1. Apa yang dimaksud dengan penyakit stroke?
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
2. Benarkah stroke merupakan penyakit orang tua?
Usia memang merupakan faktor risiko stroke, semakin tua usia maka risiko terkena strokenya pun semakin tinggi. Tapi stroke bukan hanya penyakit yang menyerang orang tua. Kini kaum usia produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke pada usia produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak dan narkoba (walau belum memiliki angka yang pasti). Lagi-lagi, life style alias gaya hidup selalu menjadi kambing hitam berbagai penyakit yang menyerang usia produktif.
3. Apa saja risiko stroke?
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut dengan Faktor Risiko Stroke. Penyakit tersebut di atas antara lain Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah). Keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), kurang olah raga.
4. Apakah gejala stroke?
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Usia memang merupakan faktor risiko stroke, semakin tua usia maka risiko terkena strokenya pun semakin tinggi. Tapi stroke bukan hanya penyakit yang menyerang orang tua. Kini kaum usia produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke pada usia produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak dan narkoba (walau belum memiliki angka yang pasti). Lagi-lagi, life style alias gaya hidup selalu menjadi kambing hitam berbagai penyakit yang menyerang usia produktif.
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut dengan Faktor Risiko Stroke. Penyakit tersebut di atas antara lain Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah). Keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), kurang olah raga.
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
- | Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. |
- | Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran. |
- | Penglihatan ganda. |
- | Pusing. |
- | Bicara tidak jelas (rero). |
- | Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat. |
- | Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh. |
- | Pergerakan yang tidak biasa. |
- | Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih. |
- | Ketidakseimbangan dan terjatuh. |
- | Pingsan. |
5. Apa dampak kesehatan dari penyakit stroke?
Stroke menghancurkan kehidupan si penderita yang aktif dan dinamis. Bahkan, stroke juga menyebabkan penderita mengalami kecacatan fisik sehingga menjadi tidak mampu mamdiri dan menjadi beban bagi keluarganya. Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat. Stroke menimbulkan kecacatan fisik yang dapat membebani seumur hidup sehingga menghancurkan penderita secara psikologis dan ekonomis. Keluarga penderita pun menjadi terbebani. Bahkan, stroke juga memberikan ancaman kematian bagi pasien.
6. Bisakah sembuh dari penyakit stroke?
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
Untuk itu dilakukan berbagai terapi, seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Stroke masih bisa membayangi jika pasien menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti diabetes mellitus. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol diabetesnya sehingga strokenya pun tidak bisa dijaga agar kambuh.
7. Bagaimana tips mencegah stroke?
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Dengan niat yang kuat, stroke pasti bisa dicegah. Hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah. Pertama, dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini dengan menyantap makanan sehat. Kedua, pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal harus dijalankan. Ketiga, melakukan medical check up secara rutin dan berkala dan si pasien harus mengenali tanda-tanda dini stroke. Untuk mencegah "the silent killer" ini maka seseorang dianjurkan untuk mengurangi rokok, melakukan olah raga teratur, membatasi minuman beralkohol, dan menghindari stres berlebihan.
source: medicastore.com
Blog Editor: dr.Wahyu Triasmara
Stroke menghancurkan kehidupan si penderita yang aktif dan dinamis. Bahkan, stroke juga menyebabkan penderita mengalami kecacatan fisik sehingga menjadi tidak mampu mamdiri dan menjadi beban bagi keluarganya. Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat. Stroke menimbulkan kecacatan fisik yang dapat membebani seumur hidup sehingga menghancurkan penderita secara psikologis dan ekonomis. Keluarga penderita pun menjadi terbebani. Bahkan, stroke juga memberikan ancaman kematian bagi pasien.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
Untuk itu dilakukan berbagai terapi, seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Stroke masih bisa membayangi jika pasien menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti diabetes mellitus. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengontrol diabetesnya sehingga strokenya pun tidak bisa dijaga agar kambuh.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Dengan niat yang kuat, stroke pasti bisa dicegah. Hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah. Pertama, dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini dengan menyantap makanan sehat. Kedua, pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal harus dijalankan. Ketiga, melakukan medical check up secara rutin dan berkala dan si pasien harus mengenali tanda-tanda dini stroke. Untuk mencegah "the silent killer" ini maka seseorang dianjurkan untuk mengurangi rokok, melakukan olah raga teratur, membatasi minuman beralkohol, dan menghindari stres berlebihan.
Blog Editor: dr.Wahyu Triasmara