Siapa bilang wanita hanya punya sifat feminim? Saat saya bereksplorasi mencari para pejuang wanita, tiba-tiba saya dikejutkan dengan sebuah logo yang menarik perhatian saya, tampak tombak dan pedang saling menyilang dengan kitab al-Qur'an di atasnya seraya terdapat pula tulisan perpaduan huruf arab dan kanji sedangkan pada huruf latinnya bertuliskan "Toshi Aikido Club".
Telusur punya telusur, ternyata klub ini mayoritas beranggotakan para muslimah berjilbab yang pandai memainkan pedang dan tombak khususnya beladiri Aikido.
Mereka menamakan diri sebagai Dojo Toshi Muslimah dan cabang-cabangnya sudah tersebar di beberapa kota seperti Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Madiun, Salatiga, Sragen, Solo dan Karanganyar. Saat ini ada satu orang Sensei Aikido Dan-1 dan Aikidoka Kyu-1 yang telah menjadi sumber rujukan ilmu bagi Dojo Toshi.
Aikido Nishio Style menjadi disiplin ilmu pokok yang diajarkan di sini di samping beberapa keahlian lainnya seperti:
- Weaponry Special for Muslimah
- Regular Aikido Classes
- Regular Tactical Self Defense Classes
- Bodyguard and Personal Protection Trainings
- Short Course on Family Self Defense Tactics
- Mass Handling Service and Trainings
Tak berapa lama bereksplorasi, saya temukan pula di Youtube sebuah film yang mendokumentasikan dr.Ella yang punya kemampuan beladiri Ninja. Dalam dunia Ninja, para wanita yang punya keahlian Ninja ini biasa disebut sebagai "Kunoichi" (Ninja Wanita). Ternyata di Indonesia sudah ada perkumpulan Ninja ini termasuk dr. Ella yang menjadi anggotanya, yaitu Ninjutsu Indonesian Club [www.ninjutsu-indonesia.com] yang didirikan sejak lama oleh San Moon warga negara Indonesia asli.
Yang lebih mengejutkan lagi, Iran mungkin satu-satunya negara Islam yang mempunyai kesatuan polisi wanita dengan kemampuan taktis anti teror sebagaimana tampak pada gambar berikut ini.
Bila ditilik dalam sejarah, keterlibatan para wanita dalam medan tempur sudah tidak diragukan lagi eksistensinya. Di jaman Rasulullah s.a.w. dikenal Nusaibah bintu al-Harits atau terkenal dengan nama Ummu 'Aththiyyah, muslimah yang paling banyak ikut berperang bersama Rasulullah s.a.w. Diceritakan bagaimana wanita pemberani ini dalam perang Khaibar menghadapi beberapa tentara Yahudi yang menyelusup di pertahanan belakang pasukan Rasulullah s.a.w. Selama hidupnya, ia sempat mengenyam sedikitnya tujuh peperangan. Tugas utama beliau ini dalam perang sebenarnya adalah membuat makanan bagi pasukan, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit.
Indonesia tak kalah banyaknya mempunyai wanita-wanita pejuang, sebut saja di antaranya: Laksamana Laut Malahayati yang membentuk pasukan laut para janda (Inong Balee) melawan penjajah Portugis dan Belanda di Kerajaan Aceh dan Selat Malaka, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Martha Christina Tiahahu, dll.
Sejarah Perancis mengenal sosok wanita pemimpin perang, Jeanne d'Arc atau Joan of Arc (The Maid of Orléans) yang sempat memimpin pasukan Perancis dalam salah satu episode perang seratus tahun (Hundred Years War)
Dalam legenda bangsa Cina dikenal pula Hua Mulan si Anggrek Hutan, tokoh wanita yang menyamar agar bisa ikut berperang menggantikan ayahnya yang sedang sakit.
Pada sebuah artefak bangsa Yunani diperlihatkan legenda sosok seorang pejuang wanita berkuda yang dikenal dengan "Amazon". Berdasarkan catatan seorang sejarawan bangsa Yunani, Herodotus, mereka adalah sebuah bangsa yang didominasi oleh para pejuang wanita yang bermukim di sekitar Scythia atau Asia Tengah (sekarang sekitar Ukraina), beberapa sejarawan lain ada pula yang menyebutkan bermukim di sekitar Turki atau Libya.
Amazon dikenal pula dalam legenda Bangsa Persia yang mereka menyebutnya dalam beberapa sebutan seperti "Scythian", "Saka", "Sarmatian", atau "Ard-Alan".
Di era dinasti Achaemenid kekaisaran Persia, disebutkan pula wanita sempat mendapat posisi sebagai panglima peperangan. Salah satu yang melegenda adalah Artemesia of Halicarnassius, salah satu panglima laut dan penasehat militar Kaisar Xerxes yang sukses dalam menggagalkan invasi bangsa Yunani pada 480 SM. Atas kesuksesannya tersebut, Kaisar Xerxes sempat berkata "my men have become women and my women have become men".
Di era Dinasti Sassanid (Shapur)kekaisaran Persia dikenal juga unit khusus kavaleri wanita yang biasanya berasal dari suku Kurdi dan Lori, mereka punya keahlian khusus bertempur dari atas kuda.
Sejarawan bangsa Romawi sempat menyebutkan eksistensi para pejuang wanita di kalangan kekaisaran Persia, khususnya saat peperangan Dinasti Sassanid Persia (224-651 SM) dengan bangsa Romawi. Disebutkan bahwa "...dalam pasukan Persia... ditemukan pula sekelompok tentara wanita yang berpakaian dan dipersenjatai sebagaimana tentara laki-laki..."
Bahkan dalam hampir di berbagai metodologi paganisme manusia, sosok wanita disebut-sebut pula sebagai sebuah sosok Dewi (Goddess). Sebut saja seperti dalam mitos bangsa China dikenal Guan Yin atau Kuan Yin, sedangkan dalam mitos bangsa Yunani dikenal Dewi Hera, istri dari Dewa Zeus, yang mempunyai anak Ares, dewa perang.