Kamis, 17 September 2009

Peribahasa#3: Mburu Uceng Kelangan Deleg


Berani jamin, yang baca tulisan ini berkerut kening karena peribahasa ini seperti diimpor dari dunia jauh. Belum pernah ada Bu Guru pelajaran bahasa Indonesia sepakar apapun yang mengajarkan peribahasa ini. Juga belum ada buku pelajaran bahasa Indonesia yang memuatnya.

Tentu saja saya berani ngomong begini karena memang peribahasa ini bukan dari bahasa nasional kita. Mburu uceng kelangan deleg, menurut penerawangan saya adalah sebuah peribahasa asli Banyumas, kampung saya. Saya hanya mendengar peribahasa itu dari satu sumber: Bapak (almarhum, semoga Allah merahmati) dalam beberapa kali pengajian beliau di kampung kami.
Ndak tahulah kenapa saya jadi ingat peribahasa langka ini. Mungkin karena saya kangen kepengin pulang kampung, mungkin juga karena menemukan fenomena yang dimaksud oleh peribahasa ini dalam hari-hari ini.

Uceng adalah nama lokal untuk sejenis ikan kecil berbadan gilig, imut dan lucu yang hidup di sungai-sungai di desa kami, Pekaja. Di daerah lain juga ada dengan nama yang sama: uceng, sili, ikan cuaca. nama latinnya cakep: Nemacheilus masyai. Ukurannya tidak pernah lebih besar dari kelingking anak kecil. Orang dewasa yang mendapatkannya waktu mancing atau menjala akan membuangnya. Tidak berharga. Yang doyan sama ikan imut ini hanya kami, anak-anak yang senang bermain di kali, tak berbaju dan bau matahari. Untuk main-main, tentunya, maklumlah kami tak kenal ikan koki, diskus atau clown fish.

Deleg, saya ndak tahu persis rupanya seperti apa namun bisa saya pastikan ia mewakili jenis ikan yang besar, berdaging dan karenanya orang dewasa menganggapnya berharga, bisa dimakan atau laku dijual. (Memang beda ya isi fikiran orang dewasa dan kanak-kanak). Oh ya saya baru googling, ternyata ikan deleg itu adalah ikan gabus (Channa Sp) yang berukuran gede. Hehe.. gak nyangka ikan ndak beken ada juga di internet. Pantes banyak orang betah internetan.

Jadi ceritanya Kang Bejo sedang nyeser (menangkap ikan dengan seser, pukat kecil berbingkai bambu berbentuk segitiga) sudah mendapatkan deleg dan tinggal memasukkannya ke wuwu, namun secara tiba-tiba melihat seekor uceng melintas sehingga timbullah gairah untuk menangkap uceng. Lumayan buat tambahan...Maka ia serodokkan seser tadi kembali ke air. Eh, terlepaslah si deleg nan flamboyan tadi, tinggallah si uceng pias ketakutan.
Apes si uceng, apes lagi Kang Bejo. Arep kepriwe maning, jajal?

Mburu uceng kelangan deleg, memburu si uceng yang berakibat kehilangan si ikan deleg.
Mengejar hal yang kecil dengan meninggalkan hal yang besar.
Mengejar hal cabang, furu', remeh dan melalaikan hal pokok, ushul, dan benar-benar penting.
Sering bukan, kita menyaksikannya?
Melakukannya?
Mengejar yang sunnah, eh... lupa pada hal yang wajib.
Ingat?

Hehehehehe.....