Senin, 07 Maret 2011

SAIDE ARIFOVA - Muslimah Crimea Penyelamat Yahudi Crimea

Arif Arifova Saida-Sayyid (Arifova Said Arifovna) atau yang lebih dikenal Saide Arifova (kelahiran 1916), adalah seorang muslimah etnis Turki Crimea yang berasal dari Bakhchisaray, daerah otonomi Crimea di Ukraina.

Dmitry Dozorec dalam artikelnya, Vseh nuzhnyee i dorozhe v etom mire dobrota (Segalanya akan menjadi lebih bernilai dan berharga di dunia kebaikan), menyebutkan bahwasannya saat Jerman menduduki wilayah Crimea sekitar tahun 1942-1943, Saide Arifova bekerja sebagai guru taman anak-anak Bakhchisaray dan saat menyadari sebagian dari anak didiknya adalah Yahudi, maka ia pun berusaha keras bagaimana menyelamatkan nyawa mereka dari genggaman Nazi Jerman.

Saide kemudian menyaring anak-anak asuhnya yang Yahudi dan menyembunyikan dokumen-dokumen mereka dan memalsukan identitas mereka dengan memberikan kesaksian palsu bahwa mereka bukanlah Yahudi.

Beberapa di antaranya sempat disembunyikan di beberapa tempat untuk menghindari deportasi ke panti asuhan holocaust di Kerch, Ukraina yang saat itu digunakan Jerman untuk eksperimen medik dan senjata kimia Nazi yang kontroversial.

Suasana sekolah dengan siswa-siswa Yahudi di pedesaan Crimea tahun 1934

Kerch, sebuah kota di semenanjung laut, Crimea Timur, saat itu merupakan medan pertempuran sengit antara Jerman dan Rusia antara tahun 1941-1945. Jerman menguasai Kerch pada Nopember 1941 dan tak lama kemudian Rusia kembali merebut Kerch pada 30 Desember 1941. Jerman membalasnya dan kembali ke tangannya pada tahun 1942. 31 Oktober 1942 angkatan laut Rusia mendarat di sekitar Kerch dan baru pada 11 April 1944, Kerch akhirnya dapat dibebaskan dari Jerman.

Selama pertempuran-pertempuran tersebut, Rusia harus kehilangan 160.000 prajuritnya sebagian darinya menjadi tahanan perang Jerman. Sedangkan selama dalam pendudukan Jerman, sekitar 15.000 penduduk Kerch dibunuh oleh Jerman, beberapa di antara mati terbunuh dalam aksi perlawanan lokal masyarakat Crimea melawan Nazi, dan sekitar 14.000 lainnya dideportasi ke kamp holocaust.

Aksi kejahatan perang Jerman di Kerch masuk dalam agenda pengadilan perang Nuremberg. Setelah Perang Dunia II berakhir, Rusia menyematkan penghargaan pada kota Kerch sebagai Kota Pahlawan.

Pembantaian masyarakat Crimea oleh tentara Nazi di Kerch tahun 1942

Usaha penyelamatan Arifova tidak berjalan mudah, ia harus menjalani siksaan dalam interogasi Gestapo, namun ia tetap merahasiakan anak-anak Yahudi tersebut dan terus melanjutkan usaha penyelamatannya dengan berbagai cara.

"Apakah hal ini mengerikan bagi saya? Tidak, bagi saya sudah tidak lagi merasakan takut atau ngeri. Tulang-tulang saya sudah tanggung telah patah setiap kali bertemu Gestapo, dan setiap kali itu juga saya selalu mendapat cap 'tidak layak' pada passport saya yang menandakan saya terlarang untuk meninggalkan Bakhchisaray" demikian penuturan Saide Arifova kepada Dmitry Dozorec.

Dari tangannyalah sekitar 88 Yahudi Crimea (Krymchaks) yang di antaranya tercatat keluarga-keluarga seperti Kapustinskih, Schwartzman, Salievyh, Havaevyh, Nemetovyh, Zeygenmurthay, beserta 70 anak asuhnya bisa terselamatkan dari kamp holocaust dan laboratorium Kerch.

Fikret K. Yurter, Presiden National Center of Crimean Tatar, New York, dalam artikelnya, Justice for All, mengungkapkan bahwa selama pendudukan Nazi Jerman, lebih dari 115 desa Crimea hancur rata dengan tanah, sekitar 15.000 penduduknya digiring ke kamp buruh dan konsentrasi di Jerman dan Austria dan kebanyakan dari mereka hilang hingga kini.

Penderitaan Crimea terus berlanjut di masa pendudukan Rusia, sejak deportasi masal mereka ke beberapa kamp kerja paksa di Rusia mulai 18 Mei 1944, hampir 46% populasi dari Crimea Tatar hilang. Harta dan rumah mereka banmyak yang diambil alih oleh pendatang Ukraina dan Rusia.

Sayangnya sekalipun terlepas dari cengkraman Nazi, pasca Perang Dunia II masyarakat Crimea justru menghadapi bahaya yang lebih besar lagi dari Nazi. Sebuah jurnal yang ditulis oleh Prof. Aurelie Campana, dari Departement de Science Politique, Universite Laval, Kanada, yang bertajuk Case Study: Surgun: The Crimean Tatar’s Depotation and Exile, edisi 16 Juni 2008, mengungkapkan bahwa saat Rusia memenangkan pertarungannya melawan Jerman di Crimea pasca Perang Dunia II, Lavrentiy Pavlovich Beria (Lavrentiy Beria), kepala NKVD, mengirim telegram langsung kepada Stalin tanggal 10 Mei 1944 yang memberitakan kecurigaan NKVD terhadap persekongkolan masal masyarakat Crimea dengan Nazi dan mengusulkan untuk mendeportasi mereka ke kamp kematian kerja paksa. Sehari setelahnya, Stalin melegalisasi deportasi masal masyarakat Crimea yang kemudian dikenal sebagai Sürgün, dan sejak saat itu dimulailah sejarah paling kelam masyarakat Crimea.

Saide Arifova termasuk dalam rombongan lebih dari 151.000 Crimea yang dideportasi ke kamp Uzbekistan yang merupakan tempat penampungan terbesar, sedangkan beberapa Crimea lainnya ada pula yang dikirim ke kamp Kazakhstan, Tajikistan, Otonomi Mari, dan lain-lain. Kamp ini layaknya seperti gabungan penjara kriminal dan tapol dengan kamp kerja paksa hingga para penghuninya terkadang disebut sebagai buruh Katorga.

Total keseluruhan Crimea yang dideportasi berjumlah sekitar 238.500 orang, dan dari jumlah tersebut sebanyak 109.956 orang mati selama proses deportasi periode 1 Juli 1944 hingga 1 Januari 1947. Tak sedikit pula dari mereka yang mati saat di perjalanan yang jauh diangkut dengan kereta api dalam kondisi yang sangat minim, cuaca dingin, penuh sesak dan kekurangan makanan. Sesampainya di tempat tujuan, mereka di tempatkan dalam kamp kerja paksa yang dikelola oleh GULAG.

NKVD (Narodnyy Komissariat Vnutrennikh Del) adalah polisi rahasia Rusia di era Stalin yang dikenal sebagai yang paling bertanggung jawab dalam operasi pembunuhan lawan politik Stalin dan pembunuhan masal.

NKVD kemudian dikembangkan lagi menjadi beberapa unit yang paling dikenal di antaranya adalah GULAG (Glavnoye Upravleniye Ispravitel'no-Trudovykh Lagerey i koloniy), unit yang bertanggung jawab mengelola semua kamp kematian kerja paksa ala Rusia, dan GUGB (Glavnoe Upravlenie Gosudarstvennoi Bezopasnosti), unit keamanan negara, yang kelak menjadi cikal bakal dari dinas intelejen KGB (Komityet Gosudarstvennoy Bezopasnosty).

Baru setelah Rusia di bawah kepemimpinan Nikita Khrushchev pasca kematian Stalin tahun 1953, masyarakat Crimea Tatar yang dideportasi secara bertahap mulai direhabilitasi kembali dan pada era Perestroika sebagian besar dari mereka diperbolehkan pulang ke Crimea, termasuk di antaranya adalah Saide Arifova.

Asumsi yang paling memungkinkan untuk mengetahui latar belakang pendeportasian ini adalah merujuk pada pendapat sejarawan Rusia, Alexander Nekrich, bahwa semuanya berawal dari kesalahan fatal kelompok komunis Crimea yang menyandarkan pada sebuah sumber informasi yang bias yang satu sisi meyakini adanya kecurigaan keterlibatan militan Crimea dengan Nazi Jerman dalam pembentukan tentara boneka Jerman (Crimea Tatar Legion).

Kecurigaan pembentukan militan Crimea menjadi tentara boneka Nazi ini diperkuat dengan kesaksian Willy Tiedemann, seorang tentara Nazi dari pasukan Panzergrenadier yang menyebutkan pembentukan ini datang dari militan Crimea itu sendiri yang sudah bertahun-tahun menginginkan kemerdekaan dari cengkraman Rusia. Militan Crimea tersebut dilatih Nazi menjadi satuan Hilfspolizei (HIPO) yang saat itu sudah terbentuk dengan kekuatan 10 Batalion 14 Kompi. Lebih lanjut tentang kesaksian ini dapat disimak di artikel Memoirs of a Panzergrenadier Veteran.

Laporan inilah yang kemudian menjadi sandaran NKVD untuk mendeportasi mereka. Sehingga dapat dikatakan kebijakan deportasi didasarkan atas sebuah hukuman atas kecurigaan desersi dan pembelotan masyarakat Crimea terhadap Rusia, bukan didasarkan atas pembersihan etnis Crimea.

Asumsi lain muncul dari Greta Uelhing dan A.W. Fisher yang mengaitkannya dengan kebijakan hubungan luar negeri Rusia yang saat itu diwakili oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Viatcheslav Mikhailovitch Molotov, yang menyatakan bahwa perjanjian netralitas anti agresi antara Rusia dan Turki yang dibuat tahun 1925 sudah tidak berlaku lagi. Sejak itu Stalin mengambil kebijakan pendeportasian Crimea yang mayoritas keturunan Turki Tatar sebagai langkah pengamanan dari kemungkinan pembelotan dan pemberontakan terhadap Rusia.

Atas usulan dan usaha publikasi Dmitry Dozorec sebagai presiden Molodezhnogo tsentra izucheniya istorii Holokosta (Youth Center for Holocaust Studies), Moskow, Saide Arifova masuk ke dalam jajaran sosok muslim yang menjadi pahlawan penyelamat Yahudi dari holocaust, sehingga namanya diabadikan dalam rangkaian Righteous Among the Nations di Yad Vashem, Israel.

Lambert M. Surhone, Mariam T. Tennoe, dan Susan F. Henssonow, menerbitkan sebuah buku yang berjudul "Saide Arifova, Righteous Among the Nations, Sürgün, Perestroika" yang mengulas tentang perjalanan hidup dan perjuangan seorang Saide Arifova.




ARTIKEL TERKAIT: