Senin, 12 April 2010

Menangis


Tidak usah ragu atau malu untuk menangis ketika engkau memang ingin menangis...
Ketika engkau bayi, engkau sering menangis dan engkau bahagia,
semakin besar engkau malu untuk menangis nyatanya engkau tak sebahagia ketika bayi.

Data statistik menunjukkan bahwa dalam setahun rata-rata wanita menangis 47 kali dan pria hanya 7 kali, namun bukan itu batasan boleh atau tidaknya seseorang menangis.

Ibnul Qayyim al Jauzy, seorang ulama, dokter dan budayawan Islam membagi tangisan kepada 10 jenis:

1. Tangisan rahmat dan kasih sayang
2. Tangisan takut dan bimbang
3. Tangisan cinta dan rindu
4. Tangisan gembira dan bahagia
5. Tangisan putus asa
6. Tangisan sedih
7. Tangisan lemah dan ketidakupayaan
8. Tangisan kemunafikan
9. Tangisan kepalsuan
10. Tangisan persetujuan (menangis apabila orang lain menangis)

Yang mana tangisan milik Anda, itulah yang mesti Anda pilih. Tentu saja Anda akan menghindari nomor 5, 7, 8 dan 9 bukan? Oke, saya akan coba menilik satu demi satu.

Tangisan rahmat dan kasih sayang
Anda pernah memandangi anak Anda yang sedang tertidur pulas dan entah bagaimana mata Anda tiba-tiba basah? Atau melihat seorang pasien terbujur di tempat tidur RS dan Anda jatuh iba sampai-sampai mata Anda berkaca-kaca? Subhannalloh, Anda dikaruniai sifat rahman dan rahim. Hati Anda sungguh lembut. Syukurilah nikmat itu.

Tangisan takut dan bimbang
Seperti seorang anak kecil yang takut ditinggal sendirian. Namun ketakutan dan kebimbangan bukanlah monopoli anak kecil, bukan? Sesekali kita mengalaminya. Takut menghadapi pekerjaan, bimbang menentukan pilihan yang sama-sama sulit. Menangis dalam keadaan seperti ini? Katakan tidak, untuk urusan yang bersifat kebendaan. Namun menangis karena takut kepada Allah berbeda konteks, karena takut kepada Allah berbeda pengertian dengan ketakutan yang merugikan (fear).

Tangisan cinta dan rindu
Tangisan jenis ini banyak dijual di sinetron dan nyanyian. Kita sendiri pasti pernah mengalaminya. Rindu kepada orang tua, kepada orang-orang terkasih. Saya masih ingat ketika baru bertugas di pedalaman Papua sementara meninggalkan istri yang sedang hamil tua dan anak pertama yang ketika itu belum genap berusia 2 tahun. Memandang fotonya saja sudah cukup untuk membuat air mata saya merembes.
Ketika seseorang yang sangat rindu kepada Allah pertama kali memandang Ka'bah dari dekat rata-rata menangis, begitupun ketika thawaf wada', thawaf penghabisan sebelum meninggalkan kota Makkah. Atau Anda membaca kisah Rasulullah dengan khusyu' lantas membuncah kerinduan yang teramat sangat, Anda menangis rindu.

Tangisan gembira dan bahagia
Saat Anda memperoleh sesuatu yang sangat Anda idam-idamkan, Anda merasa begitu bahagia sehingga air mata mengalir. Biasanya dipadu dengan sujud syukur atau minimal ucapan alhamdulillah yang begitu menggetarkan karena bukan hanya lisan atau otak Anda yang bersyukur namun seluruh sel dengan somatic mind Anda bergetar. Itulah tangisan kebahagiaan. Anda bisa membayangkan ketika Allah memanggil Anda dengan lembut:
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, dan masuklah kedalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu?
Apakah Anda tidak menangis bahagia?

Tangisan putus asa
Jangankan tangisannya, putas asa sendiri tidak boleh bagi seorang beriman karena putus asa tidak lain merupakan bisikan keraguan akan kuasa Allah atas kita, ketidakyakinan bahwa Allah memberikan sebuah beban tidak pernah melebihi batas kemampuan kita. Putus asa adalah perbuatan orang kafir, orang yang hatinya tertutup, tidak cerdas dan tidak pandai bersyukur.

Tangisan sedih
Kesedihan itu bagian tak terpisahkan dari hidup seorang manusia. Siapapun pernah dan boleh bersedih, yang tidak lazim adalah membiarkan diri dalam kesedihan yang berlarut-larut dan mengabaikan hak diri untuk merasa berbahagia.
Sedihlah karena berbuat dosa, tetapi jangan sampai kesedihan itu membuat kita tidak mau tersenyum. Tidak ada orang yang suka melihat raut muka sedih. Rasulullah adalah seorang yang mudah menangis ketika mendengar dan membaca ayat Qur'an atau ketika shalat namun wajahnya selalu berseri dan menyenangkan.

‘Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk’ (QS Al Isra: 109)

‘Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis’ (Maryam: 58)

Para sahabat Rasulullah adalah orang-orang yang gampang menangis namun mereka adalah generasi yang sangat produktif. Ruhban fi lail wa fursan fi nahar, bagaikan rahib di malam hari namun gesit bagai singa di siang hari.

Artinya bahwa tangis ketika sedih haruslah menjadi sebuah tangisan yang produktif, tangisan yang memang tulus dari dalam hati akan men-stop produksi kortisol (hormon penyebab stres) dan merelease endorfin (hormon yang behubungan dengan sensasi bahagia)
Seseorang ketika merasa bahagia akan lebih produktif, lebih cerdas dan bertenaga. Itulah barangkali salah satu rahasia mengapa para sahabat mudah menangis namun sejarah mencatat mereka sebagai generasi yang dahsyat dan sangat progresif.

"Menangis adalah pelepasan emosi yang paling tepat saat kita tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata," kata Dr Simon Moore, psikolog dari London Metropolitan University. Menurut Profesor William Frey, ahli tangis dari AS, air mata yang dikeluarkan saat kita sedang emosional mendorong terbitnya hormon endorphin sehingga bisa membuat perasaan lebih plong. Menangis juga diketahui bisa menurunkan tekanan darah dan denyut nadi.

Tangisan kemunafikan
Pura-pura menangis agar dikira orang yang takut kepada Allah, agar disangka orang yang khusyu'. Air matanya memang keluar namun hatinya tetap kering. Berhati-hatilah, tangisan jenis ini sangat meletihkan. Alih-alih endorfin, effort yang dikeluarkan dalam upaya menangis ini menghasilkan kortisol, sama seperti sholat yang tidak khusyu'.

Tangisan kepalsuan
Ini tangisan penipu. Seolah-olah menangis untuk mengecoh orang banyak agar simpatik, menaruh iba kepadanya.

Tangis persetujuan
Menangis ketika orang lain menangis. Jiwa itu beresonansi. Kegembiraan menularkan kegembiraan. Begitu pula kesedihan. Anda pernah menonton sinetron yang menayangkan artis idola Anda menangis, dan Anda ikut-ikutan menangis?

Itulah jenis-jenis tangisan. Mungkin ada lagi tangis penyesalan namun saya pikir itu bisa dimasukkan dalam kesedihan.
Silahkan pilih, tangisan mana yang ingin Anda pakai, hanya saja pastikan bahwa memang tangisan itu sehat bagi Anda.

Saya beri tahu rahasia untuk mengetahui apakan tangis kita ikhlas dan sehat atau tidak: adanya rasa lega. Menangis yang benar akan membuat kita merasa plong, lega dan lebih tenang karena terbitnya hormon endorfin tadi.
Sebuah studi yang dilakukan di Jepang menunjukkan, orang yang lebih sering menangis lebih jarang mengalami sakit encok. Para ahli menduga hal itu berkaitan dengan dikeluarkannya hormon tersebut pada saat kita menangis.
Akhir kata, tidak ada alasan untuk tidak menangis. Jangan malu untuk menangis selagi kesadaran Anda mengatakan anda ingin menangis.

Bacalah firman Tuhan,
atau senandungkan nasyd ini:

Tuhanku
maafkanlah segala dosaku..
Tuhanku
ampunkanlah kejahilan hambaMu...

kusering melanggar laranganMu baik sedar ataupun tidak
kusering meninggalkan suruhanMu walau sedar aku milikMu...

Oh Tuhanku
Kaupimpinlah diri ini yang mendamba cintaMu
aku lemah, aku jahil
tanpa pimpinan dariMu...

Kau Pengasih
Kau Penyayang
Kau Pengampun kepada hamba-hambaMu
Selangkahku kepadaMu seribu lankah Kau padaku...

dan,
menangislah....