Sabtu, 05 Mei 2012

Cerita dari NUS : Laboratorium In Vitro Elektrofisiologi

Patch Clamp Rig
Saya suka travelling, terutama yang mengandung unsur petualangan. Petualangan tidak berarti harus rimba dan gunung, tapi juga tempat asing seperti Singapura. Saya datang kesini untuk belajar, gratis, dimungkinkan atas nama solidaritas sesama kolega. Saya tidak akan menceritakan keajaiban singapura dengan "pristine district-nya", tapi saya akan sebut satu dua hal yang cukup membuat saya terheran.

Pertama adalah tombol untuk penyebrang jalan yang ada di tiang lampu lalu lintas, waktu kecil tentu kita pernah lihat juga di Jakarta, saya agak takjub aja di sini teryata berfungsi :) ironis ya...Kedua yang tak kalah ironis adalah jadwal bus dan papan nomor bus yang terpampang di halte, ini juga berfungsi dengan baik :)...bagi saya sisanya adalah cerita keseimbangan...modernitas dan keteraturan di satu sisi dan hilangnya budaya malu dan kehangatan.


National University of Singapore tidak menampakkan "wah"-nya pada saya, salah satunya mungkin karena saya dibawa langsung melewati lorong-lorong, basement, lift dan tiba-tiba sudah di lantai riset seperti layaknya barang selundupan :) bahkan visitor card yang diberikan pada saya, atas nama orang lain. Semua urusan menjadi unofficial, pribadi, fleksibel, tepat seperti yang saya inginkan dan tidak akan saya lupakan.

Lantai 4 gedung Life Sciences Institute menjadi rumah untuk alat yang menjadi tujuan kedatangan saya yaitu Patch Clamp. Silahkan tanya paman google untuk lebih detailnya, yang saya ingin katakan adalah tidak di Jakarta tidak pula di Singapura Hukum yang satu ini tetap berlaku : GAGAL...semua orang harus melewati tahap ini sebelum berhasil. Mungkin masih ingat, potensial aksi hanya terjadi bila potensial treshold terlewati. Ada harga yang harus anda bayar sebelum mulai menerima keuntungan, harga itu harus anda tutup dulu.

jadi seperti yang saya kira saya juga akan gagal saat pertama, kedua, ketiga..dst saya tidak lagi menghitung saat mengoperasikan alat ini. tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali mengulanginya lagi dan lagi, belajar dari setiap kegagalan, memperbaiki tehniknya, konsultasi dan diskusi tanpa putus asa dan akhirnya kembali saya buktikan : BERHASIL...Sunatullah yang berulang kali terbukti

setelah jalan turun baru kita akan naik. saat mencapai titik nadir kehidupan serendah-rendahnya jangan bersedih justru itulah saat untuk berbahagia karena sekarang giliran anda naik sampai zenith. Modalnya cuma kerja keras, kerja cerdas, optimis dan percaya pada janji Allah swt. Saat anda mencapai puncak keberhasilan, melewati masalah jangan euforia berlebihan karena masalah berikutnya sudah menunggu, menunggu untuk anda lewati.

Berbahagialah orang yang menyukai tantangan, dan dapat melihat tantangan dibalik tantangan. Merugi sekali orang yang menghadapi masalah dan ia tidak suka untuk bekerja mencari solusinya tetapi justru menutup mata dan mengambil jalan singkat. Kadang kita harus insyafi memang tidak ada yang solusi yang cepat dan instan, semua butuh kerja keras dan pengorbanan..biarlah Allah swt dan kaum muslimin yang melihat

Penggunaan alat Patch clamp ini sederhana saja sebenarnya kita hanya perlu (setelah persiapan bahan) membimbing pipette borosilikat yang diameter ujungnya < 2 mikron dengan mikroskop untuk melalukan pendekatan pada sel target yang telah kita tentukan. Pendekatan terakhir menggunakan mikromanipulator. Mata anda memantau, bukan mikroskop, tapi justru monitor antarmuka elektronika yang berisi parameter kelistrikan sel. Mulut anda terhubung dengan sistem pipa tertutup unutk menciptakan tekanan positif atau negatif pada pipette sesuai keperluan. Bila Resistensi membran terbaca diatas 1 gigaohm dan bertahan maka anda berhasil..sisanya dikendalikan komputer

Semua masalah tampak sederhana bila kita mengingatnya sekarang..jadi berhati-hatilah membaca laporan penelitian orang lain yang tampak sederhana..yakinlah anda tetap harus optimasi !

wallahualam