Sabtu, 24 Februari 2007

Dokter “Inova”

Profesi dokter dan profesi kesehatan pada umumnya adalah profesi yang sangat menekankan pada pelayanan. Pekerjaan pelayanan berarti menekankan orientasi pada orang lain. Pekerjaan pelayanan berarti memberikan pelayanan secara adil, tidak pandang bulu miskin, kaya, cakep, cantik, jelek, harum parfumnya atau berbau tidak sedap, datang dengan uang yang tebal atau tidak ada uang sama sekali.

Pernah suatu ketika saya mendapatkan pasien, datang dengan keluhan panas. Merasa badannya panas, dan sangat terganggu dengan demamnya, pasien berkali-kali menghirup dan menghembuskan nafas panjang. Namun sayangnya, ketika menghembuskan nafas panjang-panjang pasien tidak sadar dan peduli dengan lingkungan. Menghembuskannya ke segala arah termasuk ke dokternya. Masya Allah, nafasnya bau. Namun demikian, dokter harus dituntut tetap ramah, sambil membungkuk-bungkukkan badan untuk menghindari hembusan nafas, saya melakukan anamnesis dan pemeriksaan secara legeartis.

Di saat yang lain, pernah saya mendapati seorang pasien yang badannya, bau sekali. Beliau ini datang ke tempat praktek dengan frekuensi yang lumayan sering, hanya untuk sekedar meminta vitamin. Untuk menghilangkan rasa penasaran, saya menanyakan langsung kepadanya secara halus, mbah dek wau, sak dherengipun tindhak mriki sampun siram utawi dhereng, mbah?” (mbah, tadi sebelum berangkat ke sini, sudah mandi belum mbah?). Secara spontan, kakek tadi menjawab,nuwun sewu pak dokter, kulo kersanipun umure dhowo, rejekinipun lapang, sehat badanipun, kulo ngelampahi mandi setahun sepindah, pas wekdal sasi suro(mohon maaf pak dokter, biar saya umurnya panjang, lapang rizkinya, sehat badannya, saya menjalani mandi setahun sekali, yaitu pada saat bulan suro [bulan dalam budaya jawa yang mengadopsi bulan muharam dalam kalender Islam).

Atau bagi anda yang profesinya sebagai perawat, malam-malam mendapatkan keluhan, seorang pasien habis operasi, tubuhnya sulit bergerak, mau buang air besar. Apakah anda biarkan pasien menunda buang air besarnya besok pagi? Atau anda biarkan pasien tidur dengan tinjanya hingga esok pagi baru dibersihkan? Coba anda simak cuplikan berikut1:

Bukan cuma dokter yang tak profesional. Tonny juga mengeluhkan perawat yang galak. Ia menuturkan pengalaman sehabis operasi dan tak bisa bangun dari tempat tidur. Buang air kecil dan besar pun terpaksa dilakukan di tempat tidur.

Suatu malam ia buang air besar. Sesudahnya ia minta tolong kepada suster untuk membersihkan dirinya, tapi sang perawat malah marah-marah dan menjawab membersihkan besok pagi saja. “Bayangkan sejak malam, pasien yang tidak bisa apa-apa harus tidur dengan tinja,” katanya.

Kendati mengkritik pelayanan dokter dan perawat, Tonny memuji fasilitas rumah sakit di Indonesia yang sudah cukup baik. Seandainya pelayanan dokter dan perawatnya bisa diperbaiki mungkin pasien tak akan pergi jauh-jauh ke luar negeri.


Menjalani profesi dokter atau pelayan kesehatan lainnya pada umumnya dari sudut tanggung jawab, beban kerja dan wewenangnya sangatlah tidak menyenangkan. Namun orang sering lupa, yang dilihat hanya sisi enaknya atau hal-hal yang menyenangkan saja dari profesi kesehatan ini. Seringkali ketika banyak pasien yang berobat ke tempat praktek, dalam benaknya hanya muncul pertanyaan “berapa rupiah malam ini yang terkumpul?” “tinggal berapa rupiah lagi uang yang harus saya kumpulkan untuk menggenapi uang muka pembelian Inova?” “istri dan anak-anakku tadi berpesan, ‘pa, nanti ngumpulin uang yang banyak ya, biar segera bisa beli Inova’, aku harus sungguh-sungguh nih” dan sebagainya dan sebagainya. Begitu kuatnya pikiran-pikiran untuk beli Inova, maka ketika melakukan anamnesis pada pasien, pertanyaan yang muncul “Inova-nya sakit apa ya pak?” pasien menjawab dengan “?#?$?”

Ini Contoh lain dokter anestesi ndak konsent...

pasiennya melayang

Setelah itu, tersebar desas-desus dan kabar-kabar miring serta buah bibir yang membuat terkenalnya nama dokter “Inova.

Mak glodak!!!

1 Majalah Tempo, 22 Mei 2005; Kesehatan; Jika Pasien Lebih Nyaman di Rumah Orang; Pelayanan rumah sakit di Indonesia masih mengecewakan, dokter mestinya jadi mitra bicara pasien