Senin, 07 Maret 2011

Muslim Yang Jadi Pahlawan Holocaust di Israel


Kasih sayang itu adalah sifat tertinggi dari Tuhan, oleh karena itu kasih sayang bersifat universal, ia mampu melintasi perbedaan suku, ras, agama, bahkan perbedaan mahluk. Sedangkan kearifan (wisdom) menempatkan kasih sayang pada tatanan kebaikan, sehingga dengan kearifanlah sebuah kasih sayang menjadi lebih bernilai dan lebih indah.


Kemampuan untuk menembus hampir semua batas inilah yang kemudian dapat menjelaskan bagaimana seseorang bisa memberikan pertolongan dan solidaritasnya kepada orang lain sekalipun ia berada pada tatanan perbedaan yang fundamental, yaitu perbedaan keyakinan dalam beragama. Berikut ini adalah sepenggal catatan sejarah bagaimana rasa kemanusiaan yang didasari oleh kearifan yang penuh dengan kasih sayang bisa melewati jurang pemisah antara muslim dan yahudi.


YAD VASHEM - Ungkapan Terima Kasih Dari Yahudi

Di kaki gunung Theodore Herzl (Zion), Israel, terdapat sebuah kompleks yang berisikan museum kenangan para korban Holocaust dengan luas 45 hektar, tempat itu dinamakan Yad Vashem. Hal yang mengejutkan dari tempat itu bukanlah dari jumlah korban yang super banyak, melainkan adanya kehadiran sebuah kompleks makam Katolik.

Makam-makam tersebut dikenal sebagai area penghormatan Yahudi bagi non Yahudi yang telah mengabaikan resiko nyawa diri mereka sendiri dalam usaha untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi dari kematian (Holocaust). Kawasan ini dikenal sebagai kawasan Righteous Among the Nations atau Righteous Gentiles.



Muslim Yang Diabadikan di Yad Vashem

Hingga rilis per 1 Januari 2008 di Yad Vashem telah mengabadikan dan memberikan penghargaan kepada 22.216 non Yahudi dari berbagai negara yang telah berjasa menyelamatkan Yahudi dari Holocaust. Di antara puluhan ribu pahlawan tersebut, mungkin yang paling mengejutkan adalah terukirnya beberapa nama muslim di Yad Vashem sebagai penghormatan atas aksi kemanusiaannya menyelamatkan Yahudi dari Holocaust, dan ini mungkin akan terus bertambah ke depannya.

Situs resmi Yad Vashem (www.yadvashem.org) bahkan dengan gamblang menampilkan sajian khusus yang mengulas sosok-sosok muslim yang telah berjasa dalam kemanusiaan. Mereka menyebutnya dengan:

Muslim Rescuers - Muslims who reached out to save despite the difference of faith

Menurut rilis The Jerusalem Post edisi 29 Oktober 2007 yang bertajuk Yad Vashem to showcase Muslims who saved Jews from Nazis, mengungkapkan bahwa sekitar 70 muslim telah dinominasikan di Yad Vashem dan 63 di antaranya berasal dari muslim Albania. Baru sekitar Oktober 2007, Yad Vashem menggelar sebuah eksebisi khusus bertema "BESA: A Code of Honor - Muslim Albanians Who Rescued Jews During the Holocaust" yang mengetengahkan para muslim yang pernah menyelamatkan Yahudi dari Holocaust.


Sekitar 7 orang sisanya berasal dari negara-negara arab seperti Turki, Iran, dan Afrika Utara. Berdasarkan sumber dari wikipedia.org, dari ketujuh orang tersebut, 6 di antaranya adalah pria dengan 4 orang berasal dari Turki yaitu Behic Erkin, Necdet Kent, Selahattin Ulkumen, dan Namik Kemal Yoga, sisanya adalah Khalid Abdul-Wahab (Tunisia) dan Abdul Hussein Sardari (Iran). Sedangkan seorang lagi adalah muslimah dari Ukraina, Saide Arifova.

Bahkan menurut BBC News yang dirilis 31 Januari 2007 dalam artikelnya, Israel Check WWII Arab Saviour, menyinggung pula bahwa para akademisi di Maroko sepakat mengatakan bahwa Raja Maroko saat itu, Muhammad V, punya andil dalam penyelamatan Yahudi di Maroko sekalipun situasinya saat itu tidak sesulit di Tunisia.

Menurut versi The International Raoul Wallenberg Foundation (raoulwallenberg.net) dalam artikelnya, Turks saved Jews from Nazi Holocaust, tercatat sedikitnya 18 diplomat Turki telah melakukan upaya penyelamatan Yahudi selama Perang Dunia II.

Mungkin terlalu banyak untuk diuraikan satu per satu, dalam artikel yang terpisah dipilih sosok muslim tertentu saja yang akan diuraikan secara panjang lebar kisah heroiknya dalam penyelematan warga Yahudi dari ancaman Holocaust Nazi Jerman, di antaranya: