Rabu, 15 Juli 2009

Pengukuran Lateral Cephalometri

Maxillary skeletal
SNA : sudut antara SN dan titik A
Nilai normal : 82º
Nilai deviasi : 2º
Interpretasi : Membuat lokasi horizontal pada maxilla. Deviasi basis kranial (S-N, angulasi, atau panjang) atau Vertical Maxillary Excess (VME) akan membuktikan bahwa pengukuran ini tidak nyata. Oleh karena itu pada jarak ini harus dilakukan pengurangan titik berat.

Maxillary depth : sudut yang dibentuk oleh perpotongan Frankfort Horizontal dan bidang N-A
Nilai normal : 90º
Nilai deviasi : 3º
Interpretasi : Indikasi posisi horizontal maxilla. Skeletal class II disebabkan oleh prognathi maxilla yang menunjukkan nilai >90º
Maxillary length : pengukuran pada perluasan dari Cd ke titik A
Nilai normal : 85 mm (♀), 87 mm (♂)
Nilai deviasi : 6 mm
Interpretasi : nilai ini bertambah 1 mm pertahun sampai dicapai ukuran dewasa (95-100 mm).
ANB : perbedaan antara sudut ANB dan SNB
Nilai normal : +2,0º
Nilai deviasi : 2º
Interpretasi : indikasi hubungan horizontal antara maxilla dan mandibula. Nilai (+) menunjukkan bahwa maxilla lebih ke depan dari mandibula, sedangkan nilai (-) menunjukkan hubungan skeletal class III.
Maxillary Dental
Maxillary incisor angulation : sudut yang dibentuk oleh SN dan sumbu panjang incisivus.
Nilai normal : 102º
Nilai deviasi : 3º
Interpretasi : hubungan angulasi upper incisor ke upper dan middle face. Nilai berkisar 102º indikasi protrusi angular incisor, sedangkan nilai berada dibawah nilai normal menunjukkan angulasi retrusi.
Maxillary incisor anteroposterior (A-P) position : jarak horizontal dari permukaan wajah gigi incisivus sentral maxilla ke garis N-A.
Nilai normal : 4,0 mm
Nilai deviasi : 2,0 mm
Interpretasi : indikasi posisi horizontal incisivus maxilla. Nilai > 6,0 mm menunjukkan protusi gigi anterior, sedangkan nilai ≤ 1,0 mm menunjukkan retrusi gigi.
Upper molar position : jarak horizontal dari PTV ke permukaan gigi molar pertama maxilla.
Nilai normal : umur kronologis pasien +3,0 mm. Perubahan pertumbuhan kira-kira 1,0 mm per tahun sejalan dengan aktifnya pertumbuhan tiap tahun.
Nilai deviasi : 3,0 mm
Interpretasi : ditentukan bila maloklusi gigi disebabkan oleh posisi A-P gigi molar maxilla. Penting dalam mempertimbangkan rencana perawatan menyangkut pergerakan distal molar maxilla.
Maxillary incisor to upper lip : jarak vertikal antara batas inferior bibir atas dan tepi incisal incisivus maxilla.
Nilai normal : 3,0 mm
Nilai deviasi : 1,0 mm
Interpretasi : evaluasi beberapa incisivus maxilla dalam keadaan istirahat. Nilai ≥ 5,0 mm dapat dihubungkan dengan vertikal maxilla yang berlebih. Nilai ini perlu dibandingkan dengan panjang bibir atas. Biasanya, pasien dengan bibir atas yang pendek akan menampakkan incisivus pada saat istirahat.
Mandibular Skeletal
SNB : sudut yang dibentuk antara SN dan bidang N-B.
Nilai normal : 80º
Nilai deviasi : 2º
Interpretasi : indikasi lokasi horizontal mandibula. Angulasi abnormal basis kranial dan vertikal wajah yang berlebih akan merugikan karena mempengaruhi pengukuran.
Facial angle (depth) : sudut yang dibentuk antara bidang N-Pg dan FH
Nilai normal : 87º pada usia 9 tahun. Bertambah 0,33 per tahun.
Nilai deviasi : 3º
Interpretasi : lokasi posisi horizontal dagu. Dapat ditentukan jika hubungan skeletal class II atau class III berasal dari retrognathi atau prognathi mandibula.
Mandibular length : jarak mutlak antara Cd dan Gn
Nilai normal : 105 mm pada umur 9 tahun dengan pertambahan pertumbuhan per tahun 2-2,5 mm mencapai nilai maximum 120-130 mm. Umumnya pada wanita 2,0 < daripada pria di usia 9 tahun.
Nilai deviasi : 6,0 mm
Interpretasi : ditentukan bilamana hubungan skeletal class II atau class III berasal dari mandibula yang kecil atau besar.
Mandibular Dental
Mandibular incisor protrusion : jarak horizontal dari ujung incisivus mandibula ke garis A-Pg.
Nilai normal : +2,0 mm
Nilai deviasi : 2,3 mm
Interpretasi : menentukan posisi A-P mandibula pada dental unit untuk mengukur hubungan resiprokal dental unit maxilla dan mandibula. Tidak hanya dari hubungan estetik tetapi juga dibutuhkan korelasi dengan analisa panjang lengkung fungsional.
Incisor mandibular plane angle (IMPA) : sudut dalam antara panjang sumbu incisivus mandibula dan MP
Nilai normal : 90º
Nilai deviasi : 4º
Interpretasi : evaluasi posisi sudut incisivus ke tulang basal mandibula
Holdway ratio : rasio antara incisivus mandibula dan Pg ke garis N-B
Nilai normal : 1:1
Nilai deviasi : 2,0 mm
Interpretasi : posisi A-P incisivus mandibula dan Pg harus terproyeksi dari garis NB untuk keseimbangan facial yang baik.

Vertikal
Posterior facial height : jarak linear antara Go dan titik CF
Nilai normal : 55 mm untuk ukuran rata-rata pasien usia 8,5 tahun. Pertambahan 1,0 mm per tahun.
Nilai deviasi : 3,3 mm
Interpretasi : pengukuran pertumbuhan vertikal ramus dan dapat diperoleh nilai dalam prediksi pola pertumbuhan “clockwise” atau “counterclockwise”. Nilai < 51 mm menunjukkan pola dolichofacial, sedang nilai > 59 mm menunjukkan pola brachiofacial.
Mandibular plane angle (FMA) : sudut yang dibentuk oleh perpotongan FF dan MP.
Nilai normal : 26º yang akan bertambah 1º setiap 4 tahun sejalan dengan pertumbuhan yang normal.
Nilai deviasi : 4º
Interpretasi : nilai > 31º menunjukkan pertumbuhan “clockwise” dengan pola pertumbuhan dolichofacial, sedangkan nilai < 21º secara tidak langsung menunjukkan defisiensi vertikal yang bisa terlihat pada pola pertumbuhan brachifacial.
Facial axis : sudut antara FX dan BN
Nilai normal : 90º
Nilai deviasi : 3,5º yang akan berubah 1º tiap 3 tahun untuk rata-rata pasien.
Interpretasi : nilai ini melebihi rasio facial height-facial depth yang berindikasi langsung pada pertumbuhan dagu. Nilai > 94º merupakan indikasi pertumbuhan “clockwise”, sedang < 85º secara tidak langsung menunjukkan pola pertumbuhan tipe wajah dolichofacial.
Facial height : hubungan vertical antara upper dan lower facial height (N-ANS : ANS-M)
Nilai normal : upper 53 mm
lower 65 mm
Interpretasi : penting pada penilaian absolut dengan rasio antara upper dan lower facial height kira-kira 5:6 untuk keseimbangan facial.