhadap-hadapan di kolam Goliath.

Disinilah terjadi perang Hittin yang berakhir dengan kemenangan gilang gemilang Sultan Saladin. Dimana kemenangan di perang Hittin berujung pada terbebasnya Yerusalem yang akan bertahan selama lebih dari 800 tahun, sampai tahun 1967 ketika Israel berhasil menginjak-nginjak kedaulatan bangsa Palestina. Dimana secara rinci kisah tentang perang Hittin akan saya posting tersendiri.

Setelah penaklukan Yerusalem, Bahauddin, sang penulis biografi Saladin, menceritakan pada kita sebuah kisah yang menunjukkan pandangan baru akan orang-orang Kristen. Waktu itu Bahauddin dan Saladin sedang berkuda di sepanjang pantai Palestina, memandang gelombang laut yang liar di musim dingin. Saladin berkata, “Aku pikir ketika Allah memberiku kemenangan atas seluruh tanah Palestina, maka aku akan membagi wilayahku, membuat wasiat untuk menyatakan harapan-harapanku, dan kemudian berlayar ke negeri-negeri mereka yang jauh dan memburu kaum Frank di sana, agar dunia terbebas dari orang-orang yang tak beriman pada Allah.”

Saladin sebenarnya sudah berniat untuk menyeberang ke Eropa dan menegakkan kalimat Allah di sana. Tapi untuk berjihad, Saladin tak perlu pergi ke Eropa karena tak lama setelah kemenangannya di Hittin, Raja William dari Sisilia segera berlayar ke Tirus dengan tujuan segera mengkonsolidasi kekuatan Kristen. Raja Guy dari Lusignan yang dibebaskan oleh Saladin, bukannya berterimakasih, tapi malah ikut bergabung dengan sisa kekuatan Kristen di Tirus dan kemudian berlayar ke Acre untuk mengepung sebuah benteng muslim di kota itu. Tentara Salib dalam jumah besar sedang berlayar dari Denmark dan Frisia untuk membantu Guy mengepung Acre.

Seiring dengan jatuhnya Yerusalem, Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib ketiga. Sayang waktunya bersamaan dengan matinya raja-raja yang pertama kali menjawab panggilan.

Namun tentara salib yang menanggapi seruan perang salib jilid tiga yang dilontarkan oleh Paus Gregory III, tidak terlalu semangat dalam menanggapinya. Baru pada 1191, hampir 4 tahun setelah perang Hittin, tentara salib yang utama sampai di Acre. Keterlambatan ini sebenarnya dikarenakan mereka sedang sibuk dengan masing-masing pertempurannya. Raja Philip Agustus dari Perancis dan Raja Henry II dari Inggris saling menyerbu tiada henti. Pada 6 Jui 1189 Henry II wafat dan Richard The Lion Heart mewarisi kerajaan Inggris.

Raja pertama yang menjawab seruan tersebut adalah William II dari Sisilia. Dia mengirimkan armada ke Timur tapi kemudian mati pada 1189. Henry II dari Inggris setuju untuk berpartisipasi, tapi juga mati di tahun yang sama. Kaisar Jerman, Frederick Barbarossa, yang telah ber-rekonsiliasi dengan Gereja (setelah sebelumnya sempat di ekskomunikasi), berpartisipasi dengan memimpin tentara yang besar yang mengalahkan Pasukan Seljuk pada 1190. Tapi bulan berikutnya, Kaisar yang sudah lanjut ini mati tenggelam saat dia iseng berenang di sungai Calycadnus yang terletak di dataran Seleucia dalam perjalanan ke Yerusalem.

Dua raja yang akhirnya memimpin Perang Salib ini adalah Richard I ("Si Hati Singa, Lion-Hearted), kakak Henry II dan penerusnya. Dan Raja Philip II Agustus dari Prancis.

Setelah wafatnya Henry II, perang pun berhenti dan Richard berkeinginan untuk berangkat ke timur sebagai tentara salib. Sebenarnya keinginan Richard bukan berdasarkan motivasi religius. Karena Richard adalah seorang prajurit, perang salib memberikan tantangan yang menggairahkan sebagai prajurit. Sedangkan Philip Agustus jauh lebih tidak bersemangat menanggapi perang salib, tapi ia sadar bahwa jika ia tidak mengikuti opini pubik dengan menunda keberangkatannya lebih lama, maka itu akan menjadi sebuah kesalahan politik yang cukup fatal. Philip Agustus dan Richard The Lion Heart sepakat untuk berdamai secara resmi dan berangkat bersama meninggalkan Eropa menuju Acre pada tahun itu.

Gerak maju kedua raja, Richard dan Philip, sangatlah lambat. Berangkat dari masing-masing negerinya, kedua raja ini sepakat untuk ketemu di Sisilia. Rencana mereka akan berlayar menuju Acre dan tidak menempuh jalur darat yang berbahaya.Philip sampai lebih dulu dan langsung mengatur pasukannya untuk mengepung Acre. Sedangkan Richard tertunda kedatangannya karena asih harus merebut Siprus dan menyerang sebuah kapal logistik kaum Muslim. Baru pada 6 Juni Richard sampai di Acre dan langsung ikut membantu pengepungan Acre.

Pengepungan Acre adalah sebuah pengepungan yang berkepanjangan dan membuat semua orang putus asa. Di dalam kota, pasukan Muslim berjaga-jaga dan kaum sipil menderita akibat pengepungan yang telah berlangsung 2 tahun. Di sekeliling benteng kota tentara salib berkemah mengepung. Sementara itu, di sekeliling kemah tentara salib, berkemahlah ribuan prajurit Muslim Saladin. Di dalam perkemahan tentara salib merebak wabah penyakit dan perseteruan politik antara Richard melawan Philip. Kondisi ini yang membuat mereka tak mampu menaklukkan Acre dengan cepat.

Tentara salib kali ini sangatlah berbeda dengan tentara salib sebelumnya yang sangat termotivasi dengan semangat kristus. Tentara salib pimpinan Richard dan Philip ini sangat sekuler dan terlihat sangat duniawi. Mereka sangat bersemangat ketika Richard menawarkan kepingan emas untuk setiap orang dalam pasukan yang dapat mengambil bongkahan batu dari benteng kaum Muslim. Ini berkebalikan dengan yang terjadi dalam pasukan Muslim, di mana setiap orang bertempur berlandaskan jihad membela agama. Saladin tetap mempertahankan kebiasaannya untuk membacakan hadist-hadist Rasulullah SAW di depan pasukannya sehingga motivasi jihad pasukannya tetap terjaga

Setelah pengepungan panjangnya, akhirnya kota Acre jatuh ke tangan tentara salib. Ketika melihat bendera Kristen dikibarkan dari benteng kota Acre pada tanggal 12 Juli, Saladin menangis bagaikan seorang anak-anak. Acre kemudian dikepung rapat oleh Saladin dari segala penjuru. Dan tentara salib ingin berunding dengan Saladin.

Dalam perundingan itu disepakati bahwa Acre akan diserahkan terhadap kaum Kristen bersama 15.000 orang Kristen yang menjadi tahanan Saladin. Begitu kesepakatan terjadi, Philip merasa telah selesai tugasnya dan kembali ke Perancis. Sedangkan Richard, yang kini menjadi pimpinan tentara salib satu-satunya, tetap tinggal di Acre dan mulai merencanakan operasi-operasi militer baru untuk melawan kaum Muslim. Karena merasa terbebani dengan besarnya jumlah tahanan, Richard menggiring keluar dari benteng 2700 orang Muslim termasuk anak-anak dan perempuan, untuk kemudian dibantai dengan darah dingin.

Di penghujung tahun perundingan menemui jalan buntu lagi, sedangkan pertempuran terus berlanjut. Richard berencana untuk merebut beberapa kota lagi di pantai sepanjang Askelon tapi Saladin selalu mampu merebut lagi satu kota ketika Richard baru saja berhasil menaklukkan kota lain. Ini adalah jalan buntu militer.

Sedangkan di pihak kaum Muslim, ada kepanikan yang melanda para amir. Banyak di antara mereka melarikan diri karena ketakutan ketika tentara salib maju hingga Beit Nuba. Seperti Saladin, Richard juga dalam kondisi putus asa. Setelah dua kali pasukannya dipukul mundur menjauh dari Yerusalem, para tentara salib ini marah dan nyaris timbul pemberontakan. Richard juga mendapatkan kabar buruk; Philip –temannya yang juga memimpin tentara salib bersamanya- kini tengah menyerbu tanah kekuasaannya di Perancis. Akhirnya Richard jatuh sakit. Saladin dengan ramah mengirim dokter pribadinya dan memberi hadiah buah-buahan dan es untuk dibuat minuman dingin.

Akhirnya pada 2 September Richard menyerah dan sebuah kesepakatan ditandangani yang mengatakan bahwa kedua belah pihak harus berkompromi dalam waktu 5 tahun ke depan. Saladin berjanji tidak akan mengusir semua orang Kristen dan memburunya ke Eropa. Sebagai gantinya akan ada suatu wilayah kecil sepanjang pantai, dari Jaffa hingga Beirut, yang dikuasai sebuah kerajaan Kristen dengan ibukota Acre. Raja kerajaan itu menyebut dirinya sebagai Raja Yerusalem. Sedangkan Ricahrd berjanji untuk tidak menyerang Yerusalem lagi tapi para peziarah Kristen masih diperbolehkan datang ke Yerusalem. Tentara salib pun akhirnya pulang kembali ke Eropa tanpa menaklukkan Yerusalem.

Setelah Richard The Lion Heart, Raja Inggris, beserta tentara salib yang dipimpinnya mampu diusir oleh Saladin dari Palestina, masih ada saja raja-raja, baron-baron Kristen Eropa yang mengadakan serbuan ke Palestina dan bermimpi untuk bisa menguasai Yerusalem sebagai ekspresi religius mereka. Tapi, sejarah mencatat tak satu pun dari mereka yang mampu menaklukkan Yerusalem hingga pada 1967 Palestina jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dengan dukungan kuat negara-negara Kristen. Bahkan salah satu jenderal negara-negara Kristen ini menendang makam Shalahuddin Al-Ayubbi atau Saladin, seakan-akan cita-cita perang salib telah tercapai.