Kamis, 27 Maret 2008

Memikirkan masa depan dokter pasca PTT

Dokter-dokter saat ini yang makin lama makin jenuh jumlahnya, harus pintar dalam menciptakan dengan meminjam istilah W. Chan Kim dan Renée Mauborgne [1] “samudera biru” yaitu blue ocean marketing strategy; yaitu lapangan baru yang tenang dan damai, sepi dari persaingan yang keras. Bukan terjebak dalam strategi samudera merah atau red ocean marketing strategy yang penuh persaingan, peperangan, saling menggulingkan dan jauh dari persahabatan. Jadi dengan mengembangkan strategi samudera biru maka bila bertemu dengan sesama teman sejawat maka kita tetap bisa memperlakukannya sebagaimana saudara; sesuatu yang tidak dapat diperoleh dengan menerapkan strategi samudera merah.

Robert T Kiyosaki, membagi bagaimana seseorang memperoleh uang, menjadi empat kuadran[2]. Kuadran satu kiri atas; adalah tempatnya pekerja. Ia memperoleh gaji dalam jumlah tetap dalam kurun waktu tertentu yang umumnya per bulan, walaupun terkadang menerima bonus. Jadi cukup tidak cukup uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhannya selama satu bulan. Kuadran dua kiri bawah ; adalah tempatnya pekerja lepas, dalam kategori ini adalah dokter-dokter yang sudah mempunyai izin praktik pribadi di rumah atau tempat lain. Pendapatan yang diperoleh bersifat fluktuatif, tergantung seberapa keras ia bekerja. Kalau sebulan banyak liburnya, maka penerimaannya akan jauh berkurang ketimbang ia praktik terus selama satu bulan penuh. Kuadran tiga kanan atas; tempatnya dokter yang mempunyai bisnis atau usaha. Contohnya adalah dokter Gideon dari Jogja yang mempunyai jaringan apotek K-24. [3] Usahanya dapat berjalan tanpa kehadiran langsung dirinya di setiap jaringan apotek. Masing-masing jaringan apotek ada manajernya. Beliau tinggal memantau kinerja masing-masing manajer tersebut dalam rentang waktu berjangka, bisa per minggu, per bulan, per kuartal, per semester bahkan per tahun. Jadi dalam bisnis tidak menuntut kehadiran penuh sang pemilik bisnis. Kuadran empat kanan bawah: adalah investor. Syarat menjadi investor adalah ia harus mempunyai pengalaman bisnis matang dan mempunyai uang yang berlimpah, begitu yang dikatakan Robert Kiyosaki. Mereka yang mampu mengkombinasikan uang pribadi, uang orang lain, tenaga dan pikiran orang lain menjadi suatu usaha yang bekerja untuk mereka (melalui kepemilikan saham yang dimiliki). Contoh dokter yang seperti ini adalah dr Boenjamin Setiawan PhD, pendiri dan pemilik grup Kalbe. Dikatakan grup karena saat ini grup Kalbe membawahi sembilan unit bisnis strategis yaitu Kalbe Farma, Bintang Toejoe, Dankos, Sakafarma, Hexafarma Jaya, Finusol Prima, Sanghiang Perkasa, Woods dan Lab Goupil.[4] Belum dimasukkan disini perusahaan distributor PT. Enseval Putra Megatrading yang juga menjadi satu grup Kalbe. Terakhir perkembangan Kalbe Farma, melakukan merger perusahaan Dankos, Enseval ke dalam Kalbe Farma[5]. Atas dasar inilah membuat Kalbe menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dengan melihat jumlah aset yang dimiliki. Dokter pendiri dan pemilik grup Kalbe ini menurut kuadran Kiyosaki termasuk kuadan tiga dan empat. Karena disamping pemilik bisnis ia juga termasuk investor. Melalui perusahaan induknya Kalbe Group ia melakukan strategi vertikal atau mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain untuk menjadi grupnya. Yang berarti melibatkan uang dan tenaga orang lain secara sinergis menghasilkan laba yang sebagian besar menjadi miliknya karena ia pemegang saham mayoritas.

Kesimpulannya : Karier atau masa depan itu luas, tergantung pada kita. Yang berhasil adalah mereka yang selalu bertekun dengan apa yang mereka nikmati, hingga datang pasang keberuntungan, mereka sudah bisa memainkan dengan maksimal sehingga mendatangkan kemanfaatan yang besar.



[1] W. Chan Kim dan Renée Mauborgne, 2005, Blue Ocean Strategy, Harvard Business School Publishing Corporation, Boston; Edisi terjemahan Indonesia, Blue Ocean Strategy (Strategi Samudra Biru), Penerjemah Satrio Wahono, Penerbit PT Serambi Ilmu Semesta, Januari 2006

[2] Robert T. Kiyosaki, Cash Flow Quadrant, 2002, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

[3] SWA 11/XXI/26 Mei – 8 Juni 2005 Tren Analisis & Peristiwa

[4] Majalah SWA-sembada, No. 22/XIX/30 Oktober – 9 November 2003 rubrik SWAPLUS / edisi / 22 / Oktober 2003 hal 04-05

[5] Majalah SWAsembada, No. 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari 2006 hal 90 - 96