Dok, adakah obat atau cara-cara penanganan tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit anemia aplastik? Apakah penyakit tersebut termasuk dalam golongan penyakit genetik? Dan dapatkah hamil penderitanya dalam keadaan seperti itu? Terimakasih.
Rizki Fitria M (Perempuan Menikah, 29 Tahun), melimut_1981@yahoo.com
Tinggi Badan 155 Cm dan Berat Badan 43 Kg
Jawaban
Penyakit anemia aplastik adalah suatu keadaan dimana sumsum tulang sebagai produsen sel-sel darah tidak mampu menggantikan sel-sel darah yang telah mati. Tiap-tiap jenis sel darah memiliki umurnya sendiri-sendiri, dimana sel darah merah 120 hari, sel darah putih kurang dari sehari dan platelet 6 hari. Secara normal sumsum tulang berfungsi secara kontinu mensuplai tubuh dengan sel-sel darah baru untuk menggantikan sel-sel darah yang mati. Yang mengalami masalah adalah produksi semua jenis sel darah, dimana keadaan ini disebut dengan pancytopenia.
Sehingga disamping anemia sendiri (rendahnya kadar hemoglobin dalam darah) yang disebabkan rendahnya jumlah sel-sel darah merah, penyakit ini juga ditandai dengan kerentanan terhadap infeksi (disebabkan rendahnya sel-sel darah putih yang bertanggungjawab untuk sistem imunitas) dan kerentanan terhadap terjadinya perdarahan (disebabkan rendahnya sel-sel platelet).
Ada berbagai macam sebab yang dapat mengakibatkan sumsum tulang kehilangan fungsi pentingnya ini, sehingga menimbulkan anemia aplastik. Namun sayangnya, sebagian besar dari penyebab itu tidak diketahui (idiopathic). Diantara sebab-sebab yang lebih jarang adalah infeksi, konsumsi antibiotik tertentu, penyakit autoimun (dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sumsum tulang sendiri), radiasi dan sebab-sebab lainnya. Seperti terlihat, beberapa sebab ini sebenarnya hanya menimbulkan efek sementara, dimana anemianya akan sembuh jika sebabnya dihentikan.
Dengan demikian sulit untuk secara meyakinkan menjawab apakah anemia aplastik termasuk penyakit genetik. Bisa saja ya, jika penyebabnya penyakit autoimun dimana terdapat latar belakang genetik. Namun bisa juga tidak, jika disebabkan oleh paparan sementara dari agen-agen yang tersebut diatas.
Saat ini dengan transfusi darah rutin dan transplantasi sumsum tulang (bone marrow stem cell transplantation) dimana sumsum tulangnya diganti, penyakit ini memungkinkan untuk disembuhkan.
Wanita yang mengalami anemia aplastik tidaklah sama sekali terlarang untuk hamil, namun perlu diwaspadai potensi komplikasi yang dapat terjadi. Sebuah penelitian di barat menunjukkan bahwa dari 36 ibu hamil dengan anemia aplastik yang diteliti 22 diantaranya memiliki kehamilan yang baik dan 14 mengalami komplikasi (7 relaps atau kumat, 5 membutuhkan transfusi saat melahirkan, 1 mengalami eklampsia, dan 1 meninggal karena stroke). Dari 7 ibu hamil yang mengalami kekumatan, 3 membaik dengan sendirinya, 3 yang lain membaik setelah perawatan dan 1 meninggal (Tichelli et al, 2002).
Perlu berhati-hati untuk memahami makna penelitian ini dalam konteks Indonesia, dimana penyakit infeksi masih merajalela dan masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan ibu paska melahirkan. Dalam hal ini sangat penting untuk memberitahu dokter kandungan yang merawat bahwa si ibu hamil adalah penderita anemia aplastik. Terdapat juga keperluan untuk melibatkan dokter ahli penyakit dalam dengan subspesialisasi hematologi dalam perawatan ibu hamil ini.
dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD
Rizki Fitria M (Perempuan Menikah, 29 Tahun), melimut_1981@yahoo.com
Tinggi Badan 155 Cm dan Berat Badan 43 Kg
Jawaban
Penyakit anemia aplastik adalah suatu keadaan dimana sumsum tulang sebagai produsen sel-sel darah tidak mampu menggantikan sel-sel darah yang telah mati. Tiap-tiap jenis sel darah memiliki umurnya sendiri-sendiri, dimana sel darah merah 120 hari, sel darah putih kurang dari sehari dan platelet 6 hari. Secara normal sumsum tulang berfungsi secara kontinu mensuplai tubuh dengan sel-sel darah baru untuk menggantikan sel-sel darah yang mati. Yang mengalami masalah adalah produksi semua jenis sel darah, dimana keadaan ini disebut dengan pancytopenia.
Sehingga disamping anemia sendiri (rendahnya kadar hemoglobin dalam darah) yang disebabkan rendahnya jumlah sel-sel darah merah, penyakit ini juga ditandai dengan kerentanan terhadap infeksi (disebabkan rendahnya sel-sel darah putih yang bertanggungjawab untuk sistem imunitas) dan kerentanan terhadap terjadinya perdarahan (disebabkan rendahnya sel-sel platelet).
Ada berbagai macam sebab yang dapat mengakibatkan sumsum tulang kehilangan fungsi pentingnya ini, sehingga menimbulkan anemia aplastik. Namun sayangnya, sebagian besar dari penyebab itu tidak diketahui (idiopathic). Diantara sebab-sebab yang lebih jarang adalah infeksi, konsumsi antibiotik tertentu, penyakit autoimun (dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sumsum tulang sendiri), radiasi dan sebab-sebab lainnya. Seperti terlihat, beberapa sebab ini sebenarnya hanya menimbulkan efek sementara, dimana anemianya akan sembuh jika sebabnya dihentikan.
Dengan demikian sulit untuk secara meyakinkan menjawab apakah anemia aplastik termasuk penyakit genetik. Bisa saja ya, jika penyebabnya penyakit autoimun dimana terdapat latar belakang genetik. Namun bisa juga tidak, jika disebabkan oleh paparan sementara dari agen-agen yang tersebut diatas.
Saat ini dengan transfusi darah rutin dan transplantasi sumsum tulang (bone marrow stem cell transplantation) dimana sumsum tulangnya diganti, penyakit ini memungkinkan untuk disembuhkan.
Wanita yang mengalami anemia aplastik tidaklah sama sekali terlarang untuk hamil, namun perlu diwaspadai potensi komplikasi yang dapat terjadi. Sebuah penelitian di barat menunjukkan bahwa dari 36 ibu hamil dengan anemia aplastik yang diteliti 22 diantaranya memiliki kehamilan yang baik dan 14 mengalami komplikasi (7 relaps atau kumat, 5 membutuhkan transfusi saat melahirkan, 1 mengalami eklampsia, dan 1 meninggal karena stroke). Dari 7 ibu hamil yang mengalami kekumatan, 3 membaik dengan sendirinya, 3 yang lain membaik setelah perawatan dan 1 meninggal (Tichelli et al, 2002).
Perlu berhati-hati untuk memahami makna penelitian ini dalam konteks Indonesia, dimana penyakit infeksi masih merajalela dan masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan ibu paska melahirkan. Dalam hal ini sangat penting untuk memberitahu dokter kandungan yang merawat bahwa si ibu hamil adalah penderita anemia aplastik. Terdapat juga keperluan untuk melibatkan dokter ahli penyakit dalam dengan subspesialisasi hematologi dalam perawatan ibu hamil ini.
dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD