Rabu, 30 Mei 2007

Saya kira tadi patung

Suami kakak saya yang sulung termasuk tipe orang yang gas-gasan…

Dulu ketika masih menjadi dokter PTT di Bengkulu, pernah naik mobil tanpa membawa SIM sama sekali.

“Kok ga nyari SIM tho mas?” tanyaku

“Ga pa pa kok dik, sejak SMA sampe sekarang lulus dokter ga punya SIM ga ada masalah” kata mas Faiz

“Lha kalo ada razia di jalan?” kataku memprotes

“Kalo ada kerumunan dari jauh, nyari jalan lain, ato berhenti nyari makan” bela mas Faiz enteng.

...............................................................

Akhirnya jadi juga berangkat dari Nganjuk ke Bengkulu tanpa membawa surat izin mengemudi (SIM) atas nama dokter Faiz..

Hingga kembali lagi ke Nganjuk satu tahun berikutnya… saat lebaran

“Gimana mas sudah terjaring polisi belum?” tanyaku

“Akhirnya kena juga” kata mas Faiz

“Wakakkakakakkak” tawa kami akhirnya menderai

“Waktu itu…di perempatan daerah Cirebon… lampu merah… karena jalanan sepi … aku terus saja… eeh ga tahunya dari belakang kok ada suara sirine…..” kenang mas Faiz

“Sirine?” tanyaku keheranan

“Iya sirine polisi… polisi naik sepeda motor, dengan kecepatan tinggi….memberikan aba-aba agar aku berhenti…..” kata mas Faiz

“Terus… gimana mas?” tanyaku penasaran ingin tahu cerita selanjutnya.

“Iya akhirnya aku berhenti…mobil aku pinggirkan… polisi itu memberikan hormat… lalu.. bertanya kepadaku..

‘Selamat pagi pak…Anda tahu anda berbuat salah.. tadi lampu merah Anda tetap jalan..’

Akhirnya aku mengakui kesalahanku” kata mas Faiz

“Terus mas Faiz bilang apa sama polisinya?” tanyaku

“Aku bilang ‘Maaf pak tadi saya kira patung’….’saya ga nyangka kalo bapak’” jelas mas Faiz.

“Wakakkakkakakakkakak” Geli sekali dengar cerita polos mas Faiz..

……………………………………………….

Dalam pepatah Jawa “Sak bejo-bejone wong kang lali, isih bejo wong kang eling lan waspodo” kalo di-translate dalam bahasa Indonesia terjemahan bebasnya begini; seberuntung-beruntungnya orang yang lalai tetap beruntung orang yang sadar dan waspada.

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika memilih suatu keputusan, maka yang sangat perlu kita pertimbangkan adalah kemungkinan resiko-resiko yang akan kita hadapi. Kalo belum tahu, kita nanya orang yang sudah mengalami. Sehingga kita bisa mengantisipasi lebih dini. Minimal mental kita sudah bisa mengantisipasi kemungkinan itu terjadi.

Termasuk bagi anda yang ingin menjadi dokter, resiko-resiko yang dihadapi dokter adalah, resiko tertular penyakit dari pasien, resiko tuntutan malpraktik, resiko hubungan keluarga berkurang, resiko fulustrasi karena biaya kesehatan dan pendidikan baik untuk keluarga maupun diri sendiri yang makin membengkak tak terkendali dan terakhir, makin banyaknya dokter dan rumah-rumah sakit di perkotaan, ada satu resiko terakhir, yaitu kemungkinan diPHK makin besar bila rumah sakit tempat bekerja mengalami kebangkrutan..

Semuanya perlu diantisipasi.