Kamis, 07 Juni 2007

“Anu”

Menyenangkan sekali bisa menikmati sholat di masjid yang bisa berdiri dan saya bisa andil dalam pembangunannya….. namanya masjid Sabilillah belakang pas kos-kosan saya dulu ketika mahasiswa.

Ikut andil mendirikan berarti harus ikut pula andil dalam memakmurkannya, termasuk dalam kegiatan bulan suci romadhon. Semua anak kos yang aktif sholat jamaah di masjid mendapat bagian sebagai mubaligh dadakan alias petugas kultum (kepanjangan dari kuliah terserah antum… he he he).

Saya termasuk orang yang ga pernah tampil ke publik apalagi memberikan tausiyah walaupun hanya sekedar lima menit plus dua.

Skenario sudah disiapkan secara matang… membaca-baca buku agama, mengolah, berlatih tapi dalam skenario mental di otak mengenai track-track yang nanti akan dilalui..

Rupanya memikirkan skenario di otak tidak lekas bisa tenang dan konsentrasi ketika sholat… maklum harus sholat Isya’ dulu baru acara yang dinanti-nanti tiba… menjalani track-track yang akan dilalui dan disampaikan dalam lisan.

Biasanya kalo sholat Isya sendiri ato berjamaah berlangsung terlalu cepat…. Kadang-kadang tidak sadar kalo perjalanan sholat Isya sudah memasuki rokaat ke tiga.. tetapi kali ini… rokaat demi rokaat yang dilalui demikian mendebarkan… pikiran terkonsentrasi pada denyut jantung yang makin lama makin cepat dan terasa sekali denyutannya… ato orang biasa menyimpulkan saya ini sedang deg-degan menunggu akan tiba waktu itu.

Dan……akhirnya tiba harus mulai mengatakan di depan publik ..

“Anu”….

“Eh… Anu”

“ha ha aa ha wakakakakak” gemuruh suara anak-anak..dan sebagian teman kos tertunduk malu.. tapi sebagian kelihatan senyum-senyum.. tapi risau.. menunggu kelancaranku bisa ngomong..

“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh” kataku…akhirnya keluar juga kata-kata yang tertib.

….dst………….. walopun satu dua kali masih terselip kata…

“Anu”

Waktu lima menit plus dua terasa sangat jauuuuuuhh… dan… menegangkan

Sekarang sudah lebih dari sepuluh tahun setelah peristiwa itu… walaupun masih sering muncul rasa berdebar-debar ketika akan mengisi kajian ato ceramah… tetapi jauh lebih lancar dari peristiwa yang menegangkan dan memalukan itu…

………………………………….

Dalam buku Emotional Intelligence karya Daniel Goleman, mengunkapkan sebuah data.. bahwa pemain-pemain olah raga yang prestasinya sampai tingkat dunia… mereka sudah berlatih secara serius olah raga yang mereka geluti sejak umur enam tahun.. tetapi mereka yang unggul hanya sebatas tingkat nasional berlatih serius olah raga yang mereka geluti sejak usia lebih lanjut biasanya kelas enam SD dan seterusnya apalagi kalo cuman juara RT… baru berlatih seminggu yang lalu… he he he

David Beckham mengenal latihan intensif bola sejak umur enam tahun, demikian juga dengan juara dunia catur, dan juara-juara dunia lainnya. Bahkan Imam Syafii, ahli Fiqh yang fatwa fiqhnya dipake oleh mayoritas muslim Indonesia, hafidz Al-Qur’an umur tujuh tahun. Demikian juga dengan ulama-ulama yang usianya abadi melebihi usia fisik, sudah terpapar dini dengan ilmu agama konsistensi dalam penerapan ilmu agama itu sejak dini usia….

……………………………

Berceramah, mengemudi, dokter bisa mendiagnosis, dokter bisa melakukan tindakan operasi canggih dengan terampil adalah salah satu bentuk refleks yang terbentuk dengan latihan.. semakin tinggi “jam terbang” latihannya maka semakin terampil refleks itu terbentuk…

Contoh yang paling nyata mengenai hal ini dan banyak dijumpai dalam sehari-hari adalah mengemudikan / menyopir mobil… pekerjaannya demikian kompleks… melihat, merespons dengan menginjak pedal rem, pedal gas dan pedal kopling… bila manual harus mengubah status persnelling secara akurat.. semuanya berlangsung dalam hitungan detik… bahkan kita bisa mengemudikan mobil sambil kita memikirkan bagaimana skenario pelunasan utang-utang. Inilah contoh refleks komplek yang dipelajari..

Dokter bedah yang mengoperasi pasiennya…dengan efisien sudah menjadi refleks tanpa berpikir lagi karena dia sekolah di kedokteran enam tahun, kemudian sekolah lagi bedah 7 semester, dan kalo mendalami lebih lanjut, seperti ahli bedah tulang ato ortopedi menambah keahlian yang sangat spesifik seperti mendalami tulang belakang atau ahli lutut dengan sekolah lagi selama tiga tahun….. total dari SMA untuk mendapatkan keahlian seperti itu membutuhkan waktu lebih dari dua belas tahun…

Sama seperti David Beckham, Casparov, Rudi Hartono, Icuk Sugiarto… butuh waktu dua belasan tahun lebih untuk mencapai kompetensi seorang juara dunia.

Jadi kesimpulannya :

Kalo anda ingin menjadi orang yang sangat ahli dalam suatu bidang, baik ilmuwan, olah ragawan, usahawan dan bahkan penipu ulung yang sangat lihai… bersabarlah dan siapkan mental tahan banting Anda untuk menempa keahlian itu minimal DUA BELAS TAHUN… !!!