Pendekatan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah karena orang yang kita hadapi justru akan defensif. Menyelesaikan suatu masalah yang efektif seperti yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. adalah dengan pendekatan kelembutan dan kasih sayang, bukankah kita seringkali mendengar beliau menyerukan umatnya untuk menghindari marah bahkan beliau menyebut “Orang yang kuat itu adalah orang yang bisa menahan amarahnya...”
Sesungguhnya Tuhan sudah memberikan anugerah pada manusia berupa kemampuan untuk menundukkan alam dan seisinya dengan akal dan imannya. Bagaimana sebuah samudra dapat diarungi oleh manusia, begitupun dengan binatang-binatang yang buas.
Akal adalah sebuah kelebihan manusia dibandingkan mahluk-mahluk lainnya di muka bumi, sehingga dengan akal itu kita diberikan kemampuan untuk menyelesaikan suatu tantangan permasalahan.
Namun, Tuhan menawarkan sesuatu yang lebih baik dari itu semua, yaitu menyelesaikan masalah dengan kelembutan dan sabar. Orang yang sabar pasti menggunakan akalnya, tetapi orang yang berakal belum tentu ia sabar dan berkasih sayang.
Sebagai buktinya, bisa kita contohkan dari upaya manusia dalam menundukkan hewan-hewan liar yang buas bukan dengan kekerasan atau kekuatan melainkan dengan kelembutan dan kasih sayang.
"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." [Q.S. Luqman 31:20]
Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." [Q.S. az-Zukhruf 43:13-14]
Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." [Q.S. az-Zukhruf 43:13-14]
Sejumlah pendeta Budha Theravada di Kuil Wat Pha Luang Ta Bua (Kuil Harimau), Distrik Saiyok, Propinsi Kanchanaburi, Thailand, punya kebiasaan unik dalam berinteraksi dengan hewan liar.
Kuil ini dibangun pada 1994 di antara belantara hutan dekat perbatasan Thailand dan Myanmar. Sekitar tahun 1999, kuil ini mulai menerima beberapa Harimau liar yang ditangkap penduduk setempat dan sejak saat itu semakin banyak harimau-harimau yng dititipkan pada kuil ini khususnya anak-anak Harimau yang induknya ditembak mati para pemburu yang saat itu Harimau sebenarnya sudah resmi menjadi hewan yang dilindungi.
Pada tahun 2007, sedikitnya ada 27 bayi Harimau yang berhasil dilahirkan di kuil ini, dan pada akhir Desember 2009 jumlah total Harimau yang ditangkarkan di kuil ini mencapai 50 ekor.
Harimau-harimau tersebut tampak sangat akrab dan seperti punya hubungan spiritual dengan para pendeta di sana.
"Allah menciptakan rahmat menjadi seratus bagian, kemudian menetapkan 99 bagian di sisi-Nya dan menyempurnakan satu bagian inilah semua makhluk saling mengasihi, hingga seekor kuda mengangkat kaki dari anaknya karena khawatir menginjaknya." [H.R. Bukhari dan Muslim]
Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Tiger_Temple