Jumat, 30 Mei 2008

Bagaimana Memandang Sesuatu




Buya hamka [Alm] pernah berkata, ‘Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan’.

Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapati seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangannya yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah berucap baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.

Jalaluddin Rumi pernah berkata,’Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Kesini anggrek, kesana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah mekar dan harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar membuka aib dan kejelekan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemanapun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat ternikmati indahnya hidup ini.

Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan dapat merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Wallahu’alam.