Minggu, 06 Juli 2008

TODAY I'M ANGRY TO MY ASSISTANT


Marah
adalah sifat manusia harus dimiliki. Kalau tidak bisa marah namanya kita dayus. Kalau terlalu mudah marah istilahnya 'darah tinggi' dan harus ikut program 'anger manangement'. Atau marah nggak ada sebab namanya nggak waras. Jadi marahlah yang sewajarnya.

Tapi hari ini aku marah besar...Ada apa?
Sore ini ada rujukan pasien dari bidan praktek swasta ke RS ku. Pasien hamil anak pertama, pembukaan sudah lengkap dan sudah dipimpin mengedan oleh bidan pengirim selama 2 jam tetapi jabang bayi nggak mau nongol-nongol juga.

Bidan jaga RS lalu melaporkan via YM 24 jam-ku. Kemudian aku berikan instruski perawatan pendahuluan (preliminary tratment) seperti memberikan oksigen, antibiotika, cairan gula (dekstrose) dan tidur miring ke arah ubun-ubun kecil bayi. Sembari disiapkan untuk tindakan Vakum.

Pada saat aku datang ke RS, ternyata perut pasiennya lagi didorong2 bidan (Ekspresi Kristeller begitu istilah medisnya). Supaya bayinya bisa lahir. Tindakan ini secara medis memang tidak salah dan boleh dilakukan. Lalu kenapa kesal/marah? TIDAK MEMATUHI PERINTAH DOKTER. That's the reason why I'm angry...Tanggungjawab sepenuhnya kan berada di pundak dokter. Kalu terjadi apa2 ntar dokter yang harus menanggung beban. Maaf cakap (kata orang melayu) aku usir keluar dari ruangan persalinan...(BENGIS JUGA DOKTER INI..). Tapi aku type orang yang habis marah langsung hilang tidak lama2...banyak hal lagi yang harus dikerjakan ketimbang marah2 terus (takut dibilang nggak waras). Bayi akhirnya berhasil ditolong dengan tindakan Vakum.

Dalam pendidikan dokter kebidanan jadul...penuh budaya paternalistik. dimana senior adalah segala-galanya yang harus dihormati seperti manusia setengah dewa. (Jng marah ya senior...). Tapi sekarang budaya tersebut sudah mulai luntur, dimana dalam proses pendidikan menjadi lebih 'orang". Kenapa begitu ? Waktu aku mulai pendidikan awal 2001, masih tersisa budaya paternal dan 'keras' dalam residensi. Secara logika aku setuju2 saja, karena keras dan paternal akan menghasilkan tingkat disiplin yang tinggi. Ini diperlukan karena pekerjaan kami menyangkut 2 nyawa sekaligus. Junior2 ku dipendidikan agak beruntung..karena di era mereka 'keras' dan paternal sudah jauh berkurang. Bahkan ada seniorku yang AD dari Kopassus mengatakan: lebih keras pendidikan SPOG dari pelatihan yang dijalaninya di Kopasus (pasukan komandonya mungkin lebih keras, seniorku kan dokter).

Senior nggak mungkin dibantah apalagi dilawan, karena nggak bakalan pandai /punya keterampilan. Sehari-hari dalam pendidikan kita belajarnya dari senior. Kalo sudah 'pandai' dengan suatu tindakan baru melakukan supervisi dengan guru/dokter ahli (konsulen).

Jadi tindakan bidan yang nggak mematuhi perintah itulah yang buat aku marah...jika dihubungkan dengan pendidikan SPOG, aku selalu mematuhi perintah senior, berdisiplin dalam tugas eh tahu-tahunya ada yang nggak patuh gitu...

Kalau teman2 dalam posisi ku marah juga nggak ya....???

Mohon maaf...