Kamis, 23 Februari 2012

Jangan Katakan 10 Kalimat Ini Kepada Ibu Hamil

Ilustrasi

Perut teman perempuan yang membuncit memang mengundang keinginan untuk mengomentari atau bertanya apakah ia hamil.

Namun, tak hanya perempuan belum hamil yang bisa tersinggung dengan komentar-komentar tentang bentuk perut, ibu hamil pun bisa tersinggung dengan ucapan orang yang salah seputar perutnya (dan bentuk badannya).

Berikut ini komentar-komentar yang tak ingin didengar perempuan berkait kehamilan menurut The Mommy Docs, yang terdiri dari Yvonne Bohn, MD, Alane Park, MD, and Allison Hill, MD, tiga dokter kandungan yang menulis buku The Mommy Docs' Ultimate Guide to Pregnancy and Birth.

"Yakin yang di perut bukan anak kembar?"
Adalah hal yang menyebalkan bagi seorang yang tidak hamil dikomentari mengenai bobot tubuhnya yang terlihat bertambah, begitu pun ibu hamil. Meski sudah pasti akan bertambah, ibu hamil pun akan sebal dikomentari seputar kenaikan berat badannya.

"Perempuan hamil akan mengalami kenaikan berat badan, tetapi berbeda jumlahnya bagi setiap perempuan," kata dr Bohn.

Perempuan hamil bisa sangat sensitif mengenai penambahan berat badan, terutama bila mereka sedang merasa tidak dalam kondisi menarik.

Ketiga dokter ini menyarankan, bila ingin mengomentari penampilan perempuan yang sedang hamil, disarankan untuk mengungkap hal-hal positif saja, seperti, "Kamu terlihat segar".

"Kok, kurus banget? Nggak terlihat sedang hamil. Nggak sehat, nih!"
Setiap perempuan mengalami peningkatan berat badan yang berbeda-beda saat hamil. Perempuan hamil yang terlihat kurus bisa saja sebenarnya dalam keadaan sangat sehat, dan ia pasti kesal dikomentari semua orang untuk terus makan.

"Hanya dokter kandungan yang dipilih si calon ibu yang bisa mengetahui apakah berat badan si ibu dalam kadar sehat atau tidak," kata dr Bohn.

Sekali lagi, dari pada menyakiti perasaan orang lain, urungkan niat untuk mengomentari kelebihan atau kekurangan berat badan seseorang.

"Kecewa ya, anaknya perempuan/laki-laki?"
Memang, bagi kebanyakan orang, mendapatkan sepasang adik-kakak berbeda jenis kelamin adalah sebuah impian. Namun, tidak semua orangtua (calon orangtua) ingin seperti itu.

Jadi, pertanyaan apakah si ibu kecewa anak keduanya berjenis kelamin sama dengan anak pertamanya adalah hal yang tak menyenangkan.

"Saya tidak bisa mengerti saat mendengar orang bertanya hal semacam ini. Kebanyakan pasien saya hanya ingin bayi yang sehat, apa pun jenis kelaminnya," kata dr Park.

"Kamu akan pakai program ASI, kan?"
Dari segi kesehatan, ASI adalah makanan terbaik untuk kesehatan dan perkembangan bayi. Namun, keputusan untuk memberikan ASI adalah hak ibu dan ayah si anak untuk menentukan, dan mereka tak perlu menjelaskan kepada semua orang alasan pemilihan keputusan itu.

Ditekankan dr Park, ada kondisi-kondisi tertentu, seperti masalah kesempatan dan kondisi kesehatan yang membuat seorang ibu sulit memberikan ASI.

Semua ibu tidak diharuskan membagi informasi mengenai kesehatan dirinya kepada semua orang sebagai penjelasan atas keputusannya untuk memberikan ASI atau tidak.

"Wah, perutnya melebar, tidak lonjong, pasti anaknya perempuan"
Begitu banyak mitos mengenai cara mengetahui jenis kelamin anak hanya lewat penampilan si ibu, namun tidak ada yang 100 persen akurat.

Bagi yang mencoba menebak, memang kesannya lucu dan seru. Tetapi bagi yang "dihakimi" bentuk perutnya lebar atau lonjong, itu bukan hal yang menyenangkan, malah bisa dianggap menghina bentuk perutnya.

"Saya dulu setelah melahirkan langsung bisa pakai lagi baju-baju lama"
Mendengar pemberitaan mengenai betapa cepatnya badan para supermodel dan artis Hollywood kembali ke ukuran semula setelah melahirkan sudah cukup membuat para ibu hamil ketar-ketir, apalagi mendengar hal itu dari orang dekatnya.

Jadi, urungkan niat membanggakan diri di depan ibu hamil. Apa yang Anda alami mungkin tak akan dialami orang lain. "Contoh, ada sebagian ibu yang bisa menurunkan berat badan saat menjalani proses pemberian ASI, tetapi ada ibu yang tidak. Jika ingin memberikan dukungan, hindari dalam bentuk perbandingan dengan diri sendiri," jelas dr Hill.

"Mudah-mudahan si bayi dapat hidung ibunya"
Lalu, bagaimana jika si bayi tidak dapat hidung ibunya? Berarti ia jelek? Orang-orang tak akan mencintainya?

Ungkapan semacam ini mungkin dikira memuji ibu yang sedang hamil, tetapi saat sensitif melanda, hal-hal semacam ini bisa dianggap berbeda, misal meledek hidung suaminya.

Semua orangtua ingin berpikir anaknya akan cantik/ganteng seperti apa pun rupanya nanti. Kalau bingung mau berkata apa, ucapkan saja hal-hal yang netral, seperti, "Bayi-bayi baru lahir sungguh lucu. Kamu pasti nggak sabar ingin ketemu."

"Pernah lihat acara tentang bayi yang ….. (kejadian-kejadian menyeramkan)"
Semua ibu hamil yang membaca buku-buku seputar kelahiran pasti sudah tahu akan ada banyak kemungkinan buruk sekitar momen melahirkan, dan tak butuh tambahan cerita-cerita seram lainnya. Lebih baik ia diberikan cerita-cerita positif yang menyenangkan.

"Kamu pasti kaget begitu tahu hamil nggak lama setelah pernikahan"
Kapan sepasang suami istri mendapat kabar akan kedatangan buah hati bukan urusan siapa pun. Meski pasangan itu baru saja menikah dalam hitungan minggu lalu si istri mendapat kabar ia hamil, bukan berarti bagi mereka itu adalah kabar yang mengagetkan atau di luar perencanaan. Saat ada yang berbagi berita kehamilan, hal terbaik adalah berbagi semangat antusiasme yang setara dengan mereka.

"Bukannya kamu terlalu tua untuk punya anak?"
Semua juga sudah tahu, makin mendekati usia 40 tahun, risiko untuk seorang perempuan mengandung meningkat.

Jika pun si ibu hamil mengutarakan kekhawatirannya mengenai kehamilan di usia yang tak lagi muda, bukan tugas Anda untuk menambah kekhawatirannya. Amat disarankan untuk memberikan ucapan selamat dan dukungan.