Banyak praktisi kesehatan terlebih masyarakat awam, tidak mengetahui FAKTA bahwa makin rutin kita memakai obat-obatan kimia, makin resisten (menolak dan kebal) pula tubuh dan penyakit MELAWAN pengobatan yang diberikan. Jika pengobatan kimia ini diteruskan, ini akan mengakibatkan kerusakan yang cukup fatal bahkan kematian!
Hal ini dengan sederhana bisa kita pelajari dari sejarah atau fakta keseharian di sekitar kita. Coba Anda perhatikan bahwa seseorang yang sudah terbiasa meminum obat flu setiap kali terserang influensa, dosis yang diminum lama-kelamaan semakin meningkat. Ini bukan menandakan virus flunya yang makin kebal, tapi suatu petunjuk bahwa tubuhnya makin resisten.
Contoh lain, khusus untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri, para dokter medis konvensional akan memberikan antibiotik sintetis pada pasien. Pemakaian rutin antibiotik ini pun tetap saja membuat bakteri makin resisten. Pasien lama-kelamaan akan menaikkan dosis antibiotiknya.
Antibiotik sintetis yang diberikan dengan tujuan mematikan bakteri penyebab penyakit ternyata juga mematikan bakteri lainnya yang SANGAT kita butuhkan untuk bisa tetap sehat. Jika bakteri penyebab penyakit ini masih tersisa, bakteri ini akan resisten juga terhadap pengobatan kimia yang diberikan. Jika pasien tetap diberikan antibiotik sintetis secara rutin, bukan hanya resistensi bakteri saja yang akan terjadi, tapi efek samping juga makin banyak bermunculan karena “bakteri menguntungkan” telah banyak dimatikan oleh antibiotik ini.
Hukum Alam telah menetapkan bahwa tiap organisme memiliki kecenderungan untuk bertahan hidup. Virus, bakteri, jamur, dan mikroba lainnya telah ditetapkan dalam Hukum Alam untuk bisa BERADAPTASI dan bertahan hidup. Adaptasi mikroba inilah yang menyebabkan mereka bisa bermutasi dan resisten.
Salah satu ciri Hukum Alam adalah segala mikroba telah dirancang untuk BERADAPTASI dan bertahan hidup dari “racun” atau “serangan” sintetis (buatan manusia). Ciri Hukum Alam berikutnya adalah segala mikroba memiliki “penghancur” alaminya tersendiri dimana mikroba tersebut TIDAK AKAN PERNAH bisa beradaptasi dan bertahan hidup. Hukum Alam ini sudah merupakan bagian dari rancangan Tuhan dan jika kita bijaksana, kita tinggal memanfaatkannya saja.
Itulah sebabnya mengapa segala cara tidak alami dari manusia untuk membasmi penyakit selalu mendapatkan penolakan baik dari tubuh kita sendiri (berupa efek samping) dan juga penyakit yang kita ingin basmi. Lain halnya jika kita memakai herbal atau terapi alami lainnya untuk memusnahkan penyakit, pengobatan alami tersebut mengandung “zat pembunuh alami” bagi mikroba tertentu. Dan yang harus Anda sadari adalah zat pembunuh alami ini telah dirancang oleh Tuhan dalam KemahabijaksanaanNya untuk bisa membunuh mikroba-mikroba tertentu tanpa menimbulkan resistensi.
Sama seperti Kucing adalah pemangsa alami hama tikus, dan tikus TIDAK BERDAYA melawan kucing, kandungan alami dalam pengobatan alami, seperti misalnya propolis lebah memiliki kandungan polifenol yang tinggi, sangat efektif dalam membasmi berbagai virus dan bakteri, dengan aman dan mikroba tersebut tak berdaya untuk bisa “melawan balik” atau resisten. Ini sudah menjadi Hukum Alam dari Tuhan yang Maha bijaksana, yang telah merancangkan jauh-jauh hari di awal penciptaan bumi.
Jadi, jika Anda ingin mendapatkan pengobatan yang tubuh dan penyakit kita sendiri tidak akan resisten, pakailah pengobatan alami ciptaan Tuhan. Tuhan telah mempersiapkan musuh dan pembunuh alami bagi mikoba-mikroba penyebab penyakit. Apa Anda meragukan hikmatNya dengan cara meragukan rancangan dan ciptaan Tuhan ini?
.
ARV Jika Diminum Rutin, Tubuh dan Penyakit Akan Tetap Resisten
Salah satu DUSTA BESAR medis konvensional adalah Odha wajib minum ARV supaya virus tidak resisten. Saya sungguh prihatin dengan para Odha yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang sains kesehatan. Mereka menerima “doktrin” ini begitu saja karena mereka SEDANG DILANDA KEKHAWATIRAN YANG LUAR BIASA. Perasaan inilah yang membuat para Odha tidak bisa berpikir rasional dan mau menerima begitu saja apa yang dikatakan oleh dokter medis konvensional tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa berusaha menyelidikinya.
ARV jika diminum rutin, tubuh dan penyakit akan tetap resisten terhadapnya. Jika Anda ingin bukti dari pernyataan kontroversial saya ini, silahkan perhatikan saja para Odha pemakai ARV disekitar Anda. Cepat atau lambat, mereka menaikkan dosis ARV atau mengganti jenis ARV supaya tidak memperlihatkan gejala oportunistik berlebih.
Lain halnya bagi para Odha yang menolak ARV dari sejak awal, kemudian memakai pengobatan alami secara rutin, mereka justru memperlihatkan kondisi yang MAKIN SEHAT SECARA PASTI (dan bisa dibuktikan secara lab) tanpa harus menaikkan dosis pengobatan!
Anda bisa menemukan cerita-cerita nyata dari para Odha yang mengalami kesembuhan dari AIDS tanpa ARV di artikel-artikel Healindonesia:
• Kesaksian dari “AIDS Survivor” Tanpa ARV
• Kesaksian dari “AIDS Survivor” Tanpa ARV, Seri 02
Disamping itu, yang perlu Odha sadari adalah yang membunuh para almarhum Odha adalah ARV itu sendiri, dan bukan HIV-nya! Kenapa bisa demikian? Karena HIV itu sendiri tidak pernah ada! Bayangkan saja, apa yang terjadi jika Anda sebenarnya hanya terinfeksi penyakit biasa (misal sakit perut, influenza, lymphadenitis, pneumonia, dll) tapi diberikan OBAT KERAS yang PENUH DENGAN EFEK SAMPING MEMATIKAN? Tentu saja cepat atau lambat, obat keras itulah yang akan membunuh Anda, bukan penyakit Anda! Itulah yang terjadi dengan para almarhum Odha yang rutin memakai ARV!
Info lebih detail yang menjelaskan bahwa HIV itu sendiri sebenarnya tidak ada, bisa Anda dapatkan di artikel:
• HIV Bukan Penyebab AIDS?
• Isolasi HIV Selama Ini Adalah Manipulasi
• Dr. Stefan Lanka Membongkar “Penipuan HIV”
Sedangkan info mengenai dampak ARV yang cenderung berbahaya daripada bermanfaat, bisa Anda dapat di artikel:
• Efek Samping Dari Obat AIDS “Tidak Berbeda” dari AIDS Itu Sendiri
• Hati-Hati! ARV Bukanlah Terapi yang Meningkatkan Kualitas Hidup
Contoh usaha perusahaan obat ARV dalam memanipulasi berita dan berusaha membohongi para Odha untuk supaya takut melepaskan ARV bisa Anda lihat di artikel:
• Christine Maggiore Penyangkal AIDS, Meninggal Karena HIV atau Pneumonia?
• Jangan Stop ARV karena Virusnya “Ngumpet”
ARV harus Odha konsumsi SEUMUR HIDUP dan tetap TIDAK MENYEMBUHKAN Odha, sedangkan pengobatan alami hanya dikonsumsi sampai mereka sembuh.
Jadi, saya tekankan kepada para Odha: TINGGALKAN ARV DAN MULAILAH PENGOBATAN ALAMI CIPTAAN TUHAN SEBELUM TERLAMBAT!!!
Mungkin para Odha masih belum yakin akan pernyataan-pernyataan saya di atas dan butuh bukti bahwa pengobatan alami lebih baik dibandingkan ARV. Jika memang masih belum yakin, saya sarankan para Odha untuk menghubungi dan mendapatkan terapi dari rekan saya, Bapak Agus Sunandar di:
YASAR – NURMA FOUNDATION
Jln. KH. Hasyim Ashari No. 44, Kec. Pinang 15145, Tangerang – Jakarta
Telp. & Fax. No. : +62 21 554 5065, GSM No. 088 1882 7289, Email :yasar.nurma@yahoo.co.id
Beliau adalah ahli herbalis yang kompeten dalam menangani kasus-kasus HIV/AIDS dan bisa dibuktikan secara NYATA serta dengan tes laboratorium.
.
Obat-Obatan Kimia Adalah Obat yang Merusak Alam
Coba Anda bayangkan, apa yang akan terjadi jika semua penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa ini memakai obat-obatan kimia, setelah itu membuangnya di air dan tanah kita? Mudah ditebak: berton-ton racun kimia ini akan mencemari air dan tanah Indonesia, mengacaukan ekosistem, merusak tanaman, mengganggu kehidupan hewan, dan yang pasti… kita meracuni diri sendiri dan anak-cucu kita!
Oleh karena itu, saya tidak heran jika di media massa sering diberitakan adanya hewan maupun manusia yang lahir dengan kelainan genetis, lemah sering sakit-sakitan, atau cacat. Hal-hal seperti ini juga erat hubungannya dengan pencemaran lingkungan yang mempengaruhi genetika semua mahluk hidup.
Menurut pendapat saya, kebiasaan lebih senang memakai pengobatan kimia dibandingkan pengobatan alami ciptaan Tuhan, adalah tindakan yang “TANPA SADAR” merendahkan Maha Karya Tuhan dalam alam ciptaanNya. Tuhan dengan KemahabijaksanaanNya telah mempersiapkan alam untuk menyembuhkan SEGALA penyakit yang ada, yang siap kita pakai secara murah bahkan ada yg cuma-cuma. Namun dengan kesombongan akan “kepintaran” manusia, kita secara “bawah sadar” berkata kepada Sang Maha Bijaksana, ”Tuhan,… cara dan buatan kami (standar pengobatan manusia dan obat-obatan kimia) lebih manjur daripada cara dan buatanMu (Hukum Alam dan obat alami), Jadi saya lebih memilih obat kimia ini dech… Sorry ya Tuhan…”.
Produsen obat-obatan kimia medis konvensional berkata, “Tapi bukankah produk-produk kami mengolah alam karena juga berasal dari alam?”
Ya memang benar obat-obat kimia medis konvensional berasal dari alam. Bahkan segala yang ada di sekitar adalah dari alam, seperti misalnya mobil, jam tangan, radio, racun serangga, kosmetik, dan sebagainya.
Tapi permasalahannya adalah benarkah memproduksi obat-obatan kimia adalah tindakan mengolah alam? Tidak. Yang benar adalah merusak alam. Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen atau obat herbal. Pembuatan obat herbal merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena pembuatan herbal tidak merusak “rancangan” Tuhan atas materi asal yang dijadikan obat herbal. Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Tuhan untuk kebaikan kita.
Contoh mengolah alam dalam pengobatan alami adalah pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan ekstrak bawang putih, herbal dari bumbu-bumbu dapur, jamu asli, dan sebagainya.
Lain halnya dengan obat-obatan yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”), sehingga “rancangan awal Tuhan” atas molekul tersebut jadi hilang.
Contoh merusak alam dari molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh Tuhan untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan berbagai masalah kesehatan.
Tindakan seperti ini sama saja dengan mengulangi sejarah awal kejatuhan manusia oleh Adam dan Hawa, ketika manusia ingin menjadi seperti Tuhan. Sekali lagi saya tekankan, tindakan menggantikan alam ciptaan Tuhan dengan obat-obatan kimia dan lebih percaya pada cara manusia, sama saja dengan berkata (dalam tindakan, bukan dalam kata-kata), “Tuhan, saya lebih percaya dengan cara saya sendiri dibandingkan caramu dan ciptaanmu. Caramu kuno Tuhan.”
Jika ada yang berpendapat bahwa pengobatan alami tidak bisa dipercaya karena kurang penelitian, saya katakan ini adalah pendapat yang salah besar. Jika Anda melakukan pencarian pada Search Engine Google, akan Anda dapati beribu-ribu jurnal ilmiah yang mempublikasikan bukti-bukti ilmiah dari pengobatan alami. Bukti-bukti dan fakta sejarah telah ada di depan mata kita!