"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" [Q.S. al-Mulk 67:1-3]
Bukanlah Tuhan yang menciptakan kita dengan tidak sempurna, melainkan kita sendiri yang tidak sempurna dalam memahami apa yang telah Tuhan berikan pada kita. Sesungguhnya sangat mudah bagi Tuhan untuk memenuhi keinginan ideal kita, tetapi Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Di sinilah Tuhan menghendaki kita untuk berjuang dan belajar untuk memahami maksud-Nya bukanlah tugas kita untuk menjadikannya sempurna karena hal itu adalah wilayah Tuhan bukan bagian kita.
Seekor badak berkhayal kalau menjadi seekor burung itu lebih enak karena ia bisa dengan cepat terbang di udara dengan bebasnya ke manapun ia suka. Ketika ditanyakan kepada burung, ia pun menganggap menjadi badak itu lebih enak karena badannya kekar dan disegani para pemangsa.
Demikianlah jalan pikiran seekor badak dan seekor burung yang merasa dirinya diciptakan tidak sempurna sehingga ia pun melampaui apa yang telah digariskan Tuhan kepadanya.
Tuhan pun akhirnya mempertemukan keduanya, ketika sang burung melihat sang badak menggaruk-garukkan tubuhnya di tanah ia pun bertanya ada apa gerangan yang terjadi pada sang badak. Sang badak mengeluhkan gatal-gatal di tubuhnya oleh karena itu ia menggaruk-garukkan tubuhnya di tanah.
Sang burung menjelaskan bahwa gatal-gatal di tubuhnya tidak akan bisa hilang sebelum parasit dibersihkan dari tubuhnya dan sang burung memahami ketidakmungkinan sang badak untuk melakukannya. Sang burung pada awalnya merasa simpati untuk menolong sang badak, namun ia khawatir akan hewan pemangsa yang setiap waktu bisa mengambil nyawanya. Sang badak pun merasa senang dengan penjelasan tersebut seraya mengusap kekhawatiran sang burung bahwa sang badak akan melindunginya.
Demikianlah awal mula kebersamaan sang badak dan sang burung sebagai sebuah simbiosis mutualisme. Kebersamaan inilah yang sebenar-benarnya dinamakan kesempurnaan karena ia terlahir dari ketidaksempurnaan sang badak dan ketidaksempurnaan yang dimiliki sang burung.
Hikmah ini terinspirasi dari kehidupan harmonis antara Badak (Rhinoceros) dan burung Oxpecker (Tickbird)