Jumat, 14 Maret 2008

Pengalaman buat Klinik


Tidak pernah terfikir dulu bahwa akan buat klinik sendiri, tapi begitulah tawaran datang dan tampaknya sebagai pilihan yang paling logis saat itu. Klinik ini tidak sepenuhnya milik pribadi, bahkan dari sudut kepemilikan, agak-agak kurang jelas, soalnya aku dan temanku itu bersepakat atas dasar 50-50, jadi semua keputusan didasari prinsip ini. klinik ini juga menempati sebagian dari rumah temanku dan tidak wajib membayar kontrak sepeserpun, termasuk biaya listrik dan air.

jadi jelas kenapa tampak pilihan yang logis bukan, temanku berfikir ia akan dapat manfaat karena praktek gigi pribadinya bisa lebih ramai, oya temanku ini dokter gigi. niatnya dulu ingin buka praktek pagi dan sore tapi sementara ini baru sore aja 5 jam (16.00-21.00) (senang sekali kalau ada yang mau ngisi praktek pagi ). merintis praktek sendiri, seperti juga tempat usaha lainnya pasti akan luar biasa sulit, jadi dibutuhkan mental yang tahan banting dan tidak mudah menyerah, dan tentu saja mau berkorban. dan yang terakhir ini sulit sekali dicari dari para dokter karena rata-rata sulit sekali mau berkorban menginvestasikan waktunya dengan imbal hasil yang tidak sebanding dan harapan yang kurang jelas tentang masa depan yang lebih cerah (prakteknya rame) so jadilah dari sejak pertama buka setahun lalu baru ada praktek sore.

kalau buka klinik zaman sekarang pertama-tama dari segi perizinan harus clear dulu, sebenarnya tidak sulit (tergantung lokasi juga sih ) persyaratan bisa diminta ke suku dinas kesehatan setempat bagian Pelayanan Kesehatan Dasar, pilih lah mau buat praktek pribadi atau balai pengobatan atau klinik 24 jam, lengkapi berkasnya masukan ke loketnya di kantor walikota (kalau di jakrta timur gitu), lalu tunggu saja 1-2 minggu, follow up aja via telpon bagaimana nasib berkasnya, karena harusnya berikutnya di kunjungi oleh tim dari yankesar. yang diperhatikan oleh mereka itu biasanya kelengkapan emergency (adernalin dkk), 2 tempat sampah infeksi dan non-infeksi, penghijauan, dll

lalu ada banyak tanda tangan dan tunggu satu-dua minggu lagi surat udah bisa diambil di walikota. oya itu izin klinik, lain lagi SIP pengurusannya lain, perlu rekomendasi IDI setempat dll
alhamdulilah tidak ada masalah saat kecuali orang sudin menghilangkan satu STR-ku :( tapi sudah ku balas setimpal hehehe. biaya SIP 100.000, izin klinik ( balai pengobatan ) 500 ribu , resmi udah ada SK-nya kok. anggaran buat alat-alat sekitar 1 jutaan, buat kursi meja, tempat tidur periksa, lemari obat dll, obat-obat awal habis 3 jutaan.

dan setelah setahun bulan februari 2008 dalam sebulan ada 57 pasien (dikit ya) dengan 22 hari kerja (@4-5 jam). tarif yang diberlakukan sekarang berada dalam kisaran 25 ribu sampai 50 ribuan dengan rincian, jasa 10 rb,administrasi 2 ribu (pasien baru 4 ribu), sisanya obat dan tindakan. sejak desember 2007 harga jual 0bat adalah harga beli + 30%

2 hari pertama buka, kami membuat semacam baksos, saat itu lebih dari 200 ratus pasien dalam 2 hari. berikutnya selama 2 bulan kami tidak mengambil untung dari obat.lalu tahap berikutnya kami mengambil kebijakan tarif pasien flat 15.000,- dengan kualitas obat biasa, dan tidak ada pembatasan jumlah hari peresepan. tahap berikutnya secara perlahan tarif disebar antara 15-20-dan 25 ribu tergantung obat dan tindakan. dan terakhir kami menerapkan tarif liberal seperti yang disebutkan diatas sejak bulan desember

jumlah pasien berfluktuasi namun suatu saat pernah mencapai 150 pasien per bulan dengan rerata harian 7-8 orang. take home pay bulanan (ga enak sebut nominal ) katakanlah cukup buat bayar cicilan motor new smash 2007. meskipun pasien dan tarif berubah-rubah, THP relatif stabil berkat adanya tindakan. pemasukan tindakan atau apapun yang memakai sumber dari lemari tindakan menjadi hak prerogatif ku, dan ini adalah sumber pemasukan yang cukup besar sekitar 50 %

alhasil kalau dibandingkan dengan zaman waktu kita masih "ngamen" dulu memang kalah jauh, dulu bisa sejuta sehari ya? tapi karena ini sifatnya sampingan dan interaksi dengan pasien ternyata cukup menghibur dan tentu bagi ku jumlah pasien yang sedikit berarti kita bisa ngobrol2, sekali-kali mencoba jadi dokter keluarga yang ideal ternyata menyenangkan juga jadi sementara ini enjoy aja deh tapi tetap ada batasnya, aku menetapkan 2 tahun, bila dalam 2 tahun suatu usaha tidak berkembang lebih baik dievaluasi lagi

lokasi klinik, tingkat ekonomi dan kepadatan penduduk, karakter khas warga sekitas juga harus ditimbang-timbang, saranku, bila kita buka klinik di pemukiman, tentukan 3-4 RW yang diproyeksi akan menjadi langganan. klinikku saat ini baru bisa menyasar 3 RW itupun belum keseluruhan RT-nya. kerjasama dengan asuransi akan banyak membantu juga.

begitu mudah-mudahan bermanfaat kalau kliniknya berkembang tolong aku ditawari ya ( kalau klinikku gulung tikar ) senang sekali bisa jaga sore di klinik daerah jakarta pusat-timur dalam radius 2-3 km dari salemba dengan rerata tingkat kunjungan pasien 10 perharinya dan sudah menerapkan tarif liberal + jam kerja maksimal 4 jam (bisa nego)