Rabu, 05 Desember 2012

Harus Bangga Jadi Dokter ???


Luar biasa memang, ketika gaji buruh dijakarta sudah ditetapkan mendekati sekitar 2,2 juta. Gaji dokter PNS dimana berhubungan dengan nyawa dan kesehatan manusia kesejahteraanya masih kurang diperhatikan oleh pemerintah. Saat ini gaji seorang dokter PNS dengan pangkat golongan 3B berkisar antara 2-3 juta. Ehm alhamdulillah memang, tp apa sebanding dengan tanggung jawab nyawa yg mereka emban ?? sebanding dgn pendidikan yg mereka tempuh ?? sebanding dgn resiko terjangkit berbagai penyakit ??? Sebanding dengan pekerjaan yg tak kenal lelah dan waktu ketika malam tidur diketuk harus melayani si sakit ???
 
Pertama perlu kita ketahui untuk menjadi seorang dokter membutuhkan perjuangan yg tidak mudah. Baik dari segi moral, intelektual maupun material. Menjadi seorang dokter rata-rata dibutuhkan waktu paling cepat 5-6 tahun, bagi lulusan baru belom ditambah magang di daerah terpencil sekitar 1 tahun baru kemudian dia bs mandiri.

Sebelum anda diterima untuk masuk kedokteran, seorang pelajar harus belajar siang dan malam, tak kenal lelah selain sekolah dia cari tambahan les sana sini agar dapat lolos ujian masuk fakultas kedokteran favoritnya. Tak hanya fisik, pikiran pun ikut terkuras saat menghadapi ujian masuk perguruan tinggi khususnya fakultas kedokteran.

Setelah masuk kedokteran, seorang mahasiswa dituntut utk membayar uang gedung yg dpt berkisar antara 20-50 juta utk negeri. Sedangkan 100-150 juta harus dikeluarkan bagi mereka yg mengambil sekolah kedokteran di swasta.

Belum lagi setelah menempuh pendidikan selama 8 semester utk meraih gelar sarjana kedokteran seorang mahasiswa kedokteran harus membeli banyak buku kedokteran yang harganya berkisar antara 500.000 - 5 juta per bukunya. Ditambah uang SPP yg tidak kecil persemesternya antara 2,5 jt - 15 jt tergantung kampus mereka. Ditambah lagi biaya praktikum, membeli mayat utk praktek anatomi, praktek kerja lapangan, dll yg jumlahnya tidaklah sedikit.

Setelah mendapatkan gelar sarjana kedokteran, perjuangan seorang sarjana kedokteran (S.Ked) utk menjadi seorang dokter (dr.) blm lah selesai. Justru tahap selanjutnyalah yg menjadi kawah candradimuka tempat menggembleng para sarjana keodkteran agar menjadi dokter yg handal dengan menjalani praktek langsung menghadapi pasien di rumah sakit yg disebut dengan tahapan KOASS utk meraih gelar profesi kedokteran selama 2 tahun lamanya. Pada tahap ini seorang sarjana kedokteran bekerja tanpa di bayar tapi justru harus mengeluarkan banyak dana utk melancarkan kegiatan KOASSnya di rumah sakit.

Setelah selesai menjalani koas selama 2 tahun, seorang sarjana kedokteran jg masih belum bisa dikatakan menjadi dokter sebelum dia lulus Ujian kompetensi dokter indonesia dimana ujian ini adalah syarat bagi seorang dokter utk mendapatkan SIP (surat ijin praktek) tanpa surat ini seorang dokter tak akan dapat bekerja. Ujian ini sangat mendebarkan, krn menyangkut hidup dan mati seorang sarjana kedokteran agar dapat bekerja dikemudian hari menjadi seorang dokter seutuhnya.

Setelah selesai ujian kompetensi, dan dilantik menjadi dokter blm selesai penderitaan mereka. Pada jaman saya dulu sekitar thn 2010 saya masih bs disebut beruntung krn hanya kebagian jatah magang selama 4 bulan dan bebas menentukan rumah sakit tapi tanpa dibayar sepeserpun. Saat ini adik-adik kelas saya harus menjalani magang/internship di kota-kota terpencil diseluruh Indonesia dari sabang hingga merauke dengan dibayar 1 juta - 1,2 jt rupiah perbulan itupun juga dibayarkan tiap 3 bulan klo ga telat, kadang bs sampai 5-6 bulan br dibayarkan, coba bayangkan ??? utk makan harian, beli sandang, dan tiket pesawat ke daerah tujuan misal jakarta-papua tiketnya saja sekitar 3-5 juta sekali terbang bahkan mungkin lbh, utk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri saja sepertinya sudah sangat kurang apa lg utk mencukupi kebutuhan keluarganya istri, anak, orang tua yg mgkn harus dinafkahi !!!

Perhitungan gaji semacam itu apa disebut layak ??? saya coba menghitung besaran gaji dokter-dokter yg baru magang, betapa sangat mirisnya dimana seorang Buruh saja yang rata-rata bekerja 8 jam sehari dan hari kerjanya 5 hari setiap minggunya kemarin dijakarta ditetapkan gajinya 2,2 juta perbulannya. Padahal dokter magang/internship ini wajib hadir 6 hari kerja perminggu atau bs menjadi dokter jaga 24 jam di UGD sutu rumah sakit. Coba kita berhitung gaji buruh dengan 160 jam kerja/ bulan dengan gajinya 2,2 juta berarti buruh di gaji sekitar Rp. 13. 750 setiap jamnya itupun diluar jam lembur dan tunjangan. Sementara Dokter internship dengan jumlah jam kerja sekitar 260 jam digaji sekitar 1.2 juta maka tiap jamnya dokter internship tersebut hanya digaji sekitar 5000 per jam.

Setelah menjalani proses Internship/magang apakah seorang dokter baru sudah langsung bisa bebas praktek ??? Sudah selesaikah perjuangan seorang dokter tersebut ??? belummm !!!! setelah menjadi dokter internship utk mandiri, kita dituntut utk selalu updates ilmu-ilmu terbaru kedokteran agar tidak ketinggalan metode pengobatan terbaru. Utk updates ilmu tersebut apakah gratis ??? ehm tentu tidak. utk sekali seminar biayanya bervariasi antara 100rb-1 juta. Padahal paling tidak dalam setahun kita harus ikut 5-6 kali seminar dan workshop agar tercukupi point SKP buat syarat perpanjangan STR utk ijin praktek.

Apakah hanya seminar??? tentu tidak masih ada pelatihan-pelatihan wajib yg disarankan dimiliki oleh seorang dokter, seperti pelatihan trauma (ATLS) biaya 4-5 jt. Pelatihan jantung (ACLS) biaya 3 juta, pelatihan EKG 1-2 jt, Hiperkes 1 juta, dll sebagai syarat untuk bekerja di rumah sakit ataupun klinik dan perusahaan. Tanpa itu semua seorang dokter masih dianggap blm memiliki kompetensi yg memadai.

Ehm apakah resiko menjadi menjadi seorang dokter hanyalah mengenai biaya yg dikeluarkan, bukan itu saja. Dokter juga syarat dengan pelecehan, hujatan dan tuntutan hukum. Niat seorang dokter dimana saja pastilah utk menolong orang yg sakit. Klopun mengharapkan materi itu saya kira msh wajar krn dokter jg manusia yg butuh makan. Tapi bukan itu masalahnya , kadang niat baik utk menolong jg seringkali mendapat hujatan dan disalahkan. Ya dibilang mahal, malpraktik, ga peduli org miskin, dll. bahkan jika ada dugaan malpraktik bs sampai mengajukan tuntutan hukum yg nilainya juga ga main-main diatas ratusan juta bahkan sampai angka milyar. Betapa tragisnya jika seorang dokter mengalami hal semcam itu.

Lalu ada yg bertanya cukup menyakitkan buat kami. Dokter kan ada kerja sama dgn farmasi utk mendapatkan keuntungan besar ??? lalu apa semua dokter bisa sepeti itu ??? Memang benar bahwa dokter umum juga spesialis bisa memperoleh komisi dari obat yang diresepkan. Tapi perlu juga diingat, tak semua dokter memiliki kerja sama dengan perusahaan farmasi terutama dokter di pedalaman, di pusksesmas yg notabene harus melayani masyarakat kecil yg sudah pasti minim dana/ tak mampu.

Dokter jg punya hati nurani, tak mungkinlah jika kita mleihat pasien menderita dan kondisinya jauh dari mampu terus kita resepkan obat2an mahal. Kecuali memang obat paten itu sangat dibutuhkan dan tidak ada pengganti lain yg lbh murah seperti obat generik. Bahkan bila masyarakat yang dilayaninya adalah yang tergolong tak mampu dan terbiasa dengan pengobatan gratis di puskesmas, dimana mereka datang berobat di luar jam kerja maka hanya mampu memberikan ucapan terima kasih yang tulus ataupun membawakan sayur, ikan, telur, dll tentu saja kita sebagai dokter jg hanya mampu bilang seikhlasnya saja karena tau bagaimana sebetulnya kondisi ekonomi mereka.

Oke, lalu ada yg bertanya apa kami menyesal menjadi seorang dokter ??? bukan... bukan itu maksd saya. menjadi dokter itu resiko pekerjaan yg sdh di pilih. Disini saya sebagai penulis hanya menginginkan suatu keadilan yg menurut saya masih jauh dari apa yg dinamakan adil. Jika gaji buruh saja bisa setinggi itu, saat gaji Guru, TNI, POLRI, pegawai pajak, bea cukai, dll mendapatkan kenaikan yg sangat signifikan dengan adanya sertifikasi dan remunerasi, lalu dimana perhatian untuk para DOKTER di Indonesia ??? lalu apakah kami iri dengan Buruh ?? tidak sama sekali tidak ada rasa iri malah justru senang jika saudara2 kami diperhatikan kesejahteraanya. kami tak menuntut gaji puluhan juta, kami menuntut paling tidak ada kesetaraan dan keadilan bagi para dokter. Karena mereka adalah lini depan kesehatan di negeri ini. Tanpa mereka barangkali banyak diantara masyarakat yg sedang sakit akanmengalami kesulitan utk berobat.

Tak hanya Dokter, tp berlaku bagi semua tenaga kesehatan di Indonesia entah itu perawat, bidan, apoteker, analis kesehatan, dll yg tampaknya semakin lama, kesejahteraan mereka semakin diabaikan. Pemerintah hanya menuntut pelayanan terbaik bagi masyarakat, memberlakukan pengobatan gratis disana sini utk menarik simpatisan politiknya. Tapi mereka para petinggi politik tidak pernah terjun langsung ke puskesmas, rumah sakit, dll utk melihat betapa bersikonya dan beratnya pekerjaan kami yg bekerja di sektor kesehatan seperti ini. Mereka hanya tahu beres, rakyat senang, bapak menang di pemilu selanjutnya.

Kami mewakili teman-tean sejawat yg mungkin sependapat dengan kami tak pernah menyesal menjadi seorang dokter. Kami bangga dan jg senang bs melayani masyarakat. Tp kami jg memohon pengertian utk kami para tenaga kesehatan utk lbh diperhatikan. Bagi masyarakat jg mohon kerja samanya utk saling menghormati dan menghargai. Kita semua adalah bersaudara. Kita saling mebutuhhkan, dan kami akan selalu meningkatkan pelayanan kami utk mengabdi pd masyarakat tanpa memandang status sosial anda. karena kami telai diSUMPAH utk melayani dan mengabdi sebaik mungkin bagi masyarakat pasien kami. Terima kasih

Salam hangat penulis: dr. Wahyu Triasmara (Dokter Sahabat Anda) mhn maaf jika ada kata2 yg krg berkenan :)
Cantumkan sumber artikel ini jika ingin menyadurnya. Trims