Minggu, 08 Juli 2012

Sebuah visi DNA: satu sel menjadi 100 triliun sel dalam lebih dari 200 jenis sel

Peristiwa besar setelah bertemunya satu sel sperma setelah menyingkirkan sekian juta sel sperma untuk bertemu dengan sel telur adalah proses realisasi visi yang luar biasa. Visi luar biasa ini tertulis dalam DNA yang dipersiapkan untuk seorang Individu yang unik dari manusia. Proses realisasi visi ini terwujud pertama kali dengan integrasi materi genetika antara sperma dari ayah dan materi genetik yang berasal dari ibu. Setelah itu, langkah kecil berikutnya adalah pembelahan satu sel menjadi dua sel. Selanjutnya lagi, dua sel menjadi empat sel, empat sel menjadi delapan sel, delapan sel menjadi enam belas sel, enam belas sel menjadi tiga puluh dua sel, tiga puluh dua sel menjadi enam puluh empat sel dan seterusnya akhir terbentuk bangunan yang terdiri dari tiga lapisan, lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Terus terus dan terus membelah, menyempurnakan berbagai fungsi akhirnya menjadi janin yang dengan bentuk yang sempurna hingga matang dan siap untuk dikeluarkan dari rahim ibu. Setelah keluar dari rahim ibu, ternyata pertumbuhan dan perkembangan sel belum berakhir. Otak misalnya, berkembang dalam bentuk 95 % dewasa pada usia lima tahun, organ-organ lain menjadi sempurna fungsi dan jumlahnya terus-menerus seiring detik demi detik waktu dan akhirnya tuntas setelah masa dewasa telah dilalui. Selanjutnya pematangan terutama dalam hal intelektual, kematangan emosi dan kedewasaan bersikap, terus menerus berlangsung hingga dewasa dan menginjak paruh baya. Pada saat yang sama aspek fisik, beberapa jenis sel saraf, otot dan pembuluh darah, pertumbuhan den pematangannya mulai stagnan bahkan mulai mengalami penurunan. Total ketika seseorang dewasa jumlah sel penyusun tubuhnya berjumlah sekitar 100 triliun sel terdiri dari 200 macam sel dengan bentuk serta fungsi dan aktivitas yang berbeda.
Saya ingin menunjukkan kepada Anda betapa maha luar biasanya proses penciptaan diri kita. Semula kita hanya berwujud satu sel (zigot) hasil bentukan materi genetik dari sperma dan sel telur (ovum). Meskipun demikian sel yang berjumlah satu ini, dia mempunyai visi jauh ke depan tentang bentuk bangunan triliunan sel dan ratusan macam fungsi dan bentuk yang nantinya akan dia bangun atas izin Allah SWT. Bangunan triliunan sel ini kemudian juga mempunyai sistem kehidupan tersendiri di luar kesadaran kita. Coba Anda amati lebih lanjut, satu sel tak terlihat mata, dengan berjalannya waktu melakukan “perjuangan” melintasi detik demi detik, dia beranakpinak menjadi sel yang berwarna merah yaitu sel darah merah, menjadi bentuk yang lunak seperti ujung hidung kita, menjadi bola bening yang mampu mengubah cahaya menjadi listrik yang akhirnya ribuan sel saraf yang berada di pusat penglihatan bisa mempersepsikan kepada kesadaran kita akan aneka warna indahnya dunia, menjadi bangunan kokoh tulang yang mampu menopang berkilo-kilogram berat badan, menjadi otot yang bisa menggerakkan anggota tubuh kita, menjadi pita suara yang menghasilkan suara dan dengannya kita bisa berkomunikasi satu sama lain dan berbagai macam bentuk dan fungsi lainnya. Bahkan dari DNA itu sudah termuat kemungkinan-kemungkinan penyakit apa saja yang rentan kita derita, pola-pola tubuh apa saja yang menonjol kita miliki seperti hidung mancung atau rambut keriting, serta kapan kita nantinya remaja kemudia dewasa dan tua semuanya sudah “terencana” dengan sempurna. Visi itu terletak dalam blue print yang oleh Allah SWT ditanamkan dalam untaian bangunan molekul yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata dalam DNA.
Allah SWT ingin mengajarkan kepada kita lewat proses pembentukan tubuh kita dari bentuk yang “sederhana” (kompleksitas lebih sederhana menuju kompleksitas yang canggih dan rumit) menjadi bentuk yang sempurna, diawali dari perencanaan dan penyusunan visi yang sangat matang dalam racikan dimensi kompleksitas bentuk dan fungsi dipadu dengan waktu eksekusi dalam tahapan-tahapan yang luar biasa rapi, terkoordinasi dan penuh disiplin dalam pelaksanaannya.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, sudah terlalu banyak fakta dan kenyataan yang mengajarkan kita bahwa, keberhasilan seseorang atau kelompok orang yang lebih besar diawali dari visi hidup mereka. Saya mengambil contoh Rasulullah SAW, orang yang pertama kali membawa risalah agama Islam langsung dari Allah SWT adalah beliau. Kemudian yang mengimani pertama kali istri beliau Khadijah ra. Kemudian sahabat-sahabat utama seperti Abu Bakar Ash-shidiq, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Umar bin Khaththab dan terus berantai hingga sebagian kalangan dari suku-suku di madinah, hingga akhirnya terbentuk negara Madinah dan terus berkembang dan berkembang lagi hingga kekuasaan kekhalifahan Islam meluas hingga berbagai penjuru dunia. Visi sederhana yang dibangun adalah menegakkan setinggi-tingginya kalimat Allah di muka bumi. Visi yang semula dimiliki Rasulullah SAW kemudian sahabat dengan berbagaimacam kelebihan dan keahlian yang semakin meningkatkan kapasitas pengelolaan “tubuh” umat Islam terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam sendiri maupun umat manusia yang lebih luas. Sehingga visi selanjutnya yang diemban oleh setiap muslim selain menegakkan setinggi-tingginya kalimat Allah di muka bumi juga menjadikan agama Islam ini sebagai rahmatan lil alaamin.
Setelah generasi nabi dan sahabat, tidak terhitung para ulama yang menggerakkan umat Islam di berbagai tempat dan kurun waktu yang berbeda dimulai dari pencerahan dari diri sendiri, kemudian beberapa gelintir orang, terus kemudian berkembang ke banyak orang dengan aneka macam latar belakang dan keahlian akhirnya membuat perubahan dalam masyarakat menjadi sebuah bangunan indah yang ujung-ujungnya merubah masyarakat menjadi benar-benar berubah. Dalam sebuah ceramah saya pernah mendengarkan kisah transformasi masyarakat di Sudan, salah satu negara di Afrika yang dijajah oleh Perancis. Penjajahan oleh Perancis ini telah benar-benar merubah wajah negara itu dari semula warna Islam menjadi urat nadi kehidupan, menjadi ter-westernized hampir secara merata di seluruh negeri. Seorang ulama dari negara itu, dengan kapasitas ilmu dan rukhiyahnya membuat dia ditunjuk menjadi salah satu mufti di Madinah. Karena keprihatinan dengan negara tempat kelahirannya, dengan segala kerendahan hati beliau menolak tawaran  jabatan mufti tersebut dan memilih untuk kembali ke tanah airnya, dan berazam untuk melakukan perubahan pada masyarakatnya. Beliau berfikir, tidak mungkin dia melakukan usaha perubahan itu sendirian. Akhirnya ia memilih bermukim dalam beberapa waktu di Madinah, dengan terus berharap dan berdoa kepada Allah SWT sembari berikhtiar mencari ulama-ulama muda yang berasal dari negaranya untuk diajak secara bersama-sama membuat rencana agenda dan aksi perubahan secara matang sesuai dengan yang telah direncanakan. Allah SWT mengabulkan permohonannya, dengan menggerakkan seorang ulama muda yang faham akan ilmu agama dan mempunyai kualitas rukhiyah yang luar biasa. Dua ulama ini kemudian membuat “blue print” agenda perubahan di negara tempat kelahirannya yang dicanangkan dalam waktu lima puluh tahun. “Blue print” ini atas izin Allah SWT selesai dibuat dalam waktu satu bulan. Setelah jadi kedua ulama dengan azam yang kuat ini melakukan aksi nyata dengan melakukan pencerahan yang tentu saja dimulai dari beberapa gelintir orang setelah kepulangan mereka berdua di tanah air. Allah SWT mengabulkan apa yang telah mereka rencanakan dan ikhtiar merealisasikannya dan seperti yang kita lihat negara Sudan saat ini telah menjadi negara yang telah menghasilkan banyak ulama dan ribuan orang muda yang hafidz Al-Qur’an.  Sebuah transformasi yang luar biasa, terdapat kesamaan pola dengan realisasi visi DNA yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk menyusun tubuh kita yang sempurna ini berawal dari satu sel.
Dalam konteks Indonesia, saya akan mencontohkan perjuangan kiyai haji Ahmad Dahlan, berawal dari visi yang sederhana pula yaitu visi surah Al-Maun. Visi ini pada prinsipnya membenahi permasalahan aqidah sekaligus permasalahan kehidupan umat Islam di Indonesia yang terpuruk dan terbelakang lebih dikarenakan sikap mental bangsa Indonesia sendiri ketimbang menyalahkan akibat tertindas oleh bangsa penjajah asing. Bahkan dalam beberapa hal, kiyai haji Ahmad Dahlan mengadopsi sistem pendidikan yang dipakai bangsa Belanda untuk digunakan mencerdaskan anak-anak bangsa. Visi yang semula ada dalam diri kiyai haji Ahmad Dahlan sendiri, kemudian istrinya, kemudian beberapa gelintir muridnya selanjutnya terekrut berbagai kalangan dari berbagai latarbelakang yang akhirnya membuat gerakan Muhammadiyah menjadi organisasi yang makin canggih dan makin beragam bentuk kontribusi yang diwakafkan untuk umat Islam di Indonesia dan diberbagai negara di Asia. Kita lihat saat ini gerakan Muhammadiyah telah mewakafkan puluhan ribu sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, ribuan rumah sakit, ratusan universitas, dan tak terhitung jamaah pengajian yang kesemuanya didedikasikan memberikan pencerahan pada umat Islam Indonesia. Lagi-lagi terdapat pola kesamaan transformasi yang semula berawal dari visi seorang pemimpin, kemudian visi itu diajarkan dan diwariskan kepada beberapa gelintir orang, dari beberapa gelintir itu terus bergulir dan terus bertahan bergerak, membuat banyak orang dari beragam latar belakang bergabung, menghasilkan produk-produk yang rahmatan lil alaamin, sebagaimana proses penciptaan tubuh kita yang berawal dari satu sel.
Satu lagi contoh, pada bidang bisnis. Saya mencontohkan perusahaan obat konimex. Junaidi Yusuf (nama Indonesia) sang pendiri yang tidak pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, memulai usaha dengan berjualan obat di pasar tradisional di Wonogiri sendiri. Kemudian usahanya berkembang menjadi toko obat, selanjutnya menjadi apotik Kondang Waras, dan akhirnya berdirilah perusahan farmasi Kondang Impor Ekspor atau disingkat Konimex. Yang menarik adalah salah satu visi beliau menjalankan usaha dengan visi nabi Yusuf yaitu modal usaha dengan pendapatan masa lalu (kisah nabi Yusuf dengan tujuh tahun musim penghujan bahan pangannya untuk menyuplai tujuh tahun musim kering sesudahnya)