Jumat, 21 Januari 2011

Cara Memerah ASI I

Gencarnya kampanye pemberian ASI ekslusif, tentu menjadikan setiap ibu ingin memberikan ASI sebagai asupan terbaik bagi bayinya. Salah satu kendala terbesar seorang ibu tidak dapat memberikan ASI adalah karena ibu harus bekerja dan meninggalkan bayinya di rumah. Kurangnya pengetahuan tentang teknik yang benar memerah ASI serta cara pemberian yang tepat menjadi alasan mengapa ibu yang bekerja tidak memberikan asinya.

Sebenarnya, tutur Utami, memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. "Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage payudara adalah 'pabrik' ASI bukan 'gudang'nya. Kan, kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari 'pabrik' tapi harus melalui 'gudang' dulu." Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc, lo.

Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat bertahan lama. Menurut Utami, di udara terbuka, ASI perah bisa tahan 6-8 jam, tapi bila ditaruh di kantong plastik lalu dimasukan termos dan diberi es batu, akan tahan kira-kira 1X 24 jam. Lain lagi bila ASI perah dimasukan di lemari es, bisa tahan 2X24 jam. Sedangkan bila dimasukkan dalam freezer, bisa tahan 3 bulan.

Namun dari semua cara penyimpanan tadi, lebih dianjurkan untuk memasukkan ASI ke dalam termos dan lemari es. "Sudah dibuktikan, lo, ASI perah yang dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah." Tak demikian halnya jika dimasukkan dalam freezer, "ASI akan mengalami perubahan dalam hal jumlah imunoglobulin, yaitu protein molekul yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh, karena ada yang mati akibat kedinginan."

SUAPI PAKAI SENDOK

Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASI perah pada si kecil, kita harus menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api, karena mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati kepanasan. Beberapa buku dari luar menganjurkan untuk menyiram ASI dengan running tap water, tapi di Indonesia, kan, jarang ada keran yang berisi air hangat. Jadi cukup dengan mangkuk yang diisi air hangat (suhu airnya sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu tubuh). Adapun lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung. Nah, setelah selesai bisa langsung diberikan pada bayi.

Namun cara pemberiannya jangan pakai botol susu dan dot, melainkan disuapi pakai sendok. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol, lama-lama ia jadi "bingung puting". Jadi, ia hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si kecil sudah "bingung puting", tak heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di "gudang"nya. Salah satu tanda posisi si kecil salah menyusu ialah payudara ibu lecet. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar.

Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi, kok. "Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa.
Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah dibuktikan, lo," tutur Utami.


Nah, Bu, tak ada lagi yang perlu dicemaskan, bukan? Ingat, lo, meski bunda bekerja, si kecil tetap bisa mendapatkan ASI ekslusif!


Jangan Cepat-Cepat Mengganti Asi Dengan Susu Formula

Banyak ibu mengira ASI-nya sedikit hingga si kecil pun diberikan susu formula. Padahal, tegas Utami, tak ada ibu yang kekurangan ASI. "Jika bayi kekurangan ASI, bukan lantaran ibunya yang tak bisa memproduksi susu sebanyak yang diperlukan bayi, melainkan bayinya yang tak bisa mengambil dari si ibu sebanyak yang diperlukan," terangnya. Jadi, jangan dibalik, ya, Bu!

Nah, mengapa si kecil tak bisa mengambil ASI sebanyak yang ia perlukan, tak lain lantaran cara menyusunya yang salah. Jadi, kalau si kecil harusnya memperoleh ASI sebanyak 100 cc, misal, tapi karena cara menyusunya salah hingga yang didapat cuma 50 cc, akibatnya yang dipasok "pabrik" pun cuma 50 cc. Itu sebab, harus diperhatikan betul cara menyusu pada si kecil. Yang benar, seperti sudah diutarakan di atas, yaitu seluruh areola ibu masuk ke mulut si kecil.

Faktor lain yang membuat si kecil kekurangan ASI lantaran ibu mengintervensi bayinya dengan macam-macam. Antara lain, begitu lahir si kecil langsung diberi susu formula yang sebetulnya enggak perlu. Belum lagi ketika memberi ASI perah pakai botol susu dan dot, bukan disuapi pakai sendok.
Persiapan Memerah

o Waktu yang paling tepat untuk memerah ASI ketika payudara sedang penuh, bisa diulang kembali sekitar 3-4 jam.

o Alat-alat yang akan digunakan untuk memerah harus dibersihkan/disetrilisasi lebih dulu. Sebaiknya selesai memerah, alat-alat tersebut langsung dibersihkan hingga tetap terjaga kebersihannya.

o Ketika memerah, sebaiknya ibu dalam keadaan tenang dan nyaman. Pilih ruangan yang memungkinkan ibu tak terganggu apa pun. Lebih baik lagi bila si kecil ada yang menjaga hingga konsentrasi ibu tak terganggu.

o Cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali hendak mulai memerah, sedangkan payudara cukup dicuci dengan air. Jangan gunakan sabun atau apa pun pada puting.

o Minumlah satu gelas air/sari buah/susu/secangkir sup atau kacang ijo sebelum memerah ASI