Kamis, 17 September 2009

Peribahasa#2: Buruk Muka Cermin Dibelah


Kang Boy kebingungan. Celana-celana panjang kesayangannya seperti menyempit belakangan ini.
"Kalian mengkhianatiku, kita telah berjanji untuk bersama forever!" ujarnya kepada setumpuk celana. "Kenapa sekarang kalian mengecil? Gak mau lagi aku pakai?" begitu semprotnya sambil menjembreng selembar celana jins berwarna biru muda.

Jins biru muda
hadiah dari mertua
beli di Singapura
buatan Tasiq Malaya
haha
ha

Kang Boy tak kunjung paham kenapalah celana terasa sempit? Usianya sudah kepala tiga, tak mungkinlah tumbuh kembang lagi, pikirnya. Dulu iya, celana SMP tak mungkin dipakai SMA. Pesat benar perkembangan awak.
Tak mungkinlah celana ini mengecil ? Lagipula aku toh sudah diet? Senam setiap Jumat di parkiran kantor?
Bah! Tukang jahit-tukang jahit itu kenapa tidak dilebihkan barang sesenti waktu ukur-ukur perut aku ni?

Tiba-tiba anak tetangga teriak, "Buruk muka cermin dibelah."
Ha, rupanya sedang menghapal pelajaran bahasa Indonesia.

***

Jon terpaksa berteduh di bawah fly-over karena hujan turun tiba-tiba. Lebat banget. Jon naik sepeda motor, tapi lupa membawa mantel hujan.
"BMG memang ngaco, tak ada ramalannya yang akurat. Gue pecatin juga orang BMG tu. Besok biar Mama Loren aja jadi kepala BMG. huh!"
Dengan selembar koran ia berusaha melindungi mukanya dari air tempias. Sebuah kolom di koran itu bertajukl: Buruk Muka Cermin Dibelah.

***

Buruk muka cermin dibelah.
Buruk nasib, orang lain salah.
Hah.

Ini tentang insight, kawan. Wawas diri. Intro-spection.
Kadang terlupa untuk menilik ke dalam, lebih mudah menengok keluar. Mengadili realitas luar, alih-alih melihat realitas di dalam .
Aduh, atasan ndak bener. Anak buah ngaco semua. Suami ndak pengertian. Istri payah. Sistem kerja amburadul. Lingkungan tidak kondusif. Ah, aku dikepung sebuah konspirasi! Kupret!

Apa lagi yah? Hehehe, banyak deh.
Dududuh...setiap huruf yang kutulis ini seperti menohok-nohok ulu hatiku sendiri. Tapi biarlah, masih ada beberapa kata yang harus kuketik.

Ini tentang insight.
Hobiku ngaca ternyata membuatku teringat peribahasa ini, kawan.

Allah sering menganjurkan kita untuk berintrospeksi. Dalam al Quran banyak sekali kisah-kisah tentang umat terdahulu, baik tentang kebaikan maupun keburukannya. Selain sebagai informasi sejarah dan ilmu pengetahuan kisah itu juga dimaksudkan sebagai ibrah (insight) untuk kita yang membacanya. Makanya Rasulullah menganjurkan agar dalam membacanya kita sebaiknya merasa seolah-olah ayat itu baru saja diturunkan sengaja untuk kita. Biar kita sensi
Beberapa rangkaian ayat diakhiri dengan wa fii anfusikum afala tubshiruun... (dan pada dirimu tidakkah kamu lihat?) dan yang semacamnya.

Tentu saja belum tentu realitas luar baik dan diri kita yang tidak baik. Sangat mungkin, memang begitu adanya: sistem yang memang kacau sehingga kerja tidak beres. Tulisan ini hanya mengingatkan diri awak pribadi dan juga siapapun yang setuju bahwa kita mesti berbuat adil.

Boleh jadi cerminnya memang berkarat sehingga wajah awak terlihat kusem.
Boleh jadi cerminnya tidak rata sehingga wajah ganteng ini terlihat peyang penjol.
Tapi...ssst jangan bilang-bilang ya kalo awak mulai menyadari kemungkinan sebaliknya.

Xixixixi...

“Barangsiapa menemukan (ganjaran) kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barangsiapa mendapatkan selainnya janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” [HR. Al-Imam Muslim no. 4674 dari shahabat Abu Dzar radhiallahu 'anhu]