Kamis, 13 Maret 2008

Jaipur Foot Menawarkan Nilai Kepada Pelanggan


Kisah berikut menunjukkan manfaat yang diperoleh pelanggan jauh lebih besar daripada biaya yang mereka korbankan, termasuk ketika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Jaipur Foot, sebuah organisasi nirlaba yang berspesialisasi memberikan solusi sistematis penanganan prostesis (kaki palsu) di India.[1]

Sejarah singkat Jaipur Foot

Ram Chandra, seorang seniman pematung terbaik di Jaipur City, mempunyai ketertarikan terhadap banyak penderita yang diamputasi kakinya dan mengalami kesulitan dalam menggunakan kaki palsu yang ada dan tidak terjangkau. Ketika mengamati pasien tersebut, Chandra menemukan ide untuk menciptakan kaki palsu yang lebih dekat mencerminkan kaki alamiah, lebih ringan, dan dirancang untuk kondisi-kondisi lokal. Ia menyampaikan ide-idenya ke para dokter lokal di rumah sakit dan mempelajari anatomi kaki manusia. Berbekal pengetahuannya, Chandra bereksperimen dengan material-material yang secara lokal tersedia, seperti willow, spon, dan aluminium cetak untuk membuat kaki palsu.

Salah satu dari sejumlah kejadian paling menentukan terjadi pada suatu hari ketika Chandra mengalami kempes ban ketika mengendarai sepedanya. Menurut Chandra, ia pergi ke satu kios tambal ban vulkanisir di pinggir jalan. Ketika sepedanya telah diperbaiki, Chandra bergegas menemui para dokter untuk menentukan apakah material karet vulkanisir tersebut dapat digunakan sebagai bahan kaki palsu. Kemudian ia kembali ke kios tambal ban itu didampingi seorang pasien amputasi dan satu cetakan kaki, dan meminta pemilik kios membuat kaki dari karet. Kaki tersebut memiliki mobilitas dan durabilitas yang dicari Chandra, meskipun kaki palsu itu harus menjalani sejumlah perbaikan. Lebih lanjut bekerja sama dengan dr. P.K. Sethi, ahli bedah ortopedi, dr. S.C. Kasliwal dan dr. Mahesh Udawat, Chandra mengembangkan dan memperbaiki rancangan tersebut secara bertahap menciptakan kaki palsu yang sekarang dikenal dengan Jaipur Foot. Untuk memfasilitasi penyebaran kaki palsu itu, para penciptanya memutuskan untuk tidak mematenkan Jaipur Foot.

Proses Penghantaran Nilai yang diterima Pasien Jaipur Foot

Senin

13.00

Pasien naik kereta api dari New Delhi ke Jaipur India. Keluarga pasien tersebut menemaninya dalam perjalanan.

18.00

Keluarga pasien tiba di gerbang depan Society (istilah untuk menyebut pusat organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan-kebutuhan keuangan dan sosial kelas pekerja miskin India) di jantung kota jaipur. Seorang penjaga di gerbang fasilitas berlantai satu itu mengantarkan keluarga pasien memasuki fasilitas.

18.30

Keluarga itu bergabung dengan pasien-pasien lain sekaligus anggota keluarga mereka dalam makan malam bersama yang dipersiapkan karyawan layanan makanan Society.

21.00

Keluarga tersebut tidur di kasur dalam ruang besar di sayap perumahan sederhana fasilitas tersebut.

Selasa

8.00

Keluarga itu berbagi sarapan dengan pasien dan keluarga lain dalam fasilitas society.

8.30

Pasien bergabung dalam antrian di halaman dalam society dan menunggu pendaftaran.

9.00

Seorang dokter memeriksa pasien tersebut dan menjelaskan prostesis yang diperlukan. Pasien itu akan menyimpan kartu tersebut sampai kartu itu diberikan kepada seorang teknisi.

9.10

Pasien dipersiapkan untuk pencetakan.

9.30

Seorang tukang terlatih membungkus cetakan di seputar kaki pasien, membentuknya secara ketat di seputar kaki tersebut, dan melepasnya.

9.45

Pasien itu diantarkan kembali ke halaman dalam tempat ia menunggu. Tukang melakukan pencetakan hingga kering dan memahatnya sesuai dengan spesifikasi kaki pasien di bawah pengawasan seorang teknisi.

10.15

Lembar HDPE umum dipanaskan dalam oven, dikeluarkan, dan dihamparkan di atas cetakan kaki pasien yang tersisa dengan bantuan mesin vakum pembentuk.

11.00

Jaipur Foot yang telah jadi disambungkan dengan prostesis tersebut.

tengah hari

Dokter yang berada di lokasi mengawasi ketika pasien tersebut mencoba prostesis baru itu di halaman. Pasien itu menjelaskan sejumlah ketidaknyamanan kecil ketika ia berjalan di sekitar halaman dalam yang terpisah.

12.15

Penyesuaian-penyesuaian dilakukan terhadap prostesis itu untuk membuatnya lebih nyaman.

12.30

Pasien tersebut dan keluarganya berbagi makan siang di fasilitas itu.

14.00

Keluarga itu naik kereta api untuk kembali ke New Delhi.


Selain fitur-fitur di atas, Society menerapkan prosedur-prosedur sangat sederhana untuk penyambutan, pendaftaran, pengukuran, pembuatan, pemasangan dan pemulangan pasien. Tidak seperti pusat-pusat medis di seluruh dunia, pasien didaftar ketika mereka datang pada jam berapapun dan hari apa pun. Lebih dari itu, pasien diberi fasilitas penginapan di pusat-pusat Society (BMVSS) sampai mereka mendapatkan kaki palsu, kaliper, atau bantuan-bantuan lain. Di sebagian besar pusat ortopedi, pasien harus kembali beberapa kali untuk pemasangan khusus. Proses tersebut dapat memakan waktu beberapa pekan. Sistem semacam itu tidak akan cocok bagi pasien miskin yang sangat kesulitan, baik secara fisik maupun keuangan, untuk kembali kedua kalinya dari jarak yang sangat jauh. Jaipur Foot dipasang khusus pada hari yang sama – sesungguhnya, dalam kurang dari empat jam. Yang paling signifikan, prostesis, ortotik dan bantuan-bantuan lain dari peralatan-peralatan lain disediakan sepenuhnya gratis kepada kaum miskin.

Efisiensi biaya-biaya operasional

Jaipur Foot adalah sebuah organisasi yang membelanjakan hampir 74 % biayanya pada material, buruh, dan layanan yang diperlukan untuk memasang kaki palsu pada pasien amputasi, 14 % sisanya untuk biaya overhead dan administratif (43 % material, tenaga kerja 31 %, pemondokan 12 %, overhead 14 %). Biaya yang banyak mengalir ke material-material yang digunakan dalam kaki tersebut, buruh yang dipekerjakan untuk membuat dan memasang kaki tersebut, dan biaya pengelolaan klinik-klinik yang menjangkau masyarakat miskin di seluruh India dan lebih jauh lagi.

Anjloknya biaya Jaipur Foot untuk fiskal 2002 menegaskan efisiensi biaya tersebut dan memperkuat upaya Society untuk melayani sebanyak mungkin pasien dengan sumber daya finansialnya. Hampir 90 % biaya perusahaan itu dalam tahun fiskal 2002 secara langsung terkait dengan biaya produksi dan pemasangan protesis untuk masyarakat miskin. Sebanyak 7 % lain dari biaya tersebut mengalir ke dalam bentuk-bentuk bantuan amal. Hanya 4 % dari biayanya mengalir ke biaya administratif dan overhead.

Pengembangan Jaipur Foot ke Depan

R&D memfokuskan pada berat kaki 850 gram sebagai kelemahan paling nyata dibanding pesaing. R&D saat ini mengembangkan bahan-bahan plastik berkekuatan tinggi untuk menggantikan aluminium.

Kesepakatan kerja sama dengan ISRO (Indian Space Research Organization) menjadikan Jaipur Foot menerima teknologi polyurethane ISRO. Kolaborasi ini diperkirakan mengurangi biaya manufaktur satu unit Jaipur Foot. Biaya setiap unit kaki akan terpangkas sampai sekitar 40 % menjadi 140 rupee. Unit kaki tersebut juga akan lebih ringan sampai sekitar 60 % menjadi 350 gram. Transfer teknologi akan mengurangi waktu produksi dari tiga jam menjadi sekitar 40 menit. Disamping itu kaki polyurthane berumur lebih panjang.

Hal yang dapat dipelajari

Organisasi yang berorientasi nirlaba, tetapi bekerja secara profesional. Walaupun sebagian besar pelanggannya adalah orang miskin dan gratis, sama sekali tidak mengurangi profesionalitasnya. Bahkan terus-menerus mengembangkan proposisi penawaran yang jauh lebih baik. Mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, seperti yang menonjol berat kaki palsu yang 850 gram, terlalu berat untuk kaki palsu, terlebih bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing dekatnya. Ke depan mereka juga terus menerus mencari jalan peningkatan efisiensi biaya dan menurunkan waktu produksi sehingga pengorbanan yang diberikan pelanggan semakin sedikit, tetapi nilai yang ditawarkan kepadanya semakin meningkat.


[1] disarikan dari C.K. Prahalad, 2004; The Fortune at The Bottom of the Pyramid : Eradicating Poverty through Profits; edisi Indonesia; The Bottom of the Pyramid; Mengentaskan Kemiskinan sekaligus Memperoleh Laba, penerjemah; Ahmad Fauzi, SS, 2004, PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA.