Rabu, 23 Januari 2013

Benci Tapi Cinta karena Suami Pernah Selingkuh, Sebaiknya Cerai Tidak?

Mbak Zoya, setahun lalu saya mengetahui suami saya berselingkuh dengan wanita teman kerjanya. Wanita itu lebih tua 8 tahun dan mempunyai kehidupan yang tidak baik, dalam artian suka gonta-ganti pasangan. Padahal kami sudah kenal baik, sudah seperti kakak buat saya dan suamiku. Wanita itu juga tahu bagaimana suami sangat mencintai saya.

Rumah tangga saya tidak pernah ada masalah, tapi dia sengaja menjebak suami hingga akhirnya mereka berhubungan sebanyak 2 kali di rumah wanita itu. Tapi tiap kali bertemu wanita itu, suami selalu dibuat mabuk berat karena kalau dalam keadaan sadar, suami tentu tidak bersedia.

Perselingkuhan itu hanya berlangsung dua minggu. Setelah saya meminta agar suami jujur, suami ternyata lebih memilih saya. Tapi yang membuat sakit hati adalah karena saya sudah pernah mencurigai mereka, wanita itu meyakinkan saya kalau tidak ada apa-apa antara dia dan suami.

Saya lalu memberanikan diri bersama suami menemui wanita itu di rumahnya. Meskipun wanita itu sempat menghindar, saya dan suami memintanya untuk tidak mengganggu rumah tangga kami. Suami pun menyesali perbuatannya, dia berusaha mengembalikan kepercayaan saya. Tapi hati saya masih sakit dan selalu dihantui perselingkuhannya, di lain sisi saya masih mencintainya.

Terkadang saya benci melihat suami, kadang juga ingin memaafkannya. Saya merasa seperti orang tak waras, membenci dan mencintai di waktu yang sama. Yang jadi beban saya saat ini adalah saya tidak bisa sharing dengan ayah dan ibu karena mereka pasti shock.

Saya kehilangan konsentrasi dan kepercayaan diri. Terkadang saya ingin cerai, tapi saya sangat mencintai suami dan anak kami masih kecil. Saya harus bagaimana Mbak? Terima kasih.

Sri (Perempuan Menikah, 22 Tahun), hasnaXXXXXXXXXXXXXX@ymail.com
Tinggi Badan 157 cm, Berat Badan 46 kg

Jawaban

Saudari Sri yang baik, saya turut prihatin dengan kondisi Anda. Anda mengatakan masih sakit hati atas perselingkuhan ini, namun masih mencintai suami. Keadaan seperti ini pastinya membuat Anda dilema dan cenderung sulit produktif dengan hidup Anda.

Mari saya ajak Anda melakukan reality check atau meninjau kondisi secara realistis. Jadi meskipun pahit dan menyakitkan, namun secara psikologis kita lebih cepat 'sembuh' dari dilema dan perasaan negatif yang menghambat produktifitas kita.

#Realitas1
Perselingkuhan terjadi karena kedua belah pihak, baik pria maupun wanita, membuat hal tersebut terjadi. Jadi walau wanita itu baik atau pun tidak baik (menurut deskripsi Anda), suami Anda juga menginginkan ini terjadi.

#Realitas2
Jika benar suami Anda dijebak dengan kondisi mabuk berat, harusnya suami tidak mampu melakukan hubungan seksual. Sulit sekali pria mampu ereksi pada kondisi mabuk berat, apalagi senggama.

#Realitas3
Drama perselingkuhan suami Anda ini menunjukkan rumah tangga Anda punya problem yang dipendam sebelumnya.

Menilai realitas tersebut, Anda punya 2 pilihan pemecahan masalah, tapi yang penting Anda harus mampu memaafkan suami Anda terlebih dahulu.

Pilihan 1
Anda masih mencintai dia dan ingin mempertahankan pernikahan karena masih saling cinta mampu mempercayai suami lagi. Pergilah berbulan madu hanya berdua, bicara dari hati ke hati apa yang terjadi dan bagaimana supaya Anda berdua bisa sama-sama bahagia.

Katakan apa yang bisa suami lakukan untuk membuat Anda bahagia dan Anda bertanya juga apa yang bisa Anda lakukan untuk membahagiakan suami. Buatlah komitmen pernikahan baru. carilah konselor perkawinan untuk membantu pemulihan hubungan Anda berdua.

Pilihan 2
Anda sudah memaafkan, masih mencintai, tetapi tidak mampu mempercayai suami Anda lagi. Maka solusi terakhir sekali Adalah bercerai baik-baik.

Catatan penting buat Anda, selamatkan pernikahan Anda jika ingin selamatkan anak Anda. Tanyakan baik-baik, apakah suami Anda benar benar masih menginginkan pernikahan ini? Karena percuma jika hanya satu orang yang memiliki komitmen.

Carilah solusi yang terbaik buat kedua belah pihak agar bisa bahagia, baik bersama atau sendiri-sendiri, karena lebih baik orang tua tunggal yang bahagia daripada orang tua lengkap yang terus menerus berkelahi. Pikirkan masak-masak, usahakan bercerai sebagai solusi paling akhir jika semua yang lain sudah dicoba dan diperjuangkan.

Zoya Amirin, M.Psi