Senin, 07 Mei 2007

tubuh sehat belum tentu jiwanya sehat

Nama-nama di bawah ini adalah nama samaran… kalo ada yang namanya sama..kisahnya sama.. hanya sebuah kebetulan semata, tidak ada maksud menghina atau melecehkan, mohon dimaafkan..

“Diaaaaam…!!!” Teriak Suparjo dengan keras

“Ngapain diaam… kamu yang harus diaaam….Megaa bergoyang bung Karno Mabuk kepayaang” Kata Slamet dengan nada yang tidak kalah keras pula

“Kamu disuruh diam kok ga mau… kamu tahu aku ini pemegang kunci surga” bentak Suparjo yang sekali waktu menyentrup-nyentrupkan ingus.. padahal ga ada ingusnya…

“Ha ha ha ha ha… kamu pemegang kunci surga??? Wah hebat lho.. nanti aku ikut masuk surga ya..” kata Slamet

“………..” Suparjo tidak berkata-kata hanya menyentrup-nyentrupkan ingus… yang riilnya tidak ada.

“Berat lho memegang kunci Surga…” Kata Slamet.

“Megaaa bergoyaaang buung Karnooo mabuk kepayaaang… akuuu mendapat mandat dari bung Karno untuk memimpin kalian” tiba-tiba Slamet berkata dengan nada tinggi dengan sorot mata tajam…memelototi semua yang ada di sekitarnya… termasuk dokter yang sedang memeriksanya.

Baik Slamet maupun Suparjo… dua-duanya sama-sama tidur dalam keadaan diikat kedua tangan, dan kedua kakinya… keduanya adalah pasien UGD Rumah Sakit Jiwa


…………………………………………………

Dengan pikiran yang masih kalut dan penuh beban berat Sutarjo mendatangi dokternya…

“Pak Dokter… mau nanya nih… sampek pyusiiiiing mikirin yang satu ini..” kata Sutarjo

Lha kenapa tho mas Tarjo kok sampek pyusiiiiing banget itu mikirin apa? Tanya dokter Hendro yang matanya masih serius menatap lembaran-lembaran follow up pasien-pasien yang ada di bangsal Bimo Rumah Sakit Jiwa..

“Ini lho pak Dokter… bedanya antara Supardi, Suparman, Supermarket, Superman dan Supir itu apa ya pak Dokter?” tanya Sutarjo dengan muka yang sangat serius..

Lha kenapa kok tanya gitu mas Tarjo?” Dokter Hendro membalik kembali pertanyaan Sutarjo..

“Soalnya sejak tadi malam hingga pagi ini… selalu muncul suara-suara Supardi, Suparman, Supermarket, Superman dan Supir….?” Jawab Sutarjo dengan mimic yang masih menandakan dia itu sedang berpikir berat dan serius.

“Oooooalaaah badala tenan ha ha ha ha ha ha” Kata dokter Hendro dalam hati, tetapi tetap menahan ekspresi gelinya itu agar tidak muncul dalam wajahnya…. Kalo muncul bisa berbahaya… TIDAK AKAN DIPERCAYA LAGI SELAMANYA OLEH PASIEN-PASIENNYA….

…………………………………

Dua orang dokter muda Herman dan Etik memasuki bangsal Amarta di Rumah Sakit Jiwa di suatu sore….

Begitu masuk… Darto menghambur menemuinya dengan terburu-buru… dan nafasnya tersengal-sengal..

“Mas dokter Herman… saya sedang pusing berat nih mas..” kata Darto

“Pusing berat? Apanya yang dipusingkan mas Darto?” tanya dokter muda Herman

Kulo pun kueblet sampek muntup-muntup nang mbun-mbunan…. Angsal wangsul nggih.. ketemu bojo… arep tak entekne sampek puoook tenan..;

(Pak hasrat saya sedang dipuncak-puncaknya… boleh saya minta pulang ketemu istri saya.. hasrat saya harus disalurkan sampek sepuas-puasnya).. “ kata Darto

Mendengar pernyataan mas Darto terakhir.. Etik, dokter muda yang berjenis kelamin perempuan sendiri di bangsal itu… merasa tidak aman dan segera merapat mendekat ke tubuh Herman, dokter muda rekan jaganya sore itu di Rumah Sakit Jiwa.

“Tenang dulu mas Darto… tenang dulu yaa.. nanti kalo sudah saatnya mas Darto bisa pulang” Kata Herman untuk menenangkan pasiennya. Biasa pasien selalu mencari dalih agar bisa keluar.

Nek riyen mas… nek nggak karo bojone nggih langsung budhal nang Silir dientek-entekne sampek lecet-lecet mas… lha terus sak puniko?

(Kalo dulu saya langsung bisa menyalurkan.. kalo ga dengan istri, saya datang ke silir sepuas-puasnya… sampek lecet-lecet mas…tapi sekarang..?)” protes mas Darto

“Tetap tenang ya mas.. tahan.. harus didinginkan dulu…” kata Herman

“Di dinginkan.. ditenangkan?” kata Darto penuh tanda tanya.

Beberapa saat kemudian…

Darto meloncat-loncat… semula dilantai… kemudian di tempat tidurnya…

“Akuuu haruuus tenaaaaaang”

“Akuuu haruusss tenaaaaaang”

Polah Darto ini ternyata memicu dua pasien lainnya dan segera mengikuti gerakan dan ucapan mas Darto…

Beberapa saat kemudian mas Darto.. menghambur menuju kamar mandi…

Byar byur byar byur.. air mandi membasahi seluruh tubuhnya dengan penuh semangat dan dua pasien lainnya juga ikut-ikutan.. kemudian keluar main hujan-hujanan…

“Diiiiinginkan!”
”Diiiiinginkan!”

“Haaaaaruuus diiiiingiiiiiin”

………………………………………….

Ketika jam makan, baik sarapan, makan siang, maupun makan malam… mas Suparjo, mas Slamet, mas Sutarjo dan mas Darto sangat lahap makannya… bahkan untuk urusan tidur juga tidur pulas.. mereka merasa nyaman dengan kondisi fisik badannya. Berarti secara fisik tubuh mereka sehat…

Tetapi kenyataannya mengapa mereka berada di rumah sakit jiwa?

Berarti ungkapan Men Sana in Corpore Sano = di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat… benar / keliru