Dok, sebagai orang Minang (Sumatra Barat) saya mau bertanya tentang nikah satu suku di daerah kami. Apakah benar keturunannya nanti ada kelainan (cacat) atau kelemahan mentalnya?
Kata orang karena gen-nya sama, apakah benar? Di Minang yang tidak boleh itu kawin menurut garis keturunan ibu, tapi daerah lain yang tidak boleh nikah menurut garis keturunan bapak.. Disini saya melihat daerah lain mereka yang kawin (kalau di Minang itu dilarang) keturunannya tidak ada masalah. Mohon penjelasannya dokter.
Boy (Pria Lajang, 27 Tahun), rangminangpeduli@yahoo.co.id
Tinggi Badan 163 Cm dan Berat Badan 56 Kg
Jawaban
Dalam ilmu genetika manusia, situasi perkawinan yang dipertimbangkan berisiko signifikan menurunkan penyakit genetika adalah situasi perkawinan sedarah sampai sejauh sepupu 2 (great grandparents yang sama). Baik dalam suku yang sama maupun berbeda, bahkan baik dalam bangsa yang sama maupun berbeda.
Adapun perkawinan di luar itu risikonya terlalu kecil untuk dipertimbangkan. Lihat 'Apa risikonya menikahi sepupu?'
Jadi walaupun sukunya sama, tetapi bukan kerabat dekat, maka risikonya sangat kecil dan hampir dapat diabaikan. Namun, walaupun sukunya berbeda, atau bahkan bangsanya berbeda, tetapi kerabat dekat, maka risikonya cukup signifikan untuk diberi perhatian.
Anggapan ini mungkin berasal dari kebiasaan bahwa sebagian kelompok masyarakat kita terkadang menikah dengan sesama tetangganya dalam satu kelompok adat (suku). Tindakan ini kemudian disusul oleh generasi di bawahnya dengan gaya pernikahan yang sama sehingga ada sebagian dari mereka yang kemudian menikahi sepupunya sendiri dan kemudian muncul penyakit genetika pada keturunannya. Hal ini membuat seolah-olah persamaan suku (kelompok adat) yang memainkan peranan, padahal jarak kekerabatan-lah yang menentukan.
Pernyataan bahwa 'Kata orang gennya sama' ada benarnya, walaupun tidak dapat diaplikasikan untuk menunjukkan tingkat risiko menurunkan penyakit genetika pada perkawinan satu suku.
Penelitian-penelitian genetika populasi menunjukkan bahwa orang-orang dengan suku yang sama, cenderung memiliki variasi DNA yang mirip satu sama lain. Namun tingkat kemiripannya masih terlalu kecil untuk membuatnya berisiko signifikan menurunkan penyakit genetika.
dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD
Kata orang karena gen-nya sama, apakah benar? Di Minang yang tidak boleh itu kawin menurut garis keturunan ibu, tapi daerah lain yang tidak boleh nikah menurut garis keturunan bapak.. Disini saya melihat daerah lain mereka yang kawin (kalau di Minang itu dilarang) keturunannya tidak ada masalah. Mohon penjelasannya dokter.
Boy (Pria Lajang, 27 Tahun), rangminangpeduli@yahoo.co.id
Tinggi Badan 163 Cm dan Berat Badan 56 Kg
Jawaban
Dalam ilmu genetika manusia, situasi perkawinan yang dipertimbangkan berisiko signifikan menurunkan penyakit genetika adalah situasi perkawinan sedarah sampai sejauh sepupu 2 (great grandparents yang sama). Baik dalam suku yang sama maupun berbeda, bahkan baik dalam bangsa yang sama maupun berbeda.
Adapun perkawinan di luar itu risikonya terlalu kecil untuk dipertimbangkan. Lihat 'Apa risikonya menikahi sepupu?'
Jadi walaupun sukunya sama, tetapi bukan kerabat dekat, maka risikonya sangat kecil dan hampir dapat diabaikan. Namun, walaupun sukunya berbeda, atau bahkan bangsanya berbeda, tetapi kerabat dekat, maka risikonya cukup signifikan untuk diberi perhatian.
Anggapan ini mungkin berasal dari kebiasaan bahwa sebagian kelompok masyarakat kita terkadang menikah dengan sesama tetangganya dalam satu kelompok adat (suku). Tindakan ini kemudian disusul oleh generasi di bawahnya dengan gaya pernikahan yang sama sehingga ada sebagian dari mereka yang kemudian menikahi sepupunya sendiri dan kemudian muncul penyakit genetika pada keturunannya. Hal ini membuat seolah-olah persamaan suku (kelompok adat) yang memainkan peranan, padahal jarak kekerabatan-lah yang menentukan.
Pernyataan bahwa 'Kata orang gennya sama' ada benarnya, walaupun tidak dapat diaplikasikan untuk menunjukkan tingkat risiko menurunkan penyakit genetika pada perkawinan satu suku.
Penelitian-penelitian genetika populasi menunjukkan bahwa orang-orang dengan suku yang sama, cenderung memiliki variasi DNA yang mirip satu sama lain. Namun tingkat kemiripannya masih terlalu kecil untuk membuatnya berisiko signifikan menurunkan penyakit genetika.
dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD