Jumlah anak perempuan yang mulai pubertas di usia sekolah dasar (SD) terus meningkat. Sebuah studi dengan 1000 partisipan menemukan, perkembangan payudara mulai rata-rata setahun lebih cepat dibandingkan 20 tahun lalu, yaitu di usia sembilan tahun 10 bulan.
Studi ini menegaskan tren jangka panjang yang telah menunjukkan penurunan tajam usia pubertas. Pada abad ke-19, pubertas mulai di usia 15.
Studi ini menegaskan tren jangka panjang yang telah menunjukkan penurunan tajam usia pubertas. Pada abad ke-19, pubertas mulai di usia 15.
Pubertas dini ini, menurut para pakar, mempunyai dampak serius terhadap kesehatan fisik dan emosional remaja putri. Ada ketakutan bahwa pubertas awal membuat anak perempuan lebih berisiko menderita kanker payudara dan penyakit jantung. Hal ini disebabkan meningkatnya paparan estrogen.
"Jika anak perempuan dewasa lebih awal, mereka akan mengalami masalah-masalah remaja di usia yang lebi awal dan mereka juga lebih rentan mengalami penyakit di usia selanjutnya," tutur peneliti Dr Anders Juul dari Copenhagen University Hospital di Denmark, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Senin (14/6).
Kondisi ini, menurut Juul, perlu dikhawatirkan."Ini merupakan pertanda jelas bahwa ada sesuatu yang mempengaruhi anak-anak kita, kemungkinan junk food, zat kimia dari lingkungan atau kurangnya aktivitas fisik."
Richard Stanhope, seorang pakar gangguan hormon juga menyatakan bahaya pubertas dini."Semua hal yang kita alami saat remaja cukup sulit diatasi, tapi saat hal tersebut terjadi di usia 11, tentunya akan lebih buruk lagi," terang dia.
Selain itu, lanjut Stanhope, anak-anak ini berisiko jauh lebih tinggi mengalami pelecehan seksual. Pasalnya, beberapa orang dewasa akan kesulitan memahami dan bertindak dengan benar terhadap mereka.
Apa pemicu meningkatnya angka pubertas dini? Para pakar meyakini bahwa fenomena ini juga disebabkan oleh meningkatnya angka obesitas dan perubahan diet. Pemicu lainnya adalah bisphenol A, zat kimia yang terkandung dalam lapisan kaleng dan botol bayi. Hasil tes sampel darah dan air seni yang dilakukan Juul membuktikan adanya hubungan tersebut. (IK/OL-06)
"Jika anak perempuan dewasa lebih awal, mereka akan mengalami masalah-masalah remaja di usia yang lebi awal dan mereka juga lebih rentan mengalami penyakit di usia selanjutnya," tutur peneliti Dr Anders Juul dari Copenhagen University Hospital di Denmark, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Senin (14/6).
Kondisi ini, menurut Juul, perlu dikhawatirkan."Ini merupakan pertanda jelas bahwa ada sesuatu yang mempengaruhi anak-anak kita, kemungkinan junk food, zat kimia dari lingkungan atau kurangnya aktivitas fisik."
Richard Stanhope, seorang pakar gangguan hormon juga menyatakan bahaya pubertas dini."Semua hal yang kita alami saat remaja cukup sulit diatasi, tapi saat hal tersebut terjadi di usia 11, tentunya akan lebih buruk lagi," terang dia.
Selain itu, lanjut Stanhope, anak-anak ini berisiko jauh lebih tinggi mengalami pelecehan seksual. Pasalnya, beberapa orang dewasa akan kesulitan memahami dan bertindak dengan benar terhadap mereka.
Apa pemicu meningkatnya angka pubertas dini? Para pakar meyakini bahwa fenomena ini juga disebabkan oleh meningkatnya angka obesitas dan perubahan diet. Pemicu lainnya adalah bisphenol A, zat kimia yang terkandung dalam lapisan kaleng dan botol bayi. Hasil tes sampel darah dan air seni yang dilakukan Juul membuktikan adanya hubungan tersebut. (IK/OL-06)
Source:mediaindonesia.com