Sabtu, 21 April 2007

Siapa yang kentut?

Teman-teman menyebutnya Simbah, karena seluruh rambutnya hampir memutih, padahal usianya baru dua puluh tahun.

Dia pernah bilang

penyebab rambut putihnya adalah ketika mencukur rambutnya di tukang potong rambut madura, oleh si pencukur ditaburi bedak putih, setelah memotong rambutnya. Karena peristiwa itu terjadi berulang-ulang maka jadi putihlah rambutnya.

Walaupun sebenarnya semua pelanggan di tukang potong rambut madura juga ditaburi bedak putih. Mengapa terjadi perbedaan hasil, yang lain tetap hitam rambutnya termasuk diriku, sedangkan Simbah rambutnya berubah banyak putih itulah yang tidak habis ia mengerti.

“Ayo mbah… kentut!”

“tut..tut …préét”

“lagi mbah!”

“tut..tut…préét”

“lagi..!”

“tut…préét”

“sekali lagi!”

“tut..préét”

Saya tidak tahu, gerangan apakah yang menyebabkan dia bisa sangat produktif seperti itu. Kayaknya tidak ada dalam pembahasan di textbook ilmu kedokteran yang selama ini aku pelajari. Untungnya Simbah itu laki-laki, ada lho teman dari temanku kos setiap ketawa pasti terkentut-kentut dan dia adalah seorang wanita. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa malunya.

………………………………………………

Sore itu mereka berlima naik angkot, kebetulan dari jauh memandang ada gadis cantik yang dari gelagatnya juga akan naik angkot tersebut. Entah apa yang terjadi, mereka berlima tiba-tiba berêmbug, bergerombol sejenak seperti layaknya time out tim bola basket, sebelum bersama-sama naik angkot.

Setelah angkot berjalan beberapa lama, tiba-tiba

“tut..tut..preet” terdengar suara kentut.

Seluruh penumpang saling pandang.

Tetapi beberapa saat kemudian mereka berlima secara serempak memandangi gadis cantik tadi.

Tanpa ada instruksi dari siapa-siapa, seluruh penumpang yang berada di angkot itu, ikut-ikutan memandangi gadis itu dengan warna wajah yang penuh kecurigaan dan penghinaan. Terbesit dalam pikiran orang yang naik angkot itu beraneka macam dugaan dan prasangka, walaupun tidak terekspresikan

“Gadis cantik kok tidak punya sopan santun”

“Gadis cantik kok tidak waras”

“Gadis cantik kok tidak tahu diri”

begitulah kira-kira ungkapan dalam hati semua penumpang dan awak angkot kalo dikalimatkan.

Kontan gadis cantik itu memerah mukanya, dan karena tidak tahan dengan tatapan-tatapan mata liar yang memandangi, ia segera memutuskan turun, walaupun belum sampai ke tempat tujuannya.

Sungguh malang nian nasib gadis cantik itu. Anak-anak itu sungguh keterlaluan kalau ngerjain orang.

Permasalahannya mencari siapa yang “kentut”?

Permasalahan kesehatan yang telah mewabah seperti sekarang ini, yang terutama nyata sekali adalah kampanye merokok.

Dokter ato orang-orang yang peduli dengan masalah merokok saat ini posisinya sama persis seperti gadis yang terusir dari angkot. Terusir secara fisik sih tidak, hanya terusir secara psikologi sosial aja.

Orang yang tukang kampanye antirokok itu jadi jadul banget. Dia “terfitnah” oleh mata-mata “media” liar yang membawa mata-mata yang lain ikut menjadi “liar” karena terbawa arus utama “media” liar. Teman-teman simbah yang yang membuat mata-mata penumpang lain itu ibaratnya seperti media yang mengarahkan penontonnya ikut terbawa arus permainannya sehingga “mata-mata” liar memelototi orang-orang yang mengampanyekan anti merokok.

Jadi siapa yang “kentut” tukang kampanye rokok atau tukang kampanye antimerokok?