Pekerjaan Dokter itu terkadang menjadi pekerjaan yang penuh dilema karena dihadapkan dengan budaya masyarakat yang beraneka ragam. Termasuk dalam hal penanganan kasus Patah Tulang misalnya bagi seorang dokter yang tinggal didaerah tentu sudah tidak asing dengan alternatif pengobatan untuk patah tulang seperti dukun tulang atau di daerah saya di jawa disebut dengan sangkal putung. Banyak pikiran yang berkembang dimasyarakat salah satunya adalah ketika mereka berpikiran jika menggunakan jasa dukun tulang atau sangkal putung saja biayanya lebih murah kenapa kita harus berobat pada dokter yang lebih mahal biayanya ??? pikiran seperti ini tak jarang muncul dari pasien, keluarga, dari bisikan tetangga atau saudaranya agar pasien patah tulang menghindari dokter dan lebih memilih ke pengoatan alternatif atau sangkal putung. Sah saja memang berpikiran semacam itu tapi sebagai dokter yang tahu akan resiko cacat yang kemungkinan dapat terjadi kita hanya bisa mengelus dada saja.
Perlu kita  tahu bahwa tulang yang patah, sebenarnya secara alami dapat menyambung  sendiri tanpa harus dimanipulasi asalkan tidak ada penyulit lain seperti  infeksi akibat luka yang terbuka. Hal inilah yang sebenarnya   digunakan oleh oknum dukun patah tulang/sangkal putung yang kurang kompeten untuk mengobati pasien karena  sebenarnya mereka tahu betul bahwa pada saat terjadi patah tulang  proses penyambungan tulang merupakan proses alami tubuh sehingga merekapun  melakukan manipulasi untuk menyambung tulang  hanya berdasar pengalaman  tanpa adanya  pelatihan khusus toh pada akhirnya juga nanti tulang pasti akan  menyambung dengan sendirinya.
Seperti penjelasan di atas,  penyambungan tulang  merupakan proses  alami tubuh yang akan terjadi meskipun tanpa manipulasi. Namun  penyambungan tulang seperri apa yang diharapkan pasien ???  tentu  mengharapkan tulang menyambung seperti sedia kala dengan posisi normal  sesuai posisi asli sebelum patah (posisi anatomis) bukan ??? Manipulasi  yang tidak tepat pada akhirnya memang tetap menyebabkan tulang   menyambung, namun tidak dalam posisi normal atau posisi  anatomisnya yang berakibat deformitas/kelainan bentuk pada anggota  tubuh yang mengalami trauma/patah tersebut.
Dari  pengalaman pribadi saya bekerja pada UGD di sebuah Rumah Sakit Bedah  banyak pasien yang telah dinyatakan sembuh oleh pengobatan alternatif,  tukang urut atau sangkal putung pada kenyataanya mereka datang ke Rumah Sakit karena penderita masih  memiliki keluhan yang cukup  bervariasi mulai dari rasa nyeri yang tak kunjung hilang, jalannya  pincang, anggota badan bengkok,  kelemahan anggota gerak, fungsi jari-jemari yang tidak maksimal, gerakan  sendi yang tidak optimal dan terjadi pemendekan ruas tulang yang  signifikan. 
Hal ini yang membuat saya prihatin dan akhirnya mencoba sedikit  berbagi pada sobat tentang informasi yang benar mengenai pengobatan  Patah tulang. Karena Tulang adalah bagian yang sangat penting dari tubuh  kita, sehingga jika ada kelainan di sana dapat  berakibat terganggunya  fungsi tubuh ini secara optimal. Terutama bagi mereka yang masih berusia  muda dan produktif, tentu saja sangat miris melihatnya disaat  teman-teman yang lain bisa bekerja, bersekolah secara normal. Mereka  yang mengalami kecacatan akibat penangan patah tulang yang tidak benar  menjadi idak produktif lagi.
Mungkin ceritanya akan menjadi lain jika sejak awal penanganan patah tulang tidak dengan sistem dan pikiran Coba-coba. Apa  bila seorang pasien sejak awal datang ke poliklinik, rumah sakit atau  dokter bedah / orthopedi dan  kemudian mendapatkan pelayanan sesuai dengan tata laksana medis yang  benar saya yakin sebagian besar kecacatan semacam ini tidak perlu  terjadi. Toh bukan berarti melakukan pengobatan patah tulang di rumah  sakit/ dokter itu berarti pasien harus melakukan tindakan operasi.  Manipulasi patah tulang juga dapat dilakukan dengan tindakan non operatif  seperti pemasangan gibs, traksi atau ransel verban (figure eight) untuk kasus  tertentu.
 
Kami tidak menyalahkan pengobatan alternatif, dukun tulang ataupun sangkal putung , karena pada  akhirnya tujuan pengobatan yang mereka lakukan juga adalah agar pasien dapat sembuh seperti sedia kala.  Namun kembali pada uraian diatas apakah kesembuhan itu membuat pasien  kembali pada kondisi normal atau justru menimbulkan kecacatan ???
Penulis: dr. Wahyu Triasmara  
Mohon cantumkan link berikut ini jika anda ingin memuat tulisan dr. Wahyu Triasmara kedalam blog anda. Terima kasih...